Demi sesuap nasi Wahyu memaksa putrinya untuk menikahi pria paruh baya yang hartanya ada dimana-mana.
Kenisha si gadis cantik nan anggun tak bisa menolak, meski ia tak ada cinta, namun masalah perut dan tempat tinggal yang layaknya jauh lebih penting dari pada perasannya.
“Asal kau bisa merubah rumah gubuk kandang ayam ku menjadi beton, dan memastikan keluarga ku kenyang, aku akan mengabdikan seluruh hidup ku pada mu, tuan.” ucap Kenisha seraya meneteskan air matanya.
“Ku penuhi persyatan mu, babe.” sahut David si pria kaya bergelimang harta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reski Muchu Kissky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Besan Galak
“Sekarang?” Kenisha sedikit malas karena saat itu waktu sudah menjelang Magrib.
“Pantai juga ramai kalau malam hari.” kemudian keduanya pun keluar dari rumah menuju mobil yang terparkir di depan pintu utama.
Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, David yang duduk di kursi kemudi menginjak gas dan meluncur membelah jalan raya menuju pantai yang ada di tengah-tengah kota.
****************
Hana yang ingin pulang bertemu dengan Wahyu yang akan mengambil air wudhu untuk sholat.
Hana yang tidak mengenali Wahyu berpikir kalau pria paruh baya yang ada di hadapannya adalah satpam atau sopir baru.
“Mau kemana?” tanya Hana.
“Saya mau sholat Magrib mbak.” ucap Wahyu dengan santai ia berpikir kalau wanita tua yang ada di harapannya adalah art.
“Mbak?” emosi Hana seketika mendidih, karena pekerja yang ada di hadapannya tidak sopan kepadanya.
“Apa kau tahusiapa aku?” Hana bersedekap dengan tatapan marah.
“Art kan?” ucap Wahyu begitu saja.
“Hah!” Hana tertawa getir.
Wahyu yang melihat itu mengira kalau Hana kurang sehat.
“Aku ibunya David Western, kurang ajar sekali kau kalau tidak mengenali aku! Apa pekerjaan mu di sini!” pekik Hana.
“Ma-maaf bu, saya tidak tahu kalau Ibu adalah orang tua dari tuan Virgo.” kemudian Wahyu menjabat tangan besannya dengan sigap.
“Heehhh!! Dasar! Tidak sopan! main pegang-pegang saja!” Hana menghempaskan tangan Wahyu lalu ia mengambil sapu tangan dari saku bajunya.
“Sangat tidak beretika.” manapun gelap tangannya dengan sapu tangan yang ada di tangannya.
“Saya adalah wahyu orang tua dari Kenisha.” Wahyu pun memperkenalkan dirinya.
“Apa?!” mengetahui kalau pria dekil dan jelek di hadapannya adalah besannya rasanya Hana yang bergaul dengan sosialita tingkat 1 ingin pingsan seketika di tempat.
“Iya bu, saya senang bisa mengenal ibu lebih awal, saya pikir kita akan bertemu di resepsi pernikahan.” Wahyu melempar senyum pada besannya.
“Hemm! Enggak sudi! Heh, masih ada waktu satu hari untuk berpikir ulang menikahkan putri mu dengan putra ku, aku tahu alasan mu menikahkan mereka karena uang, jadi kalau kau bersedia membatalkan pernikahan ini maka aku akan memberikan mu uang yang sangat banyak.” Hana memberikan penawaran yang menarik pada Wahyu.
Dia pikir aku bodoh, tak ada yang paling menguntungkan selain menikahi pemilik harta itu sendiri, karena milik David adalah milik Kenisha juga, batin Wahyu.
“Terimakasih banyak nyonya, tapi saya memohon maaf karena saya tidak bisa menerima uang yang ditawarkannya, bagi saya kebahagiaan keduanya adalah yang paling utama.” Wahyu yang sudah melihat masa depan yang cerah di hadapannya tidak mungkin mau menerima setumpuk uang yang kapan saja bisa habis.
Karena calon besannya tidak bisa diajak bekerja sama Hana yang merasa kesal memutuskan untuk pulang.
“Baiklah, tapi kau harus tahu satu hal kalau aku tidak pernah merestui pernikahan ini, aku juga tidak akan datang ke acara itu, jangan harapkan apapun dari putra ku karena itu adalah milik ku juga.” Hana memperingati Wahyu dengan sangat keras.
Wahyu yang tak ingin memperpanjang masalah hanya diam seraya merindukan kepalanya.
Ia tak perduli kalau harga dirinya di injak-injak, karena ia berlaga bodoh untuk menang.
“David masih ada dalam kartu keluarga kamu aku bisa kapan saja mencoret dan membuang dia dari sana, jadi jangan senang dulu.” Hana tahu betul orang-orang seperti Wahyu adalah pecinta uang sama seperti dirinya.
Setelah puas mengeluarkan sebagian isi hatinya, Hana pun keluar dari rumah putranya.
Saat calon besannya luput dari pandangannya, Wahyu geleng-geleng kepala.
“Bisa apa kau kalau putri ku sudah memberikan cucu pada mu.” Wahyu sangat mengerti kalau keluarga kaya raya itu membutuhkan keturunan yang banyak.
Sudah pasti jika Kenisha dapat melahirkan anak-anak yang lucu maka keluarga Western akan menerima keberadaan mereka.
Saat Wahyu kembali melangkahkan kakinya menuju Mushola yang ada di rumah itu, Lilis datang menyusul suaminya.
“Calon besan kita menyeramkan sekali mas mas,” ucap Lilis.
“Biarkan saja, yang penting David memihak kita.” Wahyu percaya meski menantu mereka sedingin es kutub Utara dan sepedas cabai janda setan, namun sang calon menantu tidak akan pelit kepada mereka.
“Kau bener mas, semoga saja dia tidak datang ke pernikahan putri kita, aku sangat takut padanya.” mengutarakan kesan pertamanya melihat Hana.
“Aamiin.” Wahyu setuju dengan istrinya.
****************
Setelah menempuh perjalanan beberapa saat akhirnya mobil yang di kendarai oleh David tiba juga di pantai lepas tengah kota.
“Wah... baru kali ini aku lihat laut sedekat ini, tuan.” Kenisha yang bahagia tersenyum kepada calon suaminya.
“Memang selama ini kau lihat dari mana?” tanya David.
“Dari televisi, dulu waktu aku SD aku pernah bermain ke rumah teman ku, kebetulan ayahnya menyetel siaran berita, reporternya bicara di pinggir pantai, sejak saat itu aku ingin sekali melihat laut tapi tidak pernah kesampaian, karena kalau dari rumah ku itu jauh sekali, mahal di ongkos.” Kenisha tak malu mengatakan keadaannya pada calon suami.
“Memangnya berapa ongkosnya?” David bertanya bukan karena penasaran tetapi dia tidak punya topik pembahasan untuk di bicarakan.
“Waktu itu kalau nggak salah 15.000, tiket masuk 35.000 satu orang,” terang Kenisha.
“Itu hanya 50.000, apa segitu saja kau tak punya uang?” David merasa kalau Kenisha adalah orang termiskin yang pernah ia temui di dunia.
David yang selalu berbaur dengan kalangan kelas 1 tak tahu kalau ada orang-orang seperti Kenisha yang membutuhkan pengeluaran tangannya.
Walau begitu bukan berarti dia tidak pernah bersedekah, namun pajak penghasilan uang yang harus dia keluarkan sesuai syariat agama bukanlah perkara 25.000 atau 100.000.
Melainkan puluhan sampai ratusan juta, untuk itu iya serahkan kepada payroll perusahaannya.
“Tapi 50.000 itu adalah upah 3 hari kerja ku menyortir cabai busuk dan kering di pasar, dari pada ke pantai Lebih baik aku belikan beras 5 kilo, atau tahu dan tempe tuan.”
Kenisha yang serba kekurangan membuat hitungan matematikanya menjadi kuat.
Benar juga, uang 50.000 untuknya dan untuk ku itu berbeda, batin David.
“Ya sudah kalau begitu sekarang kita sudah di pantai, nanti kau bisa bermain sepuas mu, aku akan menunggu mu.” meski David Tak suka menunggu, namun untuk sang calon istri ia rela membuang waktunya yang berharga.
Karena ia sadar yang ia nikahi bocah yang baru dewasa dia juga tahu gadis kecil yang ada di hadapannya masa kecilnya kurang bahagia.
Ini adalah resiko menikahi yang baru dewasa batin David.
Setelah menemukan pantai pasir putih yang sepi akan pengunjung David pun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.
“Loh, kok di sini tuan?” Kenisha merasa tak nyaman karena tempat itu terlalu jauh dari keramaian. Disana juga hanya ada satu cafe yang buka.
“Kau mau mandi kan? memangnya kau mau berbaur dengan orang-orang yang ada disana?” mata David menunjukkan arah mereka datang.
anywhere, keep it that
Ditunggu feedback-nya
Kadang juga ada nama Virgo n Lyra.
Mereka sp y?