My Husban Perfect Imam
Ciara Salsabila, dia seorang gadis yatim piatu. Gadis itu tidak menyangka, pria yang merupakan king badboy di sekolahnya sekaligus ketua geng motor yang paling menakutkan kini sudah sah menjadi suaminya. Menurutnya ini sebuah mimpi buruk bagi Ciara, kehidupan bagi wanita itu idam-idamkan kandas setelah dirinya di nikahi seorang pria angkuh dan keras kepala. Dafi Firmansyah, pria yang tidak mau mengalah dan keras kepala. Seorang anak tunggal sekaligus pewaris perusahaan Firmansyah group yang namanya sangat tersohor di dunia bisnis.
Dafi dan Ciara sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka untuk kenyamanan bersama. Namun, sepertinya kehidupan Ciara tidak berjalan mulus. Satu hal yang Ciara ketahui, ternyata Dafi memiliki seorang kekasih yang merupakan siswi paling popular sekaligus seorang pembully yang paling di takuti di sekolah Taruna.
Bagaimana Ciara menghadapi situasi itu ? akankah Dafi bisa menaruh hati kepada Ciara ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Ini Perintah
Ciara reflek menoleh ke arah samping, dimana berdiri seorang siswa yang sedang menatapnya dengan senyuman khasnya. Dia tersenyum dengan tangan yang masih meraih tas milik Ciara.
“Ah-ahsan” Ucap Ciara
“Iya, siniin tas lo biar gue yang bawa” Sahut Ahsan
“Gak usah San” Tolak Ciara sambil menahan ranselnya agar tidak di ambil oleh Ahsan
Ahsan mengerutkan keningnya bingung, wajah Ciara seperti ketakutan dan hal itu membuat Ahsan menaruh curiga terhadap Ciara.
“Lo…” Kalimat Ahsan terjeda
“Kalian berdua yang di sana, ngapain cumin berdiri cepat lari lagi” Titah Guru BK yang masih mengawasi para siswanya yang mengerjakan hukuman
Mendengar itu Ciara lantas segera lari kembali, dan di susul oleh Ahsan yang berlari beriringan di samping Ciara.
“Ciara, tas lo siniin biar gue yang bawa tas lo. Wajah kamu terlihat pucat, biar beban lo gak terlalu berat” Pinta Ahsan, yang sudah berdiri di sampingnya
Ciara tak merespon, matanya tak sengaja melihat ke arah bangunan di lantai dua yang dimana di san akelas Dafi berada. Suatu kebetulan, pandangan Ciar bertemu melihat mata Dafi melotot seperti memberikan isyarat bahwa Ciara harus menjaga jarak dengan Ahsan, awalnya Ciara takut namun dia berubah pikiran. Dia tidak ingin Dafi menganggapnya sebagai bonekanya yang selalu menuruti kemauannya.
Ciara lalu menoleh ke arah Ahsan yang masih mengikuti langkah Ciara di sampingnya.
“Kenapa ?” Tanya Ahsan
Ciara berhenti berlari dan hal itu membuat Ahsan ikut berhenti. Kemudian Ciara melepaskan tasnya yang ada di pundaknya, dia ulurkan dengan perlahan ke arah Ahsan di sana.
“Maaf kalau ngerepotin kamu, aku akan membalas budi suatu saat nanti. Terima kasih Ahsan” Ucap Ciara
Wajah Ahsan seketika sumringah, tangan Ahsan kemudian terulur mengambil tas milik Ciara dengan senang hati.
“Sama-sama, lo gak perlu balas budi. Lagian gue kok yang mau” Ujar Ahsan
Sedangkan Dafi saat ini mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku tangannya memutih, giginya bergemeletuk seperti seseorang yang menahan amarahnya begitu besar.
“Sialan” Umpat Dafi
“Kamu kenapa mengimpat ?” Tanya Nabila yang mencul tiba-tiba di sampingnya
“Gak apa-apa” Jawab Dafi singkat
Nabila tampak merengut, hal itu di sadari oleh Dafi lalu Dafi mengehla nafas panjang. Atensinya yang tadi mengawasi Ciara kini harus di akhiri, dia tidak ingin rahasianya terbongkar hanya gara-gara kecerobohannya.
“Lo ke sini di jemput Bisma ?” Tanya Dafi tiba-tiba
Nabila mengangguk dengan wajah yang masih di tekuk
“Sorry, gue ada urusan mendadak jadi gak bisa jemput lo” Jawab Dafi
Nabila mengangguk tidak bersemangat, padahal dia sangat menyayangkan sikap Dafi yang suka membatalkan janji seenaknya. Hal itu sudah biasa, Nabila juga tidak tahu apakah Dafi memang menaruh hati padanya atau hanya sebagain mainannya saja.
Tapi jika di bilang untuk memainkannya, tidak bisa di katakana kalau itu benar. Dafi sendiri juga tidak pernah nyentuh atau memperalat Nabila, hal itu yang membuat Nabila merasa bingung. Sebenarnya apa yang membuat Dafi menerima ajakan Nabila untuk berpacaran dengan waktu satu bulan yang lalu.
“Lo ngelamunin apa ?” Tanya Dafi
“Sebenarnya kamu itu sayang gak sih sama aku ?” Tanya Nabila
“Kenapa lo nanya gitu ?” Tanya Dafi balik
“Aku hanya penasaran, hubungan kita gak seperti hubungan seorang kekasih. Malah kita gak terlihat akrab untuk ukuran sepasang kekasih. Kamu ngerti gak apa yang aku bicarakan sama kamu ?” Tutur Nabila
Dafi terdiam dengan mata masih menatap Nabila dengan tatapan biasa.
“Gak, gue gak ngerti apa yang lo ucapkan dan perlu lo tahu. Mantan-mantan gue gak pernah gue ajak bicara satu pun kecuali lo. Dan lo harusnya bersyukur gue gak memperlakukan lo kaya mantan-mantan gue” Jawab Dafi
Nabila menatap dafi dengan haru, Nabila kemudian mengangguk paham. Dia juga sadar kalau dirinya di perlakukan oleh Dafi bisa di katakana lebih unggul dari mantan-mantan Dafi sebelumnya.
“Dafi kamu kenapa ?” Tanya Nabila
“Shit….” Umpat Dafi
Tanpa menjawab pertanyaan Nabila, Dafi dengan tergesa-gesa berlari sekuat tenaga menuruni tangga. Nafsanya memburu tatkala seseorang akan mengangkat tubuh istrinya itu.
“Stop, jangan di angkat” Teriak Dafi begitu lantang
Dengan reflek Ahsan yang semula ingin menyentuh Ciara pun terulur ingin menyentuh Ciara pun terhenti, dengan langkah lebar Dafi menhampiri Ciara yang sudah terbaring lemah di atas lapangan.
Dengan Gerakan lihai, Dafi menggendong tubuh Ciara ala bridal style. Dafi yang di juluki dengan King bad boy itu tidak menghiraukan tatapan-tatapan aneh dan penuh tanya dari para siswa dan siswi yang melihat apa yang dilakukan Dafi kepada Ciara.
Dafi membawa Ciara ke ruang UKS, dengan cepat Ciara di baringkan oleh Dafi di atas ranjang. Tiba-tiba tenggorokan Dafi tercekat melihat Ahsan yang berdiri di belakangnya dengan wajah penuh tanya.
Namun Dafi tidak memperlihatkan rasa paniknya, kemudian memanggil penjaga UKS untuk mengobati Ciara.
Tirai pun di tutup untuk kenyamanan.
“Kenapa lo nolongin Ciara ?” Tanya Ahsan penuh selidik
“Gak papa” Jawab Dafi
“Lo aneh, kata lo jangan naruh hati sama Ciara. Tapi perilaku lo, gue bisa mneyimpulkan kalau lo suka sama Ciara” Sarkas Ahsan
Dafi tertawa mengejek …
“Lo kebanyakan nonton drama anak labil, gue reflek aja tadi” Jawab Dafi
“Seriusan ? kalau reflek kenapa lo cegah gue buat nolongin Ciara ?” Tanya Ahsan
“Lo sama Ciara buka mukhrim” Jawab Dafi
Ahsan semakin menyipitkan matanya, menatap Dafi dengan penuh curiga.
“Lo juga bukan mukhrimnya, tapi kenapa lo menyentuh Ciara ?” Tanya Ahsan
Deg
Dafi malah membuat situasi tidak terkendali, karena ucapannya yang asal membuat rahasianya sedikit lagi akan terbongkar. Dafi kemudian menghela nafasnya agar bisa berhati-hati dalam bicara.
“Ekhem, lo gak liat ? gue gak neyntuh kulitnya. Tangan gue cumin nyentuh seragam sama jilbabnya doang. Gue cegah lo, karena gue takut lo gak bisa bereaksi seperti gue” Ucap Dafi sambil terkekeh pelan di ujung kalimat, dia tidak tahu apakah ucapannya dapat membuat Ahsan percaya atau tidak.
Ahsan terdiam …
“Bener juga omongan lo, gue pasti asal sentuh dan bisa menyentuh telapak tangan Ciara kalau gak konsen” Balas Ahsan
Dafi mengarahkan padangannya ke samping, kemudian menghenbuskan nafasnya panjang.
“Untuk Ahsan bego kalau masalah kepekaan” Batin Dafi bersorak
Tirai terbuka dan dan memperlihatkan Ciara yang sudah siuman dari pingsannya, Ahsan kemudian menghampiri Ciara.
“Lain kali lo sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah, lo jadi pingsan beginikan” Ucap Ahsan
“G*bl*k, jadi lo pingsan gara-gara gak sarapan ? beg* amat lo jadi cewek” Sentak Dafi yang tiba-tiba memaki Ciara
Ciara terdiam dengan bibir yang bergetar dari balik cadarnya.
“Lain kali lo sarapan dulu sebelum berangkat, jangan bisanya nyusahin orang. Untung lo gak m*ti, kalau lo m*ti siapa yang mendapat masalah ? makanya otaknya di pakae jangan Cuma cadar lo doang yang di pake, otak lo juga” Sarkas Dafi
Setelah mengucapkan kalimat itu, Dafi pergi meninggalkan Ciara yang seperti menahan tangisnya. Ciara memandang sedih menatap punggung Dafi yang semakin menjauh dari pandangannya, tak terasa air matanya mengalir di pipinya. Buru-buru Ciara menghapusnya.
“Maaf” Lirih Ciara
“Kenapa lo harus meminta maaf ? harusnya Dafi yang meminta maaf sama lo, Ck dia itu gak pernah berubah. Ucapannya selalu menyakiti orang lain” Ujar Ahsan
“Karena lo sudah sadar, gue kembali ke kelas ya. Ini sudah hampir satu jam gue ninggalin pelajaran” Lanjut Ahsan
“Maafkan aku ya” Ucap Ciara tidak enak
“Gak usah meminta maaf kamu lanjut istirahat saja di sini” Jawab Ahsan
“Aku mau ke kelas juga, hari ini ada ujian aku gak mau ketinggalan” Ujar Ciara
“Kalau begitu ayo bareng sama aku saja, takutnya lo tiba-tiba ambruk di jalan” Jawab Ahsan
Ciara mengangguk pelan …
“Terima kasih, ya Ahsan” Balas Ciara
Ahsan tersenyum malu lalu membantu Ciara membuka pintu, mereka berjalan beriringan hingga menjadi pusat perhatian. Tatapan para siswa yang masih berada di luar kelas pun menatap Ciara dengan tatapan tidak suka.
Drrrrtttt Drrrrtttt Drrrrtttt
Ponsel Ciara bergetar dan di saat Ciara melihatnya ternyata Dafi yang menelponnya, diam-diam Ciara melirik ke arah Ahsan yang memperhatikannya.
“Aku angkat telpon dulu ya, kamu duluan aja San” Ucap Ciara
“Gak apa-apa gue nunggu lo” Jawab Ahsan
“Gak usah kamu duluan aja, sekalian aku mau ke toilet” Ucap Ciara
“Oke, lo hati-hati ya” Balas Ahsan sambil tersenyum simpul
Setelah melihat Ahsan menjauh, Ciar dengan cepat mengangkat telpon dari Dafi yang sudah bergetar untuk kedua kalinya.
Ciara [Assalamu’alaikum, apa ?]
Dafi [Temuin gue di markas lantai atas]
Ciara [Untuk apa ? akum au ke kelas]
Dafi [Jangan banyak tanya, cepetan ke sini]
Tut
Panggilan pun di akhiri sepihak oleh Dafi