Dua kali Kenan melakukan kesalahan pada Nara. Pertama menabrak dirinya dan kedua merenggut kesuciannya.
Kerena perbuatannya itu, Kenan terpaksa harus menikah dengan Nara. Namun sikap Kenan dan Mamanya sangat buruk, mereka selalu menyakiti Nara.
Bagaimana perjalanan hidup Nara?
Akankah dia mendapat kebahagiaan atau justru menderita selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17.
Rendy masih setia menunggu Nara bicara, dia semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin Nara dan Kenan menikah tanpa sebab, dia tahu Kenan sama sekali tidak menyukai gadis itu, begitu juga sebaliknya.
"Sebenarnya orang yang menabrak ku adalah Kenan," ujar Nara membuka suara.
Rendy terkejut, "Astaga, jadi kamu korbannya?"
Nara mengangguk.
"Jadi karena itu kalian menikah?" tanya Rendy.
"Bukan, karena aku cedera dan Om serta Tante ku pergi, Pak Hendra mengajakku tinggal di rumahnya. Awalnya aku enggak tahu kalau yang menabrak aku adalah Kenan, sampai aku melihat fotonya di rumah Pak Hendra, baru aku tahu kalau Pak Hendra itu ayahnya."
"Lalu?"
"Malam hari saat aku tidur, kejadian mengerikan itu pun terjadi, Kenan tiba-tiba masuk ke kamarku dan ...." lanjut Nara, namun dia tak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya.
"Dan apa, Ra?" desak Rendy tak sabar.
"Kenan menodai aku dan ketahuan oleh orang-orang di rumah itu." Tangis Nara sontak pecah, dia tak bisa lagi membendung perasaannya.
Sekali lagi Rendy terkejut setengah mati mendengar pengakuan Nara, dia tak percaya Kenan melakukan perbuatan bejat itu terhadap Nara.
"Dia sudah merusak masa depanku, Ren," lirih Nara dengan air mata berlinang.
Tubuh Rendy seketika lemas tak bertenaga, kenyataan macam apa ini? Kenan yang angkuh dan sempurna memperkosa si cupu Nara hingga terpaksa menikahi gadis itu. Sungguh tidak masuk akal.
"Apa saat itu dia mabuk?" Rendy memastikan, karena dia ragu Kenan melakukannya dengan sadar.
"Entahlah, aku enggak ingat." Nara terlalu takut dan syok saat itu hingga dia lupa.
"Jadi ini alasannya? Kenan terpaksa menikah denganmu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya?"
Nara kembali mengangguk, "Iya."
"Lalu apa dia memperlakukan mu dengan baik?" selidik Rendy.
Nara sontak teringat semua perlakuan buruk Kenan dan Windy, "Sama sekali enggak. Dia selalu bersikap kasar padaku, dia mengatakan jika dia enggak menganggap aku sebagai istri. Bukan cuma dia, mamanya juga seperti itu. Hanya Pak Hendra dan Bi Ani yang selalu baik padaku."
Rendy mengembuskan napas berat, dia sudah menduga jika Kenan dan Windy akan berbuat seperti itu. Dia sangat prihatin pada nasib Nara.
"Apa Om dan Tante kamu tahu perlakuan mereka?"
Nara tertegun, air matanya semakin tumpah ruah. Dia terisak-isak saat teringat Om dan Tantenya yang telah tiada itu.
"Ra."
"Om dan Tante aku sudah meninggal dunia, Ren. Mereka kecelakaan beberapa hari sebelum aku menikah, mereka bahkan enggak tahu apa yang menimpaku," beber Nara dengan suara bergetar.
Rendy kembali kaget, terlalu banyak hal mengejutkan yang baru dia ketahui tentang hidup teman baiknya ini. Rendy kian merasa iba pada Nara, diusia belia, Nara harus menghadapi masalah yang pelik dan begitu berat.
"Kamu yang sabar, ya! Percayalah, Tuhan pasti punya rencana yang indah untukmu." Rendy mengusap punggung belakang Nara untuk memberikan kekuatan pada wanita itu.
"Aku rasanya ingin mati saja, aku sudah enggak punya siapa-siapa lagi dan sekarang hidup ku sudah hancur. Aku sudah enggak punya masa depan lagi, Ren," keluh Nara, dia benar-benar melampiaskan perasaan dan kesedihan yang selama ini dia pendam, betapapun dia mencoba kuat, tetap saja dia rapuh.
"Jangan bicara seperti itu! Kamu masih punya aku dan Om Hendra, bilang pada kami jika kamu disakiti oleh siapa pun terutama Kenan dan Mamanya."
"Aku enggak ingin menyusahkan siapa pun, Ren."
Rendy menggenggam tangan Nara dan menatap dalam mata wanita itu, "Ra, dengarkan aku! Kita ini berteman, jangan sungkan untuk cerita apa pun padaku dan jangan ragu untuk minta bantuan ku! Karena aku akan selalu ada untuk kamu."
Nara terenyuh, jantungnya berdebar mendengar ucapan Rendy, namun hatinya semakin merasa sakit. Perasaannya terhadap Rendy harus dia kubur dalam-dalam, karena dia tak lagi pantas untuk pemuda baik hati itu.
***
Setelah Nara lebih tenang, Rendy pun mengantarkan wanita itu pulang ke kediaman Hendra.
"Terima kasih, ya, Ren," ucap Nara, kini dia jauh lebih baik dari sebelumnya. Ternyata berbagi dengan Rendy adalah keputusan yang tepat, apalagi pemuda itu berjanji akan selalu ada untuk Nara.
"Sama-sama, Ra. Pokoknya ingat pesan aku, kamu enggak boleh sedih dan berpikiran macam-macam lagi! Kalau ada apa-apa, cepat kabari aku!"
"Iya, Ren."
"Ya sudah, aku masuk dulu ke rumah. Nanti aku telepon," ujar Rendy.
Nara mengangguk dan tersenyum. Rendy pun membelokan sepeda motornya masuk ke halaman rumah yang berada tepat di depan kediaman Hendra. Nara baru tahu jika Kenan dan Rendy tetangga dekat, pantas saja Kenan melarang dirinya keluar sebab takut pemuda itu melihatnya. Tapi sekarang Nara tak perlu risau, karena Rendy sudah tahu semuanya dan berjanji akan menjaga rahasia ini.
Tapi Nara dan Rendy tak sadar jika dari kejauhan Kenan tengah mengamati mereka dengan perasaan kesal.
"Sialan! Berani sekali dia melakukan ini! Aku akan buat dia menyesali perbuatannya!" Kenan menginjak pedal gas dan melesat masuk ke dalam halaman rumahnya.
Nara yang baru masuk rumah sontak berbalik saat mendengar suara mobil, dia terkejut melihat Kenan buru-buru turun lalu menghampirinya dengan tatapan tajam.
"Apa yang kau lakukan, haa?" bentak Kenan.
Nara mengernyit, "Maksudmu apa?"
"Jangan pura-pura bodoh! Kau sengaja kan meminta Rendy mengantar mu ke sini? Kau pasti ingin Rendy dan semua orang tahu jika kau sudah menikah denganku. Iya, kan?" tuduh Kenan.
Nara tercengang dan langsung menggeleng, "Aku enggak berniat seperti itu! Kemarin Rendy melihat aku naik mobilmu lalu masuk ke rumah ini, dia bertanya ada apa. Makanya, mau tak mau aku ceritakan semuanya pada dia."
Kenan terhenyak, "Jadi Rendy sudah tahu semuanya?"
"Iya."
Darah Kenan seketika naik, dia benar-benar kesal pada Nara.
"Kenapa kau ceritakan padanya? Bagaimana kalau dia membongkar semua ini pada orang lain? Kau ingin membuat aku malu, ya?"
"Terus kau pikir aku enggak malu? Aku jauh lebih malu saat Rendy tahu apa yang sudah kau lakukan padaku! Aku sangat malu karena orang lain tahu jika aku ini kotor dan rusak karena ulah mu!" sungut Nara dengan berlinang air mata.
"Kalau kau tahu malu, kenapa kau cerita?" bentak Kenan kesal.
"Lalu aku harus bilang apa? Menurutmu alasan apa yang pantas aku berikan jika aku kepergok tinggal di rumah seorang pria, haa?" balas Nara dan segera berlalu dari hadapan Kenan dengan air mata berderai.
"Aku akan membuat kau menyesal kalau sampai Rendy buka mulut dan semua orang tahu tentang pernikahan bodoh ini!" teriak Kenan geram karena Nara mengabaikannya, namun wanita itu tak menggubrisnya sama sekali.
"Berengsek! Dasar cewek sialan!" umpat Kenan, sekarang dia tahu maksud kedatangan Rendy kemarin malam.
"Aku harus bicara pada Rendy." Kenan bergegas ke rumah tetangga sekaligus sahabatnya itu.
Bi Ani yang mendengar pertengkaran dua anak manusia itu hanya bisa mengelus dada, semakin hari dia semakin merasa kasihan pada Nara, namun dia tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menghibur dan menenangkan wanita itu.
***
beruntung papa Hendra bersikap tegas