Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - Bukan Kali Pertama
Kondisi Alexander benar-benar memburuk pasca kejadian kemarin. Tiga hari berlalu, Zayyan tetap harus bergelut dengan pekerjaan sementara Zoya dan Agatha bergantian menjaga sang Papa di rumah sakit. Selama itu pula, Zayyan tidak bisa menemui sang papa karena dilarang ibu sambungnya.
Menjelang sore, Zayyan pulang dengan langkah gontainya. Pria itu tampak berpikir apa yang harus dia lakukan, apa benar pernikahan yang diinginkan sang papa adalah jalan keluarnya. Tiba di rumah suasana terasa amat berbeda, tidak ada kehangatan karena seluruh anggota keluarganya pergi semua. Hanya ada pelayan, itu pun sibuk melakukan kesibukannya.
Zayyan menatap pintu kamar Azoya, tampak tertutup rapat dan kemungkinan adiknya tidak berada di rumah. Pria itu melangkah pelan, hatinya tertarik untuk masuk ke kamar adiknya. Naluri saja, tanpa ada niat gila ataupun semacamnya.
"Hm?"
Tidak terkunci, Zayyan tersenyum tipis kala menyadari pintunya bisa dibuka dengan mudah. Pria itu masuk sembari memastikan tidak ada saksi mata yang melihatnya, ya hal semacam itu sudah biasa bagi Zayyan. Megendap-endap dan mencuri kesempatan di rumah sendiri sudah menjadi hal yang paling dia utamakan saat Azoya kian dewasa.
Tidak ada siapapun di sana, gemericik air terdengar membuat hati Zayyan sejenak menghangat. Dia sangat merindukan adiknya itu, beberapa hari tidak bertemu dan tidak bisa menghubungi sang adik sebebas mungkin membuatnya sedikit tersiksa.
"Kenapa dia letakkan di sana?"
Zayyan menggigit bibir kala menyadari pakaian Azoya yang tergeletak di atas tempat tidur, lengkap dengan pakaian dallam dengan warna senada itu. Otak nakalnya sebagai laki-laki mulai berfantasi dan membayangkan tubuh adik perempuannya, apalagi ketika dia melihat ranjang dengan sprei putih polos di hadapannya.
"Shiitt, hentikan, Zayyan!!" gumam Zayyan pelan seraya memijit pangkal hidungnya, dia harus tetap waras sebenarnya.
Di tengah lamunannya, Azoya kini muncul dengan wajah panik kala menyadari sosok pria masuk ke dalam kamarnya. Ya, meski sudah mengenal itu pasti Zayyan tetap saja dia terkejut dan merasa kehadiran Zayyan sangat-sangat mengganggu.
"Kak?"
"Hm? Sudah selesai ternyata, aku mengganggumu?"
Zayyan menoleh dan melontarkan pertanyaan yang luar biasa konyolnya. Jelas saja mengganggu, bahkan tanpa perlu dijelaskan lebih dulu, Zayyan seharusnya paham sendiri.
Tatapan Zayyan membuatnya gugup, Azoya menutup bagian dadanya dengan telapak tangan. Hanya dengan handuk yang membalut tubuhnya hingga lutut membuat wanita itu malu di hadapan sang kakak.
"Kakak kenapa melihatku begitu?" Risih sebenarnya, cara Zayyan memandangkan sedikit menakutkan menurut Azoya.
"Cantik, kulitmu semakin putih ternyata."
Apalagi kali ini, pujian gila yang disampaikan pria dewasa pada wanita idamannya. Zayyan menghampirinya, pria itu menarik tubuh Azoya dalam pelukan dengan alasan rindunya tiada tertahan.
"Aku merindukanmu, kenapa bisa tidak menghubungiku selama di rumah sakit? Hm?"
Dada Azoya berdebar kencang. Sentuhan Zayyan di pundak polosnya membuat Zoya meremang. Aroma maskulin sang kakak yang kerap dia rindukan menjelang tidur pada akhirnya menjadi candu tanpa dia sadari, hanya sekadar dipeluk tapi jantung Zoya seakan hendak copot dari tempatnya. Padahal, dahulu dia bisa biasa saja, entah kenapa semakin kesini dia merasa kian berbeda.
"Maaf, Kak. Aku jaga Papa," ucapnya pelan seraya mendongak lantaran tubuh Zayyan yang jauh lebih tinggi darinya.
"Jaga Papa, tapi Kakakmu ini merana, Zoya."
Terdengar seperti bercanda, tapi memang itu yang dia rasa. Pelukan yang tadinya biasa saja, kini berubah kian erat dan tangan Zayyan tidak sekadar diam. Pelan, tapi dia membuat Zoya terlena hingga tanpa sadar bahwa kini posisinya sudah terhimpit sang Kakak di atas tempat tidur.
Cup
"I miss you, little sister,"
Secepat itu dia mencuri kesempatan hingga membuat wajah Azoya memerah. Dia sudah biasa menerima kecupan sebenarnya, akan tetapi yang kali ini terasa berbeda lantaran Zayyan menatapnya sehangat itu.
"Kak? Ini berlebihan, kita berdua sudah dewasa ... tidak sepantasnya kita begini."
Zoya menahan dada Zayyan yang kembali berusaha mengikis jarak. Akan tetapi pria itu menepis tangan Azoya dengan sengaja dan kembali meraup bibir indah wanita itu, kali ini dia menginginkan lebih karena rasa rindunya akibat tidak bertemu beberapa hari ini benar-benar membelenggunya.
"Hmmpp, Kak!!"
Berusaha menolak juga percuma, karena kini Zayyan memiliki cara untuk membuat adiknya tidak bisa bergerak. Semudah itu dia mengunci tangan Azoya di ataa kepala agar tidak ada lagi drama tangan itu berusaha menghalangi dirinya.
Zayyan melewati batasnya, yang dia lakukan sekarang bukan kecupan lagi. Melainkan lummatan, dan menguasai permainan meski tanpa mendapat balasan. Zoya memejamkan mata sejak tadi, gigitan kecil yang Zayyan berikan di bibirnya menciptakan rasa sakit yang membuat Zoya ingin sekali mengingkarinya.
Cukup lama Zayyan melakukannya hingga wajah sang adik sudah memerah lantaran hampir saja kehabisan napas, Zayyan menarik sudut bibir seraya mengusap bibir Zoya yang kini basah dengan jemarinya.
"Baru pertama kali ya? Pacarmu tidak pernah melakukan ini, Zoya?" tanya Zayyan dengan tatapan nakalnya, Zoya yang sebal memukul dada pria itu melepaskan kedua tangannya.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken