Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 17
Aditya tersenyum miring, melihat ketakutan pada dinda. dirinya semakin penasaran, dengan dinda yang terlihat tidak tertarik kepadanya.
"Aku hanya bertanya saja pada, mu. Dan Aku hanya ingin bilang, cepat pulang karena hari sudah malam." jawab aditya, santai.
Dinda pun menghela nafas lega, sesungguhnya tadi dinda sangat takut jika aditya, akan berbuat macam-macam.
Tanpa menunggu lama, dinda pun segera pergi dari tempat kerjanya itu. sebenarnya dari sejak tadi, dia merasa sedang di awasi oleh seseorang.
Dan entah mengapa, firasat dinda mengatakan jika aditya lah yang selalu mengawasinya.
"Aku tidak akan membiarkan mu begitu saja, dinda. Ingat penolakan mu hari itu, tidak pernah Aku lupakan." gumam aditya, penuh penekanan, menatap kepergian dinda yang semakin menjauh.
Ternyata aditya memiliki dendam, pada dinda. sebab dulu, di saat ibunya aditya meminta dinda untuk menjadi istrinya, namun dengan tegas dinda menolaknya.
Dan hal itulah, yang membuat Aditya menjadi marah saat itu. dia berjanji, akan membuat dinda bertekuk lutut, di hadapannya memohon cinta darinya.
*
*
*
Sesampainya di rumah, dinda langsung masuk ke kosannya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Baru pulang, din?" Inces yang sedang duduk, menunggu gevano yang tidur pun, segera membalas.
Dinda pun duduk, di hadapan inces. "Iya, ces. hari ini seperti biasa, pelanggan rumah makan banyak. Jadi, mau tidak mau Aku harus lembur." jawabnya, pelan.
Inces pun mengerti dan mengangguk. "Ya, sudah. Kalau begitu kamu istirahat saja. Aku mau pulang dulu." sahut inces, beranjak dari duduknya.
Dinda pun tersenyum. "Terima kasih, inces. Sudah menjaga vano. Aku harap, vano tidak membuat mu kerepotan." ujar dinda, sedikit sungkan.
"Jangan bicara seperti itu. Vano sudah Aku anggap seperti anak sendiri, din. Ya, memang hari ini dia sedikit rewel, sih. Tapi enggak lama, kok."
Dinda mengernyitkan dahi, saat mengetahui jika gevano rewel. dia pun menjadi penasaran, alasan di balik sikap rewel gevano.
"Memang dia rewel kenapa, ces?" tanya dinda penasaran.
Inces menghela nafas. "Biasa, pawangnya enggak datang kesini. Dia tadi sangat berharap, kalau om tampan datang dan menemaninya bermain." jawab inces memberitahu.
Dinda yang baru tahu, jika gevano selalu bermain dengan om tampan menjadi penasaran, dengan sosok laki-laki yang sudah mencuri perhatian gevano.
Dinda pun ingin sekali bertemu, dengan sosok om tampan untuk berterima kasih kepadanya.
"Ya udah, Aku pulang dulu, ya din," pamit inces, pergi keluar dari kosan dinda.
Dinda pun mengiyakan, dan menutup pintu kosannya.
Dari kejauhan, seseorang memperhatikan kosan dinda. "Ternyata, kamu masih tinggal disini dinda. Sangat mudah bagiku, untuk membuat mu bertekuk lutut di kaki, ku. Memohon cinta pada, ku." gumamnya, tersenyum miring.
*
*
*
Dua hari kemudian...
Hari ini raffael dan Roy kembali ke desa, tampak terlihat raut wajah raffael yang nampak bahagia.
Roy pun yang berada di samping raffael pun, merasa heran. " Kenapa, lo?" tanyanya heran.
Raffael yang sedang memainkan ponselnya pun, melirik sekilas pada Roy. "Gue senang. Akhirnya, bisa kembali bertemu dengan vano." jawabnya santai.
"Gue perhatikan, sejak pulang ke jakarta lo kayak, yang gak bersemangat, raf. Apa jangan-jangan, tu bocah udah buat lo kayak gitu!" sahut, Roy dengan tatapan fokus melihat ke arah jalan, sebab dia sedang menyetir.
Raffael terdiam, dan tidak menyangkal apa yang di katakan Roy. dirinya benar-benar, sudah di buat frustasi karena tidak bertemu dengan gevano.
"Tuh, kan. Apa yang gue bilang bener. Mendingan, lo nikah aja sama nyokap nya vano!" celetuk Roy, yang membuat raffael seketika terdiam.
Raffael pun mulai memikirkan, apa yang di katakan oleh Roy. seandainya dirinya bisa bertemu dengan ibunya gevano, mungkin Raffael akan mencoba saran Roy.
"Kenapa, lo diam? Minat lo?" tanya Roy, mulai sewot.
Raffael mendelik, merasa jika temannya itu terlihat seperti seorang cenayang. apa yang dia pikirkan, pasti roy akan mengetahuinya.
"Berhenti, roy!" ucap Raffael, tiba-tiba, membuat roy pun terpaksa, mendadak mengerem mobilnya.
"Apa-apaan sih lo, raf. Jidat gue sakit, nih!" gerutu roy, kesal.
Akibat merem mendadak, membuat Roy yang tidak memakai sabuk pengaman pun, terbentur ke setir yang berada di hadapannya.
Dengan perasaan kesal, dia pun mengusap keningnya yang langsung terlihat benjol.
"Itu salah, lo sendiri. Di suruh siapa, enggak pakai sabuk!" Raffael yang tidak ingin di salahkan, mencoba membela diri.
Tak ingin mendengar omelan Roy seperti emak-emak komplek, membuat raffael segera keluar dari mobil.
Roy yang di tinggalkan pun, hanya mendengus kesal dan mengomel tidak jelas. sebab Raffael, hanya bersikap biasa saja.
Raffael yang ternyata turun di depan kosan dinda, langsung berjalan menuju pintu kosan dinda.
Dia pun mengetuk pintu, berharap gevano ada di dalam kosannya.
"Cklek...! Kamu...?" pekik inces terkejut.
Raffael hanya tersenyum tipis, matanya pun melihat kearah belakang inces, seakan mencari keberadaan gevano.
"Om inces, siapa?" tanya gevano, yang ternyata memang, di belakang inces.
Seketika matanya membulat sempurna, dengan senyuman yang merekah di bibirnya. "Om tampan..." teriak gevano bahagia.
Dia pun langsung memeluk, kaki Raffael. "Om tampan, kemana aja. Vano kangen, tahu." ucap gevano, tiba-tiba saja menangis.
Raffael segera menggendong tubuh mungil gevano, dan menatapnya lembut. "Maafkan om, vano. Dua hari yang lalu, om harus pulang. Sebab ayahnya om, masuk rumah sakit." ujar Raffael menjelaskan.
Gevano yang menangis pun langsung terdiam, saat mendengar kata rumah sakit. "Memangnya, ayah om tampan sakit apa?" tanyanya, penasaran.
"Biasa penyakit orang tua. Kamu tidak akan mengerti." jawab raffael, tersenyum.
Gevano yang patuh pun tidak lagi, bertanya. melihat raffael yang kembali datang saja, sudah membuatnya senang.
"Raf, lo mau tetap di sini, atau terus ke proyek?" Roy yang kesal menunggu raffael, pun terpaksa menghampirinya.
Gevano yang melihat kening Roy benjol, seketika tertawa. "Om keningnya, kenapa bulat sepelti telul?" tanya gevano, di sela tawanya.
Roy mendelik, saat gevano terlihat meledeknya. bahkan inces yang berada di sana pun, ikut tertawa.
"Oleh-oleh dari kota, tuh!" celetuk inces, tertawa.
Roy semakin kesal, karena inces ikut-ikutan mengejeknya. dia pun memutuskan untuk pergi dari sana saja, tanpa memperdulikan raffael lagi.
Raffael dan semuanya hanya bisa tertawa, melihat sikap Roy yang marah. namun, raffael tahu jika Roy tidak benar-benar marah.
"Om tampan, temani aku main, ya?" ajak gevano, penuh harap.
Raffael pun tersenyum lembut, tanpa di minta pun dirinya memang ingin menghabiskan waktu dengan gevano.
"Baiklah. Sekarang kita akan main, apa?" tanya raffael tersenyum.
"Holeee...! Akhilnya aku bisa main lagi dengan om tampan." Gevano yang senang pun, memeluk erat Raffael.
Hal itu membuat raffael, merasakan getaran aneh pada hatinya yang seketika menghangat.
Raffael pun pada akhirnya melepas rindu, dengan menemani gevano bermain.
*
*
*
Dinda yang hendak pulang bekerja pun, di kejutkan dengan kehadiran aditya, yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Pak aditya." ucap dinda, terkejut.
Sementara Aditya hanya tersenyum miring, melihat dinda yang terkejut karena ulahnya.
"Kamu mau pulang, dinda?" tanya Aditya, menatap lekat wajah cantik dinda.
Dinda pun mengangguk pelan, sebagai jawaban. hal itu membuat aditya sedikit kesal pada sikap dinda, yang menjaga jarak dengannya.
"Aku antar kamu pulang?" Aditya menatap penuh harap, pada dinda yang hanya terdiam.
"Maaf, aku bisa pulang sendiri." Dinda yang merasa tak nyaman pun segera pergi, dari sana.
Aditya mengepalkan tangannya, menahan amarah pada hatinya sebab dinda menolak tawarannya.
lanjut Thor 🥰