Tambatan Hati CEO Dingin

Sejak kecil bisa dibilang jika Nana hidup bagai di neraka dunia, Abraham papa kandung Nana yang seharusnya menjadi cinta pertama Nana malah menjadi orang pertama yang begitu dalam menorehkan luka di batinnya. Bukan hanya luka fisik yang kerap Nana dapatkan tetapi juga luka batin. Cacian dan makian juga hinaan kerap kali di terima Nana dari Abraham dan juga Shinta yang kala itu telah di nikahi secara siri oleh Abraham.

Apalagi setelah keluarga besar mengetahui jika Abraham dan Shinta telah berhasil menendang keluar Kamila dari rumah Abraham tanpa membawa harta apapun. Bahkan dengan tega keluarga besar Abraham memisahkan ibu dan anak. Nana yang kala itu baru berumur lima tahun dipisahkan secara paksa dari Kamila, dan tumbuh besar tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Ketika Nana duduk di bangku sekolah menengah atas pada saat pengenalan siswa baru Nana bertemu dengan tiga orang siswa baru dan menjalin persahabatan, hingga saat ini persahabatan mereka tetap terjalin bahkan lebih erat dan lebih kuat dari sebelumnya. Bermula dari omongan iseng Nana menyarankan agar mereka patungan untuk mendirikan tempat nongkrong anak muda kekinian untuk sekedar menambah uang saku. Tak dinyana para sahabatnya menganggap serius ide itu. Bahkan Sasa dengan antusias mengajak mereka menemui pamannya untuk membicarakan dan mengajukan proposal pendirian tempat usaha mereka.

Paman Sasa yang biasa panggil daddy Karl tentu saja mengabulkan permintaan keponakan semata wayangnya, dengan syarat mereka harus konsisten dan bertanggungjawab penuh atas pengolahan tempat usaha itu dengan tidak melupakan tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai pelajar.

Berkat keuletan dan kepiawaian Nana dalam mengolah berbagai bahan makanan dan minuman, kafe yang mereka dirikan dengan bantuan modal dari Karl perlahan menjadi terkenal dan memberikan untung yang tidak sedikit. Karl pun dengan boleh berbangga dengan semua pencapaian yang diraih oleh sahabat keponakannya yang telah di anggapnya anak, Karl memperlakukan dan memberi perhatian kepada Nana, Lily dan juga Mel sama besar seperti kepada Sasa. Karl pasti akan selalu menjadi garda terdepan jika sesuatu terjadi kepada keempat gadis itu, bahkan tidak jarang jika Karl sendiri turun tangan menangani semua masalah yang timbul dan memberikan jalan keluar untuk masalah mereka.

Entah bagaimana nanti nasib Dika sekeluarga juga nasib Mulan beserta keluarga besarnya jika Karl mengetahui semua perbuatan mereka terhadap Nana.

Nana yakin jika sebenarnya Karl mengetahui semuanya tapi Karl menunggu Nana untuk mengatakan semua kepadanya. Bagi Karl tidak ada kata maaf untuk orang-orang yang telah menyakiti dan memperlakukan dengan buruk para gadis kesayangannya. Hanya tinggal menunggu waktu saja Dika dan Mulan beserta keluarga mereka di hancurkan oleh Karl.

Mengingat semua kejadian yang menimpanya sejak kemarin membuat Nana shock dan nyaris kehilangan kewarasannya. Bagaimana tidak, pernikahan impiannya yang diambang mata tinggal beberapa hari lagi menjelang pengucapan janji suci di depan Tuhan, juga dengan semua persiapan yang telah hampir sembilan puluh lima persen selesai harus hancur lebur dan gagal dilaksanakan. Segala persiapan itu tidak sedikit memakan dan menguras hampir semua tabungannya termasuk tenaga juga perhatiannya.

Nana mencurahkan semuanya berharap sepenuh hati jika pernikahannya akan kekal dan langgeng hingga tua dan ajal menjemput salah satu dari mereka. Tetapi takdir berkata lain, kini semua jerih payah usahanya dalam mempersiapkan pernikahan itu dinikmati oleh Mulan. Dengan tega dan tanpa dosa, Abraham meneruskan semua rencana pernikahan yang telah di rancang oleh Nana ketika Nana memutuskan untuk membatalkan pernikahannya bahkan dengan bangga dan tanpa merasa sedih maupun merasa bersalah Abraham mengusir dan mencoret Nana dari keluarga besarnya.

Sekarang Nana duduk termenung di ruang tamu milik Anthony tanpa menyadari keadaan sekitarnya dan tanpa memperdulikan keadaan juga kondisi tubuhnya yang terlihat sangat menyedihkan.

Dengan pipi bengkak dan bibir sobek juga mata sembab merah lalu rambut acak-acakan membuat iba siapa pun yang melihatnya. Belum lagi lelehan air mata yang tak berhenti keluar dan membasahi seluruh wajahnya.

Anthony perlahan mendekati Nana dan dengan lembut membelai rambut Nana, mencoba menenangkan Nana yang masih terus teringsak menangis pilu.

"Beb.. honey.. jangan menangis lagi.. cuci muka dulu ya.." ujar Anthony dengan suara lembut. Nana tak merespon perkataan Anthony. Anthony pun bangkit perlahan meninggalkan Nana dan mengambil ponsel Nana yang telah full terisi battery nya, kemudian mengaktifkan ponsel itu. Begitu ponsel Nana aktif puluhan pesan dan panggilan tak terjawab berdatangan dari beberapa nama yang tidak Anthony kenal.

Tak seberapa lama ponsel Nana bergetar oleh sebuah panggilan yang berasal dari kontak yang bertuliskan " PREMAN CANTIK " Anthony pun menggeser tombol hijau dan menerima panggilan itu.

"Naaaaa.. kamu dimana sih? Dari tadi aku , Lily juga si bungsu berusaha menghubungimu tapi hape kamu engga aktif. Kelas sudah mau selesai ini.. kamu dimana? Kenapa susah banget dihubungi.." terdengar perkataan dan pertanyaan dengan nada cemas dari sebrang sana.

"Halo.. dengan siapa saya berbicara? Apakah Anda kerabat atau saudara dari Nana?" tanya Anthony.

"Eh.. siapa kamu? Kenapa panggilanku kamu yang jawab? Mana Nana?" tanya si penelepon.

"Sementara ini Nana dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk menerima telephone. Bolehkan saya mengetahui hubungan Saudari dengan Nana? " tanya Anthony lagi.

" Saya salah seorang orang terdekat Nana. Nama saya Clarissa.. Dimana Nana dan apa yang terjadi?"

Ternyata yang menelepon itu Sasa, dengan perasaan bercampur aduk Sasa berusaha tenang.

"Oh mbak Clarissa .. Saya Anthony.. kita pernah bertemu beberapa hari yang lalu di kafe... Saya yang tidak sengaja menabrak Nana saat itu.. apakah mbak ingat?"

"Hah.. Anthony..? Bentar.. bentar.. Anthony...? cowo ganteng yang kemaren nabrak Nana itu? yang wajahnya sebelas duabelas sama kang Ian Ziering kalo dilihat dari depan kalo dari samping dilihatnya mirip sama babang Park Seo-joon..?"cerocos Sasa.

Anthony hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, tapi kemudian dia mendengar Sasa menjerit kesakitan

" Aduh bungsuuuuu.. kira-kira dong kalo ngegeplak.. mana geplaknya pake botol sosro.. Kalo bukan kesayangan aku.. udah aku cekek kamu.."

" Tanyain keadaan dan keberadaan Nana Saaaaa.... bukannya malah nge gosip macam ibu-ibu komplek berdaster." terdengar suara cempreng seseorang menimpali percakapan Sasa dan Anthony.

" Halo.. bang Anthony bisa beritahu aku gimana keadaan dan dimana keberadaan Nana? Terus terang saja kami semua disini cemas. Tak biasanya Nana mematikan hapenya, trus menghilang tanpa kabar." suara yang berbeda menyapa telinga Anthony.

"Segera lah kalian datang ke apartment ku... nanti aku kirimkan alamatnya.. Aku harap kalian bisa membujuk dan menenangkan Nana. Cepatlah.." ucap Anthony kemudian mengakhiri percakapan itu dan mengirimkan alamat penthouse nya.

Kira-kira duapuluh menit kemudian bel pintu penthouse Anthony berbunyi, Anthony yang telah mengetahui kedatangan para sahabat Nana segera membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk dan menemui Nana. Dan menghentikan mereka sejenak di selasar depan untuk menangkan mereka dan memberitahu keadaan Nana agar mereka tidak kaget melihat Nana.

Tergesa mereka menghampiri Nana yang masih duduk termenung bengong tak memperdulikan sekitarnya. Melihat keadaan Nana yang mengenaskan dan menyedihkan seperti itu meledaklah tangis Mel dan Lily, mereka berdua langsung memeluk Nana. Sementara Sasa hanya tertegun terkaget-kaget terkejut melihat keadaan Nana.

Tadi setelah sekilas mendengar keadaan Nana ketika ditemukan oleh Anthony, sekilas Sasa dapat meraba apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

Dengan hati yang dipenuhi oleh amarah Sasa meraih ponselnya dan menghubungi Karl.

" Daddy.. tolong datang ke alamat yang nanti Sasa kirim.. secepatnya.. urgent daddy.." ujar Sasa begitu Karl mengangkat telephone nya.

"Ada apa sayang? Apa yang terjadi?" Tanya Karl di sebrang sana.

"Pokoknya Sasa mohon daddy... cepatlah datang.. alamatnya sebentar lagi Sasa kirim" setelah itu Sasa memutuskan percakapan dan mengirimkan alamat penthouse Anthony kepada Karl.

"Maaf aku memanggil daddy ku kesini tanpa persetujuan abang.. masalah ini daddy harus tau dan aku mohon abang nanti menjelaskan pada daddy" mohon Sasa.

"Baiklah.. sekarang duduk dan tenangkanlah Nana.. Dia memerlukan kalian.."