Bagaimana rasanya jika dicintai guru pembimbing sendiri? Ya, itulah yang di rasakan oleh pemilik nama Sefanya Arkhava. Seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA bertubuh mungil dan berparas cantik itu aktif dalam sebuah club musik yang dimana ia sangat menyukai irama lagu.
Sefa merupakan salah satu murid dengan berbagai bakat yang di milikinya dipertemukan dengan seorang guru pembimbing yang mengajarinya dalam bermain musik.
Kalandra Ghiffari pria yang berhasil sukses di usia muda kini menjadi guru pembimbing club' musik di salah satu sekolah bergengsi di kotanya. Parasnya yang tampan berhasil memikat para kaum wanita di luar sana.
Lantas seperti apa kisah pertemuan Sefa dan Kalandra? Yuk simak terus dalam kisah Love Melody
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Mentari pagi telah menampakkan sinarnya, Sefa menyingkap selimut tebal yang membungkus dirinya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri nya tepat di depan pintu kamar mandi tubuhnya sedikit terhuyung namun Sefa masih bisa mengendalikannya.
Gadis itu segera berpakaian rapi dan seperti biasa ia menguncir rambutnya serta memasangkan liptint untuk menutupi bibirnya yang terlihat sedikit pucat. Sekiranya sudah rapi Sefa bergegas keluar dan menuju meja makan, ia hanya mengambil selembar roti yang di isi dengan selai kacang cokelat.
"Duduklah, makan dengan benar." Ucap Aiden yang juga berada disana sedang menyantap sarapan yang di masak oleh istri nya.
"Aku hampir telat." Sahut Sefa yabg langsung meneguk segelas susu.
Gadis itu langsung berpamitan pada orangtuanya dan segera berjalan menuju halte bus. Sesekali Sefa melihat layar ponselnya berharap seseorang mengirimi nya pesan namun itu hanya angan nya semata, karena pada kenyataannya tidak ada satupun pesan yang masuk di ponsel nya.
Tidak lama bus yang di tunggu nya pun datang, gadis itu segera masuk dan duduk di kursi paling depan, jika biasanya Sefa duduk di paling belakang namun entah kenapa hari ini ingin rasanya ia duduk di depan. Selama perjalanan Sefa melihat ke arah jendela sampai mata nya melebar ketika ia melihat sebuah mobil yang berhenti tepat di samping bus yang di naikin nya itu.
Karena kaca mobil yang sedikit terbuka, Sefa bisa dengan jelas melihat siapa yang duduk di mobil yang sangat ia kenal itu. "Wanita yang berbeda, tch dasar buaya!" Gumam Sefa yang langsung mengalihkan pandangannya ke depan.
Cukup lama, akhirnya Sefa sampai di halte sekolah ia segera turun dan berjalan menuju gerbang sekolah. Dengan sengaja ia berjalan melewati parkiran dan melihat sederet mobil yang terparkir disana. "Sial, kenapa aku harus peduli dengan nya?" Gumam Sefa yang kemudian berbalik menuju kelas nya.
"Kamu sakit Fa?" Tanya Rania yang melihat Sefa tidak seperti biasanya.
Sefa hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia mengeluarkan buku nya dan mulai mencoret-coret tidak jelas sampai tidak sengaja terbentuk sketsa wajah seseorang yang mungkin ada dalam benak nya. Rania yang duduk di sampingnya sedari tadi memperhatikan gerak tangan Sefa hingga menjadi sebuah sketsa.
"Keren.. apa ini artinya kau sedang memikirkannya?" Ucap Rania.
"Hm?" Sefa menoleh ke arah Rania, ia tidak mengerti dengan apa yang di katakan sahabatnya itu.
Rania menunjuk sketsa yang di gambar Sefa dengan lirikan matanya, gadis itu mengikuti lirikan mata temannya dan betapa kagetnya ketika Sefa melihat apa yang di gambar nya secara tidak sengaja. Ia sendiri tidak tau bagaimana bisa dirinya menggambar sketsa wajah Alan dengan begitu detail.
Sefa langsung merobek buku nya dan hendak membuangnya namun berhasil di rebut oleh Rania yang langsung pergi meninggalkan nya. Di depan kelas Rania berlari untuk menghindar dari kejaran Sefa sampai akhirnya tidak sengaja ia bertabrakan dengan seseorang yang merupakan guru di sekolah itu.
Tepat sasaran, guru yang bertabrakan dengan Rania adalah Kalandra yang hendak menuju kelas sebelah. "Oops.." desis Rania menutup mulutnya. Karena kejadian tersebut kertas yang di pegang Rania pun terjatuh dan terpampang jelas di lantai hingga terlihat oleh Alan.
Sefa yang berdiri dengan jarak beberapa langkah dari belakang Rania langsung berlari untuk mengambil kertas tersebut namun sayang kertas itu berhasil Alan dapatkan. Ia melihat dengan seksama sketsa hasil buatan tangan Sefa yang begitu rapi walau ia tidak sengaja melukis nya.
"Berikan itu padaku!" Ucap Sefa dengan nada dingin.
"Ambil lah jika kau bisa." Sahut Alan yang meninggikan sebelah tangannya.
Dengan meloncat-loncat Sefa berusaha untuk mengambil kertas itu tapi semua percuma karena tubuh Alan jauh lebih tinggi dari nya. Lelah sudah rasanya setelah Sefa terus meloncat akhirnya ia mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu dan kembali ke kelas nya yang di susul oleh Rania.
*
Selesai semua jam pelajaran, Sefa masuk ke ruang musik karena kebetulan hari ini ia ada latihan untuk festival musik yang akan di gelar beberapa hari kedepan. Sefa telah standby duduk di depan piano dengan buku di panduan lagu di depannya. Ia mulai menggerakkan jari lentiknya tanpa memikirkan hal lainnya.
Di tengah-tengah bermain, Sefa menghentikan jari nya dan memejamkan matanya sebentar hal tersebut berhasil menarik perhatian Alan yang baru saja masuk ke ruangan itu untuk membimbing Sefa.
"Kenapa berhenti?" Tanya Alan menghampiri Sefa.
Gadis itu hanya melirik sekilas lalu melanjutkan kembali aktivitas nya. Selesai dengan satu lagu Alan langsung mengakhiri pertemuannya hari itu, terlihat ia sedang buru-buru sepertinya ada hal lain yang begitu penting daripada mengajari Sefa.
"Tunggu..." Ucap Sefa yang berhasil menghentikan langkah Alan.
"Kenapa? Ada hal lain yang ingin kau tanyakan?" Tanya Alan ketika berbalik.
"Tidak." Sahut Sefa yang mengurungkan niatnya untuk bertanya pada pria itu.
Alan kembali melangkahkan kaki nya dan meninggalkan Sefa begitu saja. Sementara dengan gadis itu, merasa ada yang tidak beres dengan perasaannya saat ini ia mencoba untuk mengikuti Alan dengan menggunakan taksi.
Hari mulai gelap, pria itu menepikan mobilnya di depan sebuah restoran Sefa yang melihat itu langsung turun dan mengikuti Alan secara diam-diam. Terlihat seorang wanita muda yang tengah duduk sendiri dan langsung di hampiri oleh Alan.
Refleks, Sefa mengepalkan tangannya dan menajamkan matanya. Rasa panas menyeruak dalam dada Sefa sampai rasanya ia ingin menghampiri keduanya dan berkata kasar pada pria pemilik nama Alan itu namun ia masih bisa sadar dengan posisinya saat ini. Siapa dia harus marah tanpa alasan.
Sefa memutarbalikkan tubuhnya dan kembali menghentikan sebuah taksi. Alan yang melihat itu langsung mengakhiri obrolannya dengan gadis yang di pilihkan oleh Leo, ia bergegas keluar dari tempat itu dan langsung melajukan mobilnya mengikuti Sefa.
Sesampainya di rumah, Sefa langsung masuk kedalam kamar bahkan ia tidak menjawab pertanyaan kedua orangtuanya. Melihat Lampu kamar Sefa yang telah padam membuat Alan lega, ia berpikir bahwa gadis itu telah beristirahat dan terlelap dalam tidurnya.
Namun faktanya tidaklah seperti itu, untuk yang pertama kalinya Sefa meneteskan air mata karena seorang pria. Jika sebelumnya ia pernah menangis pasti karena setelah berdebat dengan papa nya tapi kali ini Alan telah berhasil membuatnya menangis dengan rasa yang teramat menyakitkan.
Setelah cukup lama Sefa menangis seorang diri akhirnya ia memejamkan matanya, namun Sefa tidak benar-benar terlelap karena bayangan Alan yang terus berputar dalam mimpinya terus mengganggu nya. "Kalandra Ghiffari... Kau benar-benar membuatku marah!" Gumam Sefa yang kembali terbangun.