NovelToon NovelToon
Bukan Lagi Istri CEO

Bukan Lagi Istri CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Janda / Kehidupan di Kantor / Slice of Life
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Cerita yang memberikan inspirasi untuk wanita diluar sana, yang merasa dunia sedang sangat mengecewakannya.
Dia kehilangan support system,nama baik dan harapan.

Beruntungnya gadis bernama Britania Jasmine ini menjadikan kekecewaan terbesar dalam hidupnya sebagai cambukan untuk meng-upgrade dirinya menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Meski dalam prosesnya tidak lah mudah, label janda yang melekat dalam dirinya membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat dihati masyarakat. Banyak yang memandangnya sebelah mata, padahal prestasi yang ia raih jauh lebih banyak dan bisa di katakan dia sudah bisa menjadi gadis yang sempurna.

Label buruk itu terus saja mengacaukan mental dan hidupnya,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Benci Menikah

.

.

.

"Maaf..." Tubuh kekar Nathan mendekap Britania dari belakang. Selesai makan tadi,  perempuan yang sedang merasa bersalah pada dirinya sendiri  itu memilih untuk berdiri di balkon kamarnya, menghirup udara sisa-sisa hujan yang segar.

"Aku yang minta maaf, Mas. Aku bukan wanita normal pada umumnya yang bisa kamu cintai." Suara Britaniaa lirih, menyadari kalau  lukanya yang dulu  bukanlah sembuh. Itu hanya tertutupi oleh sejuta kesibukannya yang sekarang. Jadi mau sampaii kapanpun, selama belum disembuhkan pasti masih akan terus mengungkung batinnya.

Belum sempat Nathan menjawab, ponsel Britania berdering. Dari layar menunjukan Panggilan dari Rayyan.

"Halo, Rayy... kenapa?"

"Gue antar mobil ya, Kak Bri udah balik? Mendung nih, sekalian nemenin Kak Bri..." Suara Rayyan terdengar cemas di seberang sana.

"Ohh, nggak usah, Ray, besok aja aku ke situ. Udah malam kamu istirahat aja, cuma hujan gerimis kayaknya kok. Aku nggak apa-apa..." balas Britania berusaha menenangkan. Ia tidak ingin Rayyan memergoki Nathan ada di appartemennya sekarang. Bisa ribut mereka.

"Beneran? Kalau nggak gue OTW nih ke situ sama Zetta..." Rayyan masih memaksa, nadanya tak bisa menyembunyikan kekhawatiran. Ia paling tidak tenang ketika hujan malam-malam. Brii tidak akan bisa tenang tidurnya, biasanya ia yang selalu paling siap menemaninya hingga pagi.

"Nggak usah, kamu istirahat aja selagi libur. Tugas kampus dikerjain dulu biar dapat nilai bagus... calon dokterrr... jangan biarin uangku sia-sia buat bayarin kuliah kamu, hahaha"canda Britania, mencoba mengalihkan fokus Rayyan.

Rayyan tertawa kecil di seberang sana. "Oke Kak, siap... Night kak Brii.."

Nathan yang tadi tengah mendekap Britania dan menciumi bahunya, kini sedikit menjauh dan memilih duduk di bean bag yang berada di pojokan. Raut wajahnya berubah datar, ada sedikit kecemburuan yang tersirat di sana.

"Kenapa, hmm?" tanya Brii seraya mendekat padanya. Dalam hatinya terkkeh geli melihat manusia dewasa itu cemburu.

"Kamu dekat banget sama Rayyan. Udah kayak sama pacarnya aja," jawab Nathan kesal. Raut wajahnya yang sedang merajuk membuat Britania ingin menggodanya.

"Kamu cemburu sama Rayyan, Mas? Hihihi..." Brii terkekeh. Ia menekan pipi Nathan dengan ibu jarinya, senang sekali melihat raut kesal pria itu.

"Iya, abisnya kamu dekat banget sama dia kayaknya..." rajuk Nathan. Wajahnya masih menatap datar ke depan, namun sorot matanya tak bisa menyembunyikan rasa cemburu dalam hatinya.

"Dia itu sama kayak Devanda dan lainnya, udah aku anggap adik sendiri, Mas. Kita udah kayak keluarga. Dia sama Devanda memang suka ke sini tiap kali hujan besar, mereka tahu aku takut hujan dan petir. Kadang juga mereka ke sini cuma buat masakin sesuatu untuk aku, nggak usah mikir macam-macam. Lama-lama juga mereka akan bisa nerima kamu." kata Britania menjelaskan, berharap Nathan mengerti keadannya.

Wajah Nathan beralih menatap kekasihnya, ada sedikit pertanyaan yang membayang. "Kamu kenal di mana sama Rayyan?"

Brii menghembuskan napas panjang, meraih tangan Nathan sebelum mulai berujar panjang. "Di bawah jembatan... Aku nemuin dia dulu dalam keadaan overdosis narkoba, beruntung masih bisa diselamatkan dan aku membujuknya dengan susah payah untuk direhab. Dia sempat menolak dan hampir beberapa kali mencoba bunuh diri tapi aku gagalin. Selesai rehab baru tahun lalu. Sekarang lagi kuliah FK. Devanda juga dia direhab bersama dulu. Aku merasa harus peduli pada mereka kala itu, anak-anak yang pintar tapi ditelantarkan keluarga mereka sendiri jadi mereka merusak hidup mereka seperti itu. Dalam keadaannya waktu itu, aku merasa kita senasib. Aku berusaha selalu mendampingi mereka selama rehab sampai benar-benar sembuh. Keduanya sejauh ini sangat menjaga aku, Mas, juga adik-adik semua yang berada di rumah singgah. Mereka semua anak-anak yang baik, hanya kadang dipandang sebelah mata. Dengan adanya mereka, aku merasa punya keluarga baru sekarang. Meski tanpa ikatan darah, namun hubungan kita lebih dari saudara," jelas Britania panjang lebar, bisa Nathan liat setiap kata yang keluar dari bibirnya memancarkan ketulusan dan kepedihan yang pernah dialaminya.

Nathan menyimaknya tanpa jeda, pandangannya menerawang jauh. Ada rasa miris yang samar namun kuat di matanya. Dari raut wajahnya, Britania bisa menebak kalau Nathan belum bisa sepenuhnya menerima kehidupan Brii di antara mereka anak-anak singgah, ada gurat kekhawatiran yang tak terucapkan, namun lebih dari itu, ada pemahaman mendalam yang belum ia utarakan pada Brii.

"Mereka anak-anak liar apa nggak pernah berlaku buruk sama kamu?" tanyanya, ada sedikit nada sangsi yang sjak tadi ia tahan.

Britaniaa menggeleng cepat. "Sama sekali nggak!"

Nathan berdecak kesal, sepertinya kemunculan Rayyan membuat dia tidak nyaman, kekesalannya mulai terlihat jelas. Usia Rayyan tak berbeda jauh dengannya, psti sedekat itu dengan Brii bisa saja membuatnyajatuh cinta.

Wahh!! Bapak CEO berlebihan sepertinya, posesifnya keterlaluan.

"Tapi kalau Rayyan, dia tuh udah gede, dia yang... bisa aja dia punya perasaan lebih ke kamu," gumamnya, lebih seperti berbicara pada diri sendiri, namun cukup terdengar oleh Britania.

"Udah deh, Mas... nggak usah mikir aneh-aneh. Rayyan itu seperti adik aku, selisih usia kita terpaut hampir lima tahun. Aku lebih tua dari dia... Oke?" Bri tidak menyangka Nathan akan mengeluh seperti itu, membuatnya tidak bisa menahan tawa melihat ekspresi cemburunya yang menggemaskan.

***

Nathan menjemput Britania untuk berangkat kerja pagi ini. Dia tidak mengizinkan kekasihnya berangkat menggunakan driver online, padahal biasanya juga naik driver online tidak masalah. Kalau seperti ini, Brii jadi merasa seperti wanita menye-menye saja, terlalu bergantung pada seseorang.

"Kamu naik duluan deh, aku mampir ke pantry dulu. Kalau kita barengan masuknya nanti akan bikin gempar seisi ruang staf, mereka akan memusuhi aku karena mereka semua fans garis kerasnya kamu, Mas... Oke," Britania mencoba memberikan alasan. Nathan hanya bisa menurut, meski ada raut wajah sedikit kecewa karena tidak bisa masuk bersamanya.

"Ndaa... ke ruangan gue sekarang." titah Nathan melalui panggilan telepon, tanpa ia tahu kalau asistennya itu sudah berada di ruangannya sejak setengah jam yang lalu.

"Lo darimana sih, boss? Gue teleponin semalam nggak diangkat?" tanya Brianda, ekspresinya antara kesal dan penasaran.

Nathan menghempaskan tubuhnya kasar pada sofa di dalam ruangannya. "Aku di tempat Britania... ada masalah apa?" jawabnya santai, seolah tidak ada yang aneh dalam pengakuannya. Sementara Brianda berjalan untuk duduk lebih dekat dengan Nathan, matanya membelalak.

"Lo sama Brii? Gue nggak salah dengar? Lo berhasil meluluhkan si iblis jelita itu??" Brianda berseru tak percaya sampai antusiasnya meluap-luap.

Mendengar seruan Brianda, Nathan bergerak cepat untuk memitingnya, cengkeramannya kuat namun tidak menyakiti. "Brengsek, ngatain dia iblis jelita!!!" Ada sedikit emosi marah yang tulus di nada suaranya, rasa protektif yang tak bisa disembunyikan.

"Ampun, s-s-sorry sorry... Ya emang itu julukannya, Boss. Sejauh ini nggak ada yang bisa meluluhkan dia, sesempurna itu sih. Makanya dapet julukan gitu. Seriusan Lo?" Brianda masih takjub, menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu karena dia memang ditakdirkan buat gue yang perfect juga." Nathan kembali duduk di sofa, menghembuskan napas gelisahnya. Ada kebahagiaan terpancar, namun juga sedikit beban pikiran yang tak bisa disembunyikan. "Jelaskan kenapa Britania dijuluki Iblis Jelita?"

"Y-yaaa... Karena dia sangat cantik, menarik, seksi, pintar, perfect lah seperti yang gue bilang. Tapi selalu membuat laki-laki di kantor ini patah hati. Nggak ada yang bisa meluluhkan Briella, dia hanya peduli pada pekerjaannya saja," jelas Brianda, masih dengan nada kagum.

Nathan mengusap wajahnya, pandangannya menerawang melayang jauh pada satu kenyataan lagi yang cukup menyita perhatiannya. "Tapi dia juga dekat sama Rayyan, Ndaa..." ujarnya lemas, suaranya sedikit melirih, bercampur dengan kerutan di keningnya. Ada kumpulan emosi yang tersirat, cemburu, khawatir, dan mungkin sedikit rasa bersalah.

"What?! Lo bener-bener memberi gue banyak kejutan pagi ini, boss. Setelah masalah Briella, sekarang Rayyan. Rayyan adik Lo kan yang ngilang udah hampir 3 tahunan? Bahkan Tuan Besar sudah menyewa detektif untuk cari dia tapi nggak ketemu, ternyata dia dekat sama Brii juga? Kok bisa?" Brianda melupakan masalah kantor yang akan dibicarakan dengan bosnya itu, dia lebih tertarik pada ucapan Nathan tentang Rayyan dan Brii. Sedikit banyak ia mengetahui tentang masalah pelik dalam keluarga Nathan, termasuk tentang Rayyan. Tak henti-henti  Brianda terkejut yang luar biasa dalam suaranya, menyadari kaitan tak terduga ini.

"Boss, maksud Lo Britania pacaran sama Rayyan gitu???"

"Hehhh! Nggak. Briella cuma nganggap dia adik. Selama ini dia yang rawat Rayyan, dia sempat OD dan direhab juga. Brii yang ngurusin dia selama itu dan sekarang udah sembuh. Gue sempat ketemu dia kemarin..." Nathan berkali-kali menghembuskan napas panjangnya, beban di pundaknya terasa makin berat saja. Menceritakan ini pada Brianda, seseorang yang tahu latar belakangnya, seolah melepaskan sedikit beban, namun juga menambah dilema.

"Apa perlu gue lapor sama Tuan Besar atau Nyonya? Mereka pasti bahagia banget..." Brianda menawarkan, matanya berbinar berharap itu sebuah  kabar gembira untuk bossnya.

"Nggak! Nggak, jangan dulu. Rayyan bakal menghilang lagi kalau tahu itu. Dan Britania juga belum tahu hal ini." Nathan menolak tegas, ada kekhawatiran lain tidak bisa ia abaikan. Rasa takut kehilangan Rayyan lagi, ditambah juga dengan beban menjaga rahasia ini dari Britaniaa, kini terlihat jelas di matanya. Nathan harus berpikir keras bagaimana caranya memberitahu Brii tanpa membuatnya atauapun Rayyan marah.

Terimakasih yang sudah baca. Jangan lupa like dan komennya yaa...

1
Roxanne MA
ceritanya bagus
Yazh: Terima kasih kak, nanti aku mampir ceritamu juga/Smile/
total 1 replies
Roxanne MA
semangat ka
Yazh: Iyaa, semangat buat kamu jugaa😊
total 1 replies
Roxanne MA
haii kak aku mampir nih, janluo mampir juga di karya ku yg "THE ROCK GHOST"
Yazh: siap kak, terima kasihh💙
total 1 replies
Eliana_story sad
bagus tapi gue kurang ngerti ingres
Yazh: hehehe,, cuma sedikit kak kasih bahasa inggrisnya buat selingan.
total 1 replies
Eliana_story sad
hay mampir ya
Yazh: hai juga kak,, siap mampir,,
total 1 replies
KnuckleDuster
Menarik dari setiap sudut
Yazh: terimakasih kakk
total 1 replies
Yazh
ok kak,, terima kasih.. gass mampir 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!