Gerry Putera Tanuwijaya seorang pengusaha sukses dan kaya harus menelan pil pahit saat perusahaannya dinyatakan bangkrut akibat ulah Om dan Tantenya yang ingin menguasai kekayaan Gerry. Bahkan Gerry mengalami kecelakaan wajahnya hancur dan harus menjalani operasi plastik.
Rubi Caesa Gilbert wanita cantik nan sexi, dia merupakan seorang pengusaha muda yang sukses. Kehidupannya tidak tenang saat Kakak dan Mama tirinya berusaha untuk membunuh Rubi.
Pertemuan yang tidak disengaja antara Rubi dan Gerry, membuat mereka terikat satu sama lain. Rubi membutuhkan bodyguard untuk melindungi dirinya sementara Gerry membutuhkan uang untuk menjalani hidupnya.
Akankah tumbuh cinta diantara mereka? sedangkan Rubi saat ini menutup rapat hatinya untuk seorang pria dan tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
💰
💰
💰
💰
💰
Rubby membuka matanya dan tersadar dengan apa yang sudah dia lakukan, Rubby memutuskan untuk pergi meninggalkan Gerry.
"Rubby tunggu," teriak Gerry.
Gerry segera menyusul Rubby, Rubby sudah menunggu Gerry di depan mobilnya. Gerry dengan cepat membukakan pintu mobil, dan Rubby segera masuk.
Saat ini perasaan Rubby dan Gerry sama-sama dalam titik tidak tenang, mereka tidak tahu perasaan apa yang saat ini sedang merasuki hati keduanya. Rubby yang sempat berjanji kepada dirinya sendiri bahwa tidak akan membuka hati lagi untuk pria lain merasa galau dengan kehadiran Gerry.
Gerry adalah sosok pria yang songong, menyebalkan, dan ngelunjak kepada Bosnya sendiri justru sudah berhasil memporak-porandakan perasaan Rubby. Rubby mulai merasa nyaman berada di dekat Gerry, seperti halnya dulu saat Rubby berada di dekat Ardi.
Gerry dan Ardi sama-sama mempunyai persamaan, yaitu selalu menjaga dan melindungi Rubby bahkan selalu ada setiap Rubby mengalami kesulitan dan dalam masalah. Selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan diantara keduanya hingga akhirnya, Gerry memutuskan menepikan mobilnya di tempat yang lumayan sepi.
"Maafin gue karena tadi gue sudah lancang menyebut lo sebagai calon istri gue, tapi kalau boleh jujur perkataan gue tadi memang asli dari dalam hati gue," seru Gerry.
Rubby terkejut dan langsung menoleh kearah Gerry begitu pun dengan Gerry yang membalas tatapan Rubby.
"Maksud lo apa?" tanya Rubby.
"Sejak pertama gue melihat lo, gue memang sudah jatuh cinta sama lo. Gue sangat kagum melihat kemampuan lo beladiri jarang-jarang seorang cewek bisa berkelahi dan mandiri kaya lo karena kebanyakan cewek itu manja, tapi berbeda dengan lo, jujur gue sangat kagum."
Rubby hanya bisa diam tidak bisa bicara sepatah kata pun, dia hanya menatap dalam pada mata Gerry dan tidak ada kebohongan disana.
"Disaat lo ingin menjadikan gue Bodyguard lo, gue sangat senang karena gue bisa dekat dengan lo walaupun gue suka nyebelin, ngelunjak sama lo, dan bersikap kasar sama lo, tapi asli itu adalah pengalihan gue karena jujur, gue selalu berdebar kalau berada di dekat lo, tapi gue sadar diri kalau gue hanya sebatas anak buah lo tidak pantas menjadi pendamping lo yang notabene sebagai pewaris tunggal keluarga Gilbert," seru Gerry dengan tatapan lurus ke depan.
"Gue dipaksa menjadi wanita tangguh oleh keadaan, gue mungkin wanita yang kasar, gue juga wanita yang keras kepala, nada bicara gue pun mungkin tak selembut wanita lain, dan tingkah laku gue tak sekalem wanita lain, sorry jika gue tak selembut itu tapi itulah cara gue untuk kuat melindungi diri gue sendiri dari kerasnya hidup ini, sebenarnya gue hidup dengan diri orang lain bukan diri gue sendiri, lo pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada gue, jangan pernah lo jatuh cinta sama gue karena kalau lo sampai jatuh cinta sama gue, lo bakalan berada dalam bahaya dan ikut terseret dalam masalah gue," sahut Rubby dengan mata yang berkaca-kaca.
Gerry membalikkan tubuh Rubby sehingga saat ini mereka saat ini duduk berhadapan.
"Gue sudah berjanji sama lo kalau gue bakalan jagain dan lindungi lo dengan segenap jiwa gue, terlepas dari status gue sebagai Bodyguard tapi gue sudah janji pada diri gue sendiri kalau gue bakalan jagain lo, gue ga bakalan biarin lo menghadapi semuanya sendirian."
Tes...
Airmata Rubby akhirnya menetes..
"Terima kasih Ger, karena selama ini lo sudah jagain dan lindungi gue."
"Ssstttt...jangan bilang seperti itu karena itu sudah menjadi tugas gue," sahut Gerry dengan menghapus airmata Rubby.
"Oh iya, gue juga minta maaf karena tadi gue sudah lancang mencium lo," seru Rubby pelan dengan menundukkan kepalanya.
"Hai kok malah menundukkan kepala?"
"Malu," lirih Rubby.
Tawa Gerry seketika pecah mendengar pengakuan Rubby.
"Ih nyebelin, kok lo malah ngetawain gue sih?" seru Rubby dengan memukul lengan Gerry.
"Lucu aja, ternyata seorang Rubby bisa malu juga," sahut Gerry dengan terus menertawakan Rubby.
Rubby mengerucutkan bibirnya, dengan kesalnya Rubby memukuli Gerry dengan membabi buta.
"Ih nyebelin...nyebelin, rasain tuh."
"Aw sakit Rubby."
"Syukurin, siapa suruh menertawakan gue," sahut Rubby dengan terus memukul Gerry.
Karena melihat Rubby sudah cemberut, akhirnya Gerry menghentikan tawanya dan menangkap kedua tangan Rubby dan wajah mereka sudah sangat dekat.
"Sudah..sudah..gue minta maaf, gue serius gue mencintai lo dan gue ingin lo menjadi wanita terakhir buat gue, gue ingin selalu berada di samping lo dan melindungi lo karena gue yakin Juan tidak akan pernah berhenti mengganggu lo sebelum keinginannya terpenuhi," ucap Gerry dengan serius.
Sekali lagi Rubby terkejut dengan ungkapan perasaan Gerry. Dia tidak menyangka kalau Gerry mempunyai perasaan yang sama dengan Rubby. Sebenarnya Rubby juga mulai jatuh cinta kepada Gerry, tapi dia belum yakin dengan perasaannya.
"Beri gue waktu untuk berpikir, karena gue masih belum yakin dengan perasaan gue, gue takut kalau perasaan gue hanya sebatas pelampiasan dan bukan cinta, lo mau kan nungguin gue? kasih gue waktu dua hari," tanya Rubby.
"Jangankan dua hari, seribu tahun pun gue sanggup nungguin lo."
"Alah lebay."
Rubby tersenyum dan membetulkan posisi duduknya.
"Buruan jalan, sudah malam gue capek banget pengen istirahat."
"Siap Bos cantik," sahut Gerry dengan senyumannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Gerry dan Rubby pun sampai di rumah. Rubby masuk ke dalam di ikuti oleh Gerry.
Kriuuk..kriuukk..kriuuukk...
Rubby menoleh ke arah Gerry, terlihat Gerry sedang mengusap perutnya.
"Kenapa lo, lapar?" tanya Rubby dengan menahan senyumannya.
"Ya iyalah lapar, kan tadi kita ga sempat makan disana," sahut Gerry dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah, lo tunggu sebentar gue bakalan masakin lo sesuatu, tapi gue mau ganti baju dulu," seru Rubby.
"Hah, lo mau masakin gue sesuatu? memangnya lo bisa masak," ledek Gerry.
"Wah lo ngeremehin gue, lihat saja entar gue mau ganti baju dulu."
Rubby dengan cepat naik ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya, sedangkan Gerry tampak tersenyum dan duduk di sofa menunggu Rubby turun.
Tidak lama kemudian Rubby turun dari kamarnya, dengan memakai celana pendek dan kaos ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, sedangkan rambutnya dia buat cepol supaya mempermudah dia untuk memasak.
Rubby mulai membuka kulkas melihat bahan makanan apa yang ada di dalamnya. Terlihat ada daging sapi, Rubby memutuskan untuk membuat steak. Gerry menghampiri Rubby dan berdiri tepat di belakang Rubby yang sedang menyiapkan bumbu-bumbu.
"Astaga, Gerry lo ngagetin aja ngapain sih berdiri disitu, lo duduk manis saja di meja makan, tungguin gue selesai masak."
"Gue cuma mau memastikan kalau lo ga masukkin racun di makanannya," seru Gerry.
Pletaaakkk...
Rubby memukul kepala Gerry dengan spatulanya...
"Lo ya kalau ngomong ga pernah dipikir dulu, apa untungnya coba gue racunin lo?" ketus Rubby dengan bertolak pinggang dihadapan Gerry.
Gerry semakin gemas melihat tingkah Rubby, perlahan Gerry menghampiri Rubby dengan senyuman jahilnya dan Rubby pun perlahan mundur.
"Mau ngapain lo dekat-dekat," seru Rubby gugup.
"Lo itu semakin menggemaskan kalau lagi gugup seperti itu."
"Stop jangan maju," bentak Rubby.
Tapi Gerry tidak mendengarkan ucapan Rubby, dia terus saja maju mendekati Rubby karena Gerry sangat senang kalau godain Rubby.
Buuuggghhhh....
Rubby memukul perut Gerry, sehingga Gerry tersungkur ke lantai.
"Astaga, lo tega banget mukul perut gue mana saat ini gue lagi lapar," seru Gerry dengan meringis memegang perutnya.
"Siapa suruh godain gue terus."
"Bantuin gue bangun dong, perut gue sakit banget," rengek Gerry.
"Jangan manja deh, bangun sendiri gue mau masak dulu, memangnya lo pikir lo doang yang lapar, gue juga lapar tahu," sahut Rubby yang langsung menyiapkan bumbu tanpa menghiraukan Gerry.
"Ckckck...resiko punya pacar jago beladiri ya seperti ini, kalau marah pasti gue habis dipukulin," keluh Gerry.
"Ih jangan sembarangan ya kalau ngomong, siapa juga yang mau jadi pacar lo," ketus Rubby dengan fokus menyiapkan panggangan untuk steaknya.
"Gue berani taruhan, kalau lo bakalan nerima cinta gue."
"Idih PD banget lo."
Gerry tertawa mendengar jawaban Rubby, begitu pun dengam Rubby yang diam-diam mengulum senyumnya.
Tiga puluh menit kemudian, steak buatan Rubby pun selesai, Rubby menyimpan steak di atas meja makan.
"Hhmm..baunya harum sekali, tapi tidak tahu dengan rasanya apa enak atau enggak," seru Gerry.
"Cobain dulu baru komen," ketus Rubby.
Gerry pun mulai memotong steaknya dan masukkan satu potongan besar ke dalam mulutnya. Gerry tampak menghentikan mengunyahnya membuat Rubby cemas.
"Kenapa? ga enak ya?" tanya Rubby was-was.
"Sini, lo cobain masakkan lo."
Rubby pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Gerry. Gerry memotong steak dan mengarahkan ke mulut Rubby, Rubby sudah membungkukkan tubuhnya untuk menerima suapan dari Gerry tapi Gerry terus menarik tangannya otomatis Rubby semakin dekat dengan Gerry.
Cuppp....
Gerry mencium pipi Rubby, membuat Rubby menganga karena tingkah Gerry. Dengan cepat Gerry memasukkan potongan steak ke dalam mulut Rubby yang menganga.
"Steaknya sangat lezat dan itu sebagai ucapan terima kasih karena mau masakin gue," ucap Gerry dengan tawanya.
"Ih, resek banget sih lo."
Rubby kembali memukul lengan Gerry sehingga Gerry semakin tertawa sudah berhasil menggoda Rubby lagi dan itu malah membuat Rubby kesal. Rubby terus saja memukul Gerry sehingga Gerry meringis kesakitan, dengan sekali hentakkan Gerry menarik tangan Rubby, sehingga Rubby duduk di pangkuan Gerry.
"Ampun Bos, sakit..."
"Bodo amat, lo nyebelin banget," kesal Rubby.
Gerry menatap wajah cantik Rubby, dilihat darimana pun Rubby memang sangat cantik.
"Awas lepasin gue, gue mau makan," ketus Rubby.
Rubby pun beranjak dari pangkuan Gerry dan Gerry pun tersenyum.
"Wah..wah..wah..ada yang makan-makan ga ngajak-ngajak gue," seru Kiting yang baru saja datang dengan membawa teko.
"Ngapain lo? tumben malam-malam bangun, biasanya juga lo tidur kaya orang mati," ledek Gerry.
"Ini, gue mau ambil minum tadi tiba-tiba saja tenggorokkan gue kering pas dilihat tekonya kosong, ya gue mau ambil minum tapi memang dasar rezeki nomplok lihat kalian sedang makan. Bos masih ada sisa ga buat Kiting?" seru Kiting.
"Ada tuh, tadi gue bikin steak lumayan banyak ambil saja," sahut Rubby.
"Asyik, Bos gue yang satu ini memang baik hati dan tidak sombong," seru Kiting.
Tidak lama kemudian, Rubby pun selesai makan dan dia beranjak dari duduknya.
"Kalau sudah selesai makan, kalian bereskan semuanya dan cuci piring kotornya," seru Rubby.
"Siap Bos cantik," sahut Kiting dengan mulut penuh makanan.
Rubby pun meninggalkan keduanya menuju kamarnya, badannya sudah sangat lelah dan ingin cepat merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Hei, lo mau kemana?" tanya Kiting.
"Mau ke kamarlah, gue capek pengen istirahat," sahut Gerry.
"Terus yang bereskan semua ini siapa?"
"Lo, kan lo yang terakhir makan," sahur Gerry dengan melenggangkan kakinya dengan santainya meninggalkan Kiting.
"Ah dasar, ga setia kawan lo," teriak Kiting.
Gerry hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh ke arah Kiting yang saat ini sedang kesal.
💰
💰
💰
💰
💰
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Mantap