"Aku kira pernikahan ini seperti kisah di novel romansa yang sering aku baca. Berawal dari perjodohan dan berkahir dengan cinta sungguhan. Ternyata, aku salah." -Elyna Prameswa-
Menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta sudah lumrah pada cerita fiksi novel romansa modern. Beda halnya dengan Elyna yang mengharapkan suaminya melihatnya sebentar saja. Jangan hanya menjadikannya bahan jinjingan ketika menghadiri acara penting perusahaan. Padahal, pada nyatanya dia terus diabaikan selama menikah dengan pria yang bernama Rifal Addhitama. Seorang suami yang mengharapkan wanita lain untuk kembali padanya. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Akankah Elyna mampu mempertahankan rumah tangganya? Ataukah dia menyerah, memilih pasrah dan mengikhlaskan suaminya kembali ke pelukan wanita yang memang dia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Marah
Elyna masih tidak percaya dengan apa yang sekarang tengah terjadi. Rifal, suaminya itu kini ada di sampingnya. Mendampinginya sudah sedari pagi tadi.
"Kamu mau makan apa?" tanya Rifal. Sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Namun, Elyna menggeleng.
"Kamu itu lagi sakit. Harus banyak makan biar cepat sembuh." Rifal berbicara dengan sangat lembut. Melihat Elyna terbaring lemah seperti ini membuat hatinya sakit.
"Aku gak lapar."
Rifal hanya menghembuskan napas kasar. Dia tidak akan memaksa. Ingin rasanya membuka obrolan dengan Elyna. Namun, mulutnya terasa tercekat. Hanya keheningan yang tercipta di antara mereka berdua.
Suara ponsel memecah keheningan yang ada. Rifal melihat ukiran senyum kecil di wajah istrinya. Dari siapa? Begitulah hatinya berkata.
"Assalamualaikum, Mas."
Dahi Rifal mengkerut ketika dia mendengar kalimat yang begitu lembut. Ada rasa penasaran di hatinya. Apalagi melihat Elyna yang seakan nyaman berbicara dengannya.
"Aku gak apa-apa, Mas. Aku sehat kok."
"Kenapa dia berbohong? Siapa yang menghubunginya?"
Rifal sudah menaruh curiga. Dia juga merasa diabaikan oleh Elyna. Bisa-bisanya ada suami di sampingnya, tetapi teleponan dengan orang lain.
"Ehem!"
Deheman yang cukup keras membuat Elyna menoleh. Wajah tak bersalah Rifal tunjukkan. Elyna hanya menatapnya sekilas. Kembali melanjutkan obrolannya lagi.
"Ya udah. Mas, juga jaga kesehatan."
Ada api cemburu yang berkobar di hati Rifal ketika istrinya mengatakan kalimat seperti itu. Ingin rasanya dia merebut ponsel itu dari tangan Elyna. Namun, egonya masih tinggi.
"Istri macam apa kamu? Suamimu ada di samping kamu, tapi kamu malah asyik telponan dengan pria lain."
Elyna menoleh kepada Rifal. Dia tersenyum sinis kepada suaminya itu.
"Sebelum Mas bertanya hal seperti itu, cobalah bercermin diri. Mas Rifal suami macam apa? Ketika sudah memiliki istri malah memikirkan wanita lain.'
Jleb.
Elyna benar-benar membalikkan keadaan. Serapuh-rapuhnya dia, dia tidak boleh terlihat lemah untuk sekarang. Biarlah dia menangis ketika dia mengadu kepada Sang Pencipta. Setelah itu, biarkanlah dia menjadi wanita yang berusaha kuat dan tegar.
Dia ingin menyembuhkan lukanya. Dia belum ingin bertemu dengan suaminya sebenarnya. Ucapan Elyna tadi membuat suasana kembali sunyi. Rifal sibuk dengan ponselnya dan Elyna memilih memejamkan mata. Sesekali Rifal melirik ke arah Elyna. Dia tahu Elyna tidak tidur. Namun, dia juga bingung harus memulai dari mana. Dia sangat melihat jikalau Elyna sangat marah kepadanya.
"Maafkan aku, El."
Sebuah kalimat yang tidak bisa keluar dari mulutnya. Hanya bisa dia katakan di dalam hati. Rifal menghembuskan napas kasar.
"Saya mau beli makan. Kamu mau nitip apa?" Sayangnya, pertanyaan Rifal tidak dijawab. Elyna masih pura-pura terpejam.
Tidak ditanggapi seperti itu membuat Rifal kesal sendiri. Dia sangat gemas dengan tingkah Elyna yang tengah marah. Terbesit ide jahil di kepala. Rifal pun tersenyum tipis.
"Istriku tidur rupanya." Suara Rifal dibuat semesoem mungkin.
Dia mendekat ke arah Elyna. Duduk di samping ranjang pesakitan yang tidak besar. Dada Elyna berdegup tak karuhan. Dia merasakan ada seseorang yang duduk di ranjang bersama dirinya.
"Saya berangkat, ya." Suara Rifal dekat dengan telinga Elyna membuat bulu kuduknya meremang. Hembusan napas lembut Rifal pun semakin menyentuh kulit Elyna. Dia juga merasakan wajah Rifal semakin mendekat ke wajahnya. Buru-buru Elyna membuka mata dan seketika nektra mata mereka bertemu.
"M-mau ngapain?" Elyna terbata. Apalagi dia bisa melihat dengan jelas wajah Rifal yang sangat tampan.
"Mau cium kening kamu."
Tangan Elyna pun refleks mendorong dada bidang Rifal hingga dia menjauh. Kepalanya pun menggeleng.
"Jangan macam-macam!" sentak Elyna.
"Loh? Sama istri sendiri boleh dong macam-macam. 'Kan udah sah." Rifal pun tak mau kalah.
"Kata sah itu hanya diucap oleh saksi, tapi tidak dengan hati yang Mas miliki."
Wajah Rifal mendadak berubah mendengar ucapan dari Elyna. Hampir dua Minggu tidak bertemu ternyata Elyna sudah berubah. Apa ini pengaruh pria yang menghubungi Elyna tadi? Pikiran Rifal berkecamuk. Dia pun bertekad untuk mencari tahu perihal pria yang menghubungi istrinya tersebut.
Tanpa kata Rifal pun berdiri. Dia menatap Elyna yang sudah menatap lurus ke depan. Rifal akhirnya pergi tanpa pamit dan ketika pintu ruangan tertutup Elyna memegang dadanya yang teramat sakit.
"Maafkan aku, Mas. Aku hanya tidak ingin membuat hatiku kecewa lagi. Dia masih ada di hatimu, sedangkan aku? Kamu cari karena ayahmu." Senyum perih Elyna ukirkan.
Tak berselang lama Rifal kembali dengan beberapa jinjingan di tangan. Ada makanan dari rumah makan ternama di daerah itu, juga makanan serta minuman dari sebuah minimarket.
Baru saja Rifal meletakkan jinjingan yang dia bawa, seorang dokter wanita masuk ke ruang inap. Dahinya mengkerut ketika dia melihat ada pria yang menemani Elyna.
"Ari eta Saha? Si Eceu bubur mana?"
Dokter itu memang orang pribumi asli. Usianya pun sudah kepala empat.
"Oh, dia-"
"Saya suaminya Elyna, Dok."
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
di sat orang2 yg kita sayang telah tiad
salam dari sang mantan /Smile//Smile/
dan menepati janji ny
tapi masalalujugamshbrersemayam i dah do hati kang Rifal.
dan sakit
jangan berhara kepada manusia klu tak ingin kecewa dan sakit../Sob//Sob//Sob/
melihat kaudan dia...