NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Felix

"What are you doing here?" tanya Felix, menilai penampilan Cherry dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, tampaknya dia seperti gadis jalanan yang tak terawat.

Cherry mengigit ujung kuku ibu jarinya, menatap Felix dengan mata berkaca-kaca. "Aku..."

"Aku datang ke sini untuk menagih janjimu," jawab Cherry seketika.

Felix diam seribu bahasa. Dari mana dirinya harus memulai? Semuanya sangat membingungkan.

"Aku mohon," ucap Cherry. Ia menunduk menyembunyikan matanya yang meneteskan air.

"Ayo masuk!" ajak Felix, merangkul pundak Cherry dan membawanya ke dalam.

Cherry melirik ke arah jalan, hati kecilnya berharap bisa melihat Morgan, tapi segera saja ia menepis pikiran tersebut.

"Maaf, rumahku berantakan. Morgan datang ke sini mencari mu dan menggeledah seisi rumah," ungkap Felix. Sedikit menekan bahu Cherry supaya gadis itu duduk di sofa berdampingan bersamanya.

"Maaf!" Cherry menoleh ke sampingnya bertatapan bersama Felix sebelum akhirnya tatapan matanya meredup.

Felix menyodorkan segelas air putih pada Cherry. "Minum dulu," tuturnya.

Kebetulan tenggorokannya sangat haus, Cherry langsung menerima gelas tersebut bahkan meminumnya begitu cepat.

Felix menatap wajah Cherry sambil memijat kepalanya yang mulai berdenyut nyeri.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Felix, perlahan-lahan supaya dirinya bisa tahu jelas dari awal masalah antara Morgan dan Cherry, dengan begitu dirinya bisa membantu mencari solusi yang terbaik buat mereka.

Felix menangkap jelas tangan Cherry yang mencengkram kuat gelas. Seandainya gelasnya sedikit lebih empuk maka itu sudah remuk. Kemarahan gadis itu terlihat jelas.

"Morgan mengkhianati ku." Untuk mengucapkan satu kalimat itu Cherry menyiapkan hatinya, tapi tetap saja setelahnya hatinya terasa panas. Ia tidak bisa menahan air menggenang di pelupuk matanya.

"Apa?" Felix mendengarnya jelas, tapi dirinya tidak yakin.

Cherry meletakkan gelas di meja, tak sekalipun ia mau beradu pandang bersama Felix. Kepalanya terus menunduk sehingga rambutnya pun terurai ke depan menghalangi wajahnya.

"Dia melakukan hubungan intim bersama wanita lain," lanjut Cherry. Air mata yang sejak tadi ditahannya pada akhirnya terjatuh juga.

"Aku melihat jelas ketika Morgan berhubungan intim bersama wanita itu. Sekarang Morgan sudah memiliki wanita dalam hidupnya maka dia tidak akan menyayangi ku lagi."

Felix segera menarik Cherry ke pelukannya. Sekarang dirinya mengerti semua masalah yang sedang terjadi ini. Tangannya mengelus-elus rambut gadis itu untuk menenangkannya.

Tangan satunya lagi mengepal kuat. Morgan, si bajingan itu memang tak pernah mendengarkan saran orang lain. Dia terus membawa wanita ke rumahnya, sekarang dia sendiri yang kena batunya.

Cherry pasti syok ketika dia melihat Morgan bersetubuh bersama wanita bayaran yang dianggap gadis itu sebagai wanita spesial Morgan.

Mungkin juga Cherry bingung sehingga dia memutuskan untuk kabur dari rumah.

Menurutnya, wajar Cherry sangat bersedih dengan fenomena ini. Dia adalah sosok gadis yang tumbuh hanya dengan kasih sayang Morgan, tidak pernah merasakan kasih sayang yang lengkap dari sosok orang tua seperti anak lainnya, maka ketika dia melihat Morgan bersama wanita lain, dia pasti ketakutan.

Takut jika akhirnya Morgan tak akan menyayanginya lagi maka dia tidak akan pernah punya siapapun lagi dalam hidupnya.

"Jangan menangis!" Felix perlahan melepaskan pelukannya, mengusap air mata di kedua mata Cherry.

"Morgan pasti tidak akan menyayangi ku lagi. Dia..., dia juga mungkin akan mengusirku dari rumah. Aku...,-"

"Ssssth!" Felix dengan lembut menempelkan jari telunjuknya di bibir Cherry. "Jangan mengatakan sesuatu yang tak masuk akal! Hal seperti itu tak mungkin terjadi."

"Aku tidak mendukung perbuatan Morgan, tapi aku yakin Morgan tidak akan sejahat itu padamu. Kamu juga satu-satunya keluarga baginya dan dia sangat menyayangimu. Aku bisa melihatnya jelas ketika dia sangat khawatir ketika mencari mu."

Cherry membuang muka dari Felix, tak ingin menerima fakta itu. Ia tidak ingin berharap lebih pada Morgan yang sudah mencintai wanita lain.

"Apa kamu sudah makan?" Bibir Felix belum mengatup setelah mengajukan pertanyaan itu dan suara perut yang keroncongan tiba-tiba memecah suasana sedih di antara mereka.

Cherry menutup wajahnya malu. Sial, perutnya bersuara di waktu yang tidak tepat.

Felix tersenyum lebar. "Ayo, kita makan! Kebetulan aku pun belum makan," ajaknya.

Mengulurkan tangannya pada Cherry. Pun Cherry menerima uluran tangan itu malu-malu. Ia dibawa Felix menuju meja makan, duduk di sana, dan menunggu Felix memasak.

Cherry menatap punggung Felix. Padahal ia hanya mengedipkan matanya sekejap, tapi sekarang yang terlihat ada di depannya justru Morgan. Ia segera menggelengkan kepala, menepis bayangan itu.

Ia menunduk menatap meja. Biasanya Morgan yang akan memasak makanan untuknya. Apakah hari-hari itu akan berakhir begitu saja?

"Felix, aku mohon jangan beritahu Morgan tentang keberadaan ku di sini," pinta Cherry.

Felix mengangguk tanpa berpikir panjang lagi. Setidaknya untuk menenangkan gadis itu.

"Tapi, bagaimana kamu bisa tahu rumahku?" tanya Felix penasaran.

"Mobil Oscar berjalan lambat jadi aku bisa berlari mengikutinya dan begitulah pada akhirnya aku ada di sini," jelas Cherry. Felix mengangguk mengerti.

Felix meletakkan semangkuk mie di hadapan Cherry. "Hanya itu yang bisa aku masak. Setidaknya untuk mengganjal perut. Malam nanti kita pergi ke restoran." Ia tersenyum menampakkan deretan giginya.

"Tidak masalah. Terima kasih." Cherry menarik mie lebih dekat dengannya.

Pun Felix duduk di hadapannya. "Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" Menatap wajah Cherry.

Cherry mengulum bibir sebelum menjawab. "Untuk itu..., aku juga tidak tahu. Aku tidak mau menjadi gelandangan, tapi aku juga tidak mau pulang ke rumah Morgan."

"Kamu bisa tinggal di sini selama kamu mau," ujar Felix santai sembari memamerkan senyuman hangat. Berharap dengan senyumannya Cherry akan percaya dengan ucapannya. Ia juga meraih tangan gadis di depannya dan menggenggamnya erat untuk memberinya kekuatan.

Cherry menatap manik mata Felix cukup lama. "Terima kasih. Maaf jika aku membuatmu susah."

Felix menggelengkan kepala. "Tidak sama sekali."

"Ayo, makan!" ajak Felix menunjuk mie yang masih mengepul uapnya.

"Oh, iya. Besok kamu harus sekolah. Mau bagaimana?" tanya Felix setelah menyeruput mie.

"Aku tidak mau sekolah lagi. Aku yakin jika aku datang ke sekolah maka Morgan akan menemukan ku," jawab Cherry. Ia kembali mengaduk mie nya.

Felix mengangguk mengerti. Ia tidak boleh memaksa Cherry untuk melakukan sesuatu yang tak diinginkannya. Selain ia tidak punya hak untuk memaksanya, dirinya juga tidak ingin memperburuk suasana hati gadis itu.

Selesai makan Cherry pergi ke kamar mandi. Di kamar mandi yang asing ini dia meringkuk di dalam bathtub.

Heningnya kamar mandi membawa pikirannya kembali ke kenangan-kenangan bersama Morgan. Senyumnya, tatapan matanya, sentuhan tangannya yang lembut, canda dan tawa ketika sedang mandi bersama, semua itu membuatnya ingin berlari lagi pada Morgan.

"Cherry, aku tidak punya baju wanita, tapi aku punya baju paling kecil. Aku simpan bajunya di atas kasur, untuk sementara ini kamu pakai saja itu. Oh, iya. Aku mau pergi ke luar sebentar. Lakukan saja apapun yang kamu mau," tutur Felix. Suaranya terdengar samar dari dalam.

"Baik, terima kasih," sahut Cherry.

Cherry semakin menenggelamkan tubuhnya hingga setengah wajahnya pun masuk ke dalam air.

Sialnya, bayangan Morgan bersama wanita itu terus menghantui pikirannya. Wajah wanita itu yang tersenyum lebar lalu berciuman bersama Morgan, bagaimana ketika dia duduk di atas Morgan dan bergerak begitu bergairah. Di sana Morgan juga begitu menikmati permainan wanita itu.

Cherry memejamkan mata, berusaha mengehentikan laju pikirannya, akan tetapi bayangan mereka malah terlihat semakin jelas. Gadis itu pun berakhir menenggelamkan wajahnya semakin dalam, menangis sangat kencang di dalam air.

...----------------...

Cherry diam termenung di sisi ranjang kamar Felix. Tidak ada yang benar-benar ingin dirinya lakukan dan tak ada hal yang bisa dilakukannya juga.

Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Felix yang berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum pada Cherry sambil memamerkan makanan yang ia bawa.

"Apa kamu menunggu ku?" tanya Felix sembari menghampiri Cherry.

"Ya." Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Aku ingin meminta izin untuk tidur. Di mana aku harus tidur? Hari ini aku sangat lelah."

"Astaga, sudah aku bilang kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau. Kamu boleh tidur di mana pun kamu mau." Felix menyimpan makanan di atas nakas.

"Tidur saja di sini." Ia membantu Cherry merebahkan tubuhnya.

"Apa kamu gak mau makan dulu?" tawar Felix sambil menyelimutinya.

Cherry menggeleng. "Aku masih kenyang."

"Felix, terima kasih untuk semua bantuan mu," ungkap Cherry sebelum ia memejamkan mata.

Felix tersenyum, merapikan rambut Cherry agar tak mengganggu tidur gadis itu. "Sama-sama."

"Perlu kamu tahu bahwa aku juga menyayangi mu, Cherry. Bukan hanya aku, ada banyak orang yang menyayangimu mu juga. Jadi jangan pernah berpikir kalau tidak ada Morgan maka kamu akan hidup menderita. Aku siap untuk selalu berada di samping mu meski mungkin aku tak akan pernah bisa menggantikan sosok Morgan dalam hidup mu. Tapi yang pasti aku tidak akan membiarkanmu menderita."

Alunan suara Felix yang menenangkan dengan tutur katanya yang lemah lembut bagai seorang ayah yang sedang menceritakan dongeng pada putrinya yang hendak tidur. Tak butuh waktu lama bagi Cherry untuk terlelap dalam tidurnya.

Felix memotret Cherry lalu segera dikirimkan pada Morgan. Ia peduli pada Cherry tapi juga tidak sekejam itu sehingga membuat temannya seakan hampir mati karena ketakutan tak menemukan putrinya.

Tak berselang lama Morgan langsung memanggilnya. Felix pun berjalan keluar dan menutup pintu kanan perlahan-lahan.

[Lurus Felix/ miring Morgan]

"Damn, apa kau senang mempermainkan ku?"

"Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Dengarkan dulu penjelasan ku."

"Kau bilang tidak tahu di mana Cherry berada dan sekarang dia sedang tidur di atas ranjang mu. Jika kau menyentuh sedikit saja dari kulitnya, maka aku akan memotong bagian tubuh mu yang menyentuhnya itu!"

"Shit. Apa begitu caramu berterimakasih pada orang yang telah membantu kau menemukan putri mu, huh?" raung Felix kesal.

"Dengar, setalah kau pergi dari rumah ku tiba-tiba Cherry datang ke sini sambil menangis."

"Kau seharusnya malu, Morgan. Sebelum mengancam ku sebaiknya kau introspeksi diri dulu!"

"Apa kau begitu bodoh sampai tidak bisa menebak alasan putrimu kabur darimu, huh?"

"Kau memang bajingan sesungguhnya. Kau...kau iblis mutlak," maki Felix mengeluarkan segala unek-unek hatinya setelah dua kali dituduh Morgan menculik Cherry.

"Semua orang sudah sering kali memperingatkan mu untuk tidak membawa wanita malam ke rumah dan melakukan hubungan intim di kamar mu. Sekarang kamu merasakan sendiri akibat dari perbuatan mu."

"Ya, Cherry saat ini kabur dari rumah karena dia melihat mu sedang bercumbu mesra dengan wanita. Dia takut, bingung, trauma, dan dia membencimu, karena itulah dia pergi darimu."

Di sebrang sana Morgan tak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar semua ucapan Felix. Ternyata memang benar, semua akar masalah ini berasal dari dirinya sendiri.

"Aku memberitahumu tentang keberadaan Cherry bukan agar kau segera menjemputnya. Sebagai teman, aku peduli padamu. Mau bagaimana pun kau tetap temanku dan sudah tugas seorang teman membantu teman lainnya yang sedang kesusahan."

"Intinya, untuk sementara ini biarkan Cherry di rumahku sampai dia mendinginkan kepalanya dan membuat keputusan tentang hidupnya."

"Jangan pernah datang ke sini atau Cherry akan semakin membencimu!" Felix langsung memutuskan sambungan teleponnya.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!