Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Sore hari sepulang kuliah
“Bagas.”
Lelaki itu menoleh ke sumber suara. Saat melihat siapa yang memanggil Bagas enggan berhenti. Dia tidak ingin menunda waktu untuk menjemput Selby. Lagipula ia juga tidak mau Selby menunggu terlalu lama.
Rara berlari mendekat ke arah Bagas. Gadis itu tidak peduli Bagas cuek dengannya. Semakin cuek dia semakin tertantang untuk menaklukan Bagas. Tidak ada yang tidak bisa ia miliki di dunia ini termasuk Bagas. Ia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Kali ini pun pasti begitu. Ia akan mendapatkan Bagas.
“Bagas, boleh nebeng. Sopir tidak bisa menjemput ku. Anaknya sakit jadi dia ijin hari ini.”
“Tidak bisa.”
“Bagas, Plisss. Kali ini aja. Aku mohon.” Pinta Rara dengan wajah memelas. Kedua tangan mengatup rapat di depan wajahnya.
“Alamat rumahmu dimana?” tanya Bagas sambil membuka ponsel miliknya.
“Komplek Sawarna Blok J no 22.”
“Baiklah.”
Rara tersenyum penuh kemenangan. Kali ini dia akan memanfaatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan Bagas. Jika Bagas tergoda dan langsung mengajaknya pergi ke hotel ia pun dengan senang hati sangat bersedia.
Melihat tubuh Bagas yang atletis, tinggi dan sempurna pasti akan sangat menyenangkan jika bisa menghabiskan satu malam berdua dengan lelaki itu.
Membayangkannya saja membuat tubuh Rara meremang. Tanpa Rara sadari Bagas memesankan taksi online untuknya. Tidak ada satu wanita pun yang boleh menaiki mobilnya kecuali Selby. Hanya Selby. Tidak ada yang lain.
“Tunggu di depan gerbang.”
“Baiklah.”
Bagas pergi ke parkiran mobil. Tadi pagi ia baru saja membeli sebuah mobil untuk mempermudah mobilitasnya.
“Nona Rara.”
Karena terlalu fokus menunggu Bagas, Rara tidak menyadari sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya.
“Bapak siapa?” tanya Rara yang merasa tidak kenal dengan lelaki paruh baya yang menjadi driver online.
“Saya taksi online yang dipesan pak Bagas untuk nona Rara.”
“What??!!
Sial
Bagas kurang ajar.
Rara kesal. Dia merasa dibohongi. Marah! Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang lebih cepat karena emosi. Mulutnya rapat. Giginya mengatup, rahangnya mengeras. Baru kali ini ada seseorang yang berani memperlakukan dia seperti ini. Dia tidak terima. Dengan kesal Raramasuk mobil.
“Tunggu sebentar pak.”
Rara melihat mobil Bagas keluar kampus. Ia tahu sebab tadi pagi Rara melihat Bagas keluar dari mobil yang sama dengan mobil yang baru saja keluar.
“Ikuti mobil itu pak.”
“Tapi nona..”
Rara mengeluarkan beberapa lembar uang. Memberikan kepada sang sopir agar mau mengikuti laju mobil Bagas. Sopir tersenyum lalu mengangguk setuju untuk keluar dari jalur rute yang ada di aplikasi.
Sepuluh menit berlalu
Jarak kampus Bagas dan Selby tidak terlalu jauh. Hanya butuh beberapa menit saja untuk sampai disana jika naik mobil dan butuh waktu lebih lama jika jalan kaki. Mungkin sekitar tiga puluh menit jika jalan kaki.
Selby sudah menunggu Bagas di depan gerbang. Saat menerima notifikasi pesan dari Bagas bahwa ia sudah jalan Selby pun langsung keluar kelas.
Mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan Selby. Gadis itu diam melihat kaca mobil diturunkan. Terlihat sosok lelaki yang sangat dia kenal.
“Bagas.”
“Ayo masuk.” Selby mengangguk lalu membuka pintu mobil bagian depan dan duduk di samping Bagas.
Dari jauh Rara dapat melihat seorang perempuan masuk ke dalam mobil Bagas. Matanya memanas. Dadanya sesak. Mendadak ia butuh banyak oksigen. Tangannya terkepal kuat. Kuku-kukunya bahkan sampai memutih.
Brengsek
Bagas Sialan
Wanita sialan. Dasar j*lang.
Umpatan demi umpatan Rara ucapkan. Ia tidak peduli dianggap gila oleh sopir taksi online.
Dia kesal.
Sangat kesal.
Kurang apa dirinya? Banyak lelaki yang antri ingin menjadi kekasihnya tetapi Bagas. Lelaki itu sama sekali tidak tertarik dengannya. Jangankan tertarik melirik saja tidak pernah.
“Ikuti mobil itu pak.”
“Siap nona.”
Di dalam mobil Bagas
“Mobil baru?”
Bagas mengangguk. “Mama yang beli. Agar kita lebih mudah jika ingin pergi-pergi.”
“Oh.” Jawab Selby.
Sejujurnya mobil itu dibeli oleh Bagas dengan uangnya sendiri. Ia sengaja mengaku mama Cinta yang membelikan agar Selby tidak curiga dengan dirinya.
“Kau juga ingin mobil?”
“Tidak perlu.” Jawab Selby cepat.
“Kau marah?”
Selby menggeser duduknya yang tadinya menghadap depan kini menjadi sedikit menyamping menatap Bagas yang sedang fokus mengemudi.
“Marah kenapa?”
“Karena mama membelikan mobil untukku. Sebenarnya mobil ini untuk kita berdua. Jadi jika perlu kau bisa memakainya kapan saja.”
Selby tersenyum. Jika ingin mobil ia mampu membelinya sendiri. Tapi belum saatnya ia mengeluarkan uang banyak. Ia tidak ingin Bagas penasaran cukup ia menjadi mahasiswi yang berprestasi agar beasiswanya tidak berhenti hanya di tahun pertama kuliah.
“Tidak marah. Untuk apa marah? Lagipula kampus tidak terlalu jauh. Naik bis juga tidak sampai tiga puluh menit dari apartemen. Lagipula ada kau yang bisa jadi sopir gratis.”
“Kau benar. Aku siap jadi sopir mu kapan saja nona.”
Selby tersenyum lalu kembali duduk menghadap depan. Bagas menatap Selby.
“Jadi sopirmu seumur hidup aku juga bersedia Selby. Asal kau yang mau.”
Tanpa terasa beberapa menit berlalu. Mobil berhenti di sebuah toko buku. Cukup besar dan luas. Toko ini dilengkapi dengan food court. Jadi dapat digunakan sebagi tempat nongkrong juga.
Selby dan Bagas turun secara bersamaan. Lalu masuk ke dalam toko buku. Bagas pergi ke deretan rak yang berisi buku tentang bisnis. Sedangkan Selby pergi ke deretan rak buku yang berisi buku-buku desain karya desainer terkenal di Paris.
Rara turun dari taksi online. Ia pun masuk ke dalam toko buku. Mencari keberadaan Bagas. Rara menoleh ke kanan dan kiri. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Disana ramai. Banyak orang yang membeli buku. Kasir sangat antri.
Bagas menggenggam tangan Selby. Mengajak gadis itu untuk pergi setelah membayar buku yang mereka ambil.
“Ayo makan dulu.”
Selby tidak menjawab. Ia memang lapar. Mereka duduk di salah satu restoran disana. Memesan beberapa menu. Setelah menunggu makanan akhirnya datang. Tidak ada percakapan saat makan. Karena keduanya sibuk menikmati makanan.
“Bagas.”
Lelaki itu memejamkan mata. Sangat kenal dengan suara itu. Karena akhir-akhir ini dia sering mendengar suara itu. Suara yang sangat mengganggu.
Selby melihat siapa yang menyapa Bagas. Ia menatap Rara dengan tenang. Sebuah pesan mengalihkan tatapannya. Selby melihat ponsel miliknya. Sebuah pesan berisi data dan foto seorang putri dari orang yang berkuasa di Paris. Orang yang sedang mencari informasi tentang dirinya.
“Jadi dia orangnya. Ternyata fans fanatik Bagas yang baru”
Selby tersenyum ia mendapatkan sebuah ide. Dan ia yakin ini akan seru dan menyenangkan. Bagas menatap Selby curiga. Selby menaik turunkan alisnya untuk memberi kode bahwa ia akan bermain-main.
“Kau teman Bagas?”
“Iya.”
“Duduklah.”
Selby berdiri. Rara duduk di tempat Selby. Rara tersenyum melihat Bagas. Tetapi Bagas tidak peduli. Ia masih asik menikmati makanannya.Tanpa disadari Selby duduk disamping Bagas lalu memeluk lengan Bagas dengan manja.
“Sayang.”
Uhuk uhuk