NovelToon NovelToon
Ikatan Takdir

Ikatan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Anak Haram Sang Istri
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: si ciprut

Perjalanan hidup Kanaya dari bercerai dengan suaminya.
Lalu ia pergi karena sebuah ancaman, kemudian menikah dengan Rafa yang sudah dianggap adiknya sendiri.
Sosok Angela ternyata mempunyai misi untuk mengambil alih harta kekayaan dari orang tua angkat Kanaya.
Selain itu, ada harta tersembunyi yang diwariskan kepada Kanaya dan juga Nadira, saudara tirinya.
Namun apakah harta yang di maksud itu??
Lalu bagaimana Rafa mempertahankan hubungannya dengan Kanaya?
Dan...
Siapakah ayah dari Alya, putri dari Kanaya, karena Barata bukanlah ayah kandung Alya.

Apakah Kanaya bisa bertemu dengan ayah kandung Alya?

Lika-liku hidup Kanaya sedang diperjuangkan.
Apakah berakhir bahagia?
Ataukah luka?

Ikutilah Novel Ikatan Takdir karya si ciprut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Angela

Barata terbangun dengan kepala sedikit pening. Semalam adalah malam paling kacau dalam hidupnya… tapi juga malam di mana ia merasa menang.

Angela masih terlelap di sebelahnya, wajahnya terlihat puas. Ia menggeliat perlahan, mendekap lengan Barata seolah rumah itu kini benar-benar miliknya.

Barata menatap langit-langit.

Rumah ini.

Rumah yang dulu dibangun bersama Kanaya.

Rumah yang penuh kenangan—tawa, air mata, dan bayi kecil mereka.

Kini rumah itu terasa kosong.

“Selamat pagi, sayang…” suara Angela serak namun manja. Ia mengelus dada Barata dan tersenyum licik.

“Lihat? Kita berhasil. Kamu akhirnya bebas…”

Bebas.

Kata itu menggema aneh dalam benaknya.

Benarkah ia bebas? Atau justru baru saja masuk ke dalam penjara yang lebih gelap?

Barata bangkit, menyibak tirai jendela. Sinarnya pagi menelusup masuk, menyinari ruang yang semalam menjadi ajang penghianatan.

“Dia pasti sudah pergi jauh,” ujar Angela sambil duduk di tepi ranjang. “Kanaya itu lemah. Biar saja dia menangis di luar sana. Kamu milikku sekarang.”

Barata menarik napas panjang. Ada bayangan kecil—bayi mereka—yang muncul dalam pikirannya. Tangis lirih yang sering membuatnya jengkel, tapi kini ia justru merindukannya.

Angela berdiri, merangkul punggungnya dari belakang.

“Kita bisa memulai semuanya dari sini. Rumah ini… hidup ini… semua milik kita.”

Barata menelan ludah. Hatinya masih terasa sesak. Ada bagian dirinya yang berteriak, bahwa semalam bukan kemenangan… tetapi sebuah dosa besar yang akan menghantui.

Namun suara Angela lembut, merayu, membuat logika tenggelam.

Ia memejamkan mata.

Di luar, angin pagi membawa aroma daun dan debu. Sunyi.

Terlalu sunyi.

Karena rumah yang dulu penuh kehidupan… kini hanya menyimpan jejak pengkhianatan.

Barata bergumam pelan, hampir tidak terdengar:

“Apa yang sudah aku lakukan…?”

Angela hanya tersenyum, tidak peduli resah yang tumbuh di hati Barata.

Ia menariknya kembali menuju ranjang.

Dan di balik pintu, dunia seolah ikut menyaksikan:

dua manusia yang merasa telah menang—padahal perang baru saja dimulai.

***

Hari bergulir lebih lambat dari biasanya. Barata berjalan di dalam rumah seperti orang asing—padahal ini rumahnya sendiri. Tapi setiap sudut kini membawa rasa bersalah yang menyesakkan.

Angela berdiri di dapur, memakai daster Kanaya. Bukan hanya pakaian… gelang kecil di pergelangan tangannya juga milik Kanaya.

Barata terpaku sejenak. “Kamu pakai itu dari mana—”

Angela menoleh, tersenyum tipis. “Sayang, ini kan sudah jadi rumah kita. Semuanya milik kita sekarang. Kamu harus mulai belajar melepaskan masa lalu.”

Nada bicaranya teduh tapi menusuk.

Barata terdiam.

Angela melangkah mendekat, jari-jarinya mengusap lembut rahang Barata.

“Kamu tidak mau kan… kalau ada yang menganggapmu pengecut? Membuang istri dan anak, tapi masih berharap mereka kembali?”

Barata menegakkan badan. “Aku tidak pernah ingin—”

“Tapi kamu memilih aku,” potong Angela, matanya menyipit. “Dan aku tidak suka bersaing dengan kenangan.”

Ia kembali ke dapur dengan langkah ringan seolah tidak terjadi apa-apa. Namun Barata tahu, kata-kata itu bukan sekadar cemburu… itu peringatan.

Siang hari, Angela mulai mengacak-acak kamar bayi. Boneka-boneka jatuh, foto keluarga dilempar ke kotak sampah.

“Angela!” Barata menahan lengannya. “Jangan buang itu! Itu… peninggalan anakku.”

“Anakmu?” Angela tertawa dingin. “Kamu bahkan tidak yakin dia anakmu, kan?”

Barata membeku. Keraguan yang pernah ia ucapkan dalam amarah kini dipakai Angela sebagai senjata.

Angela mendekat, wajahnya hanya sejengkal.

“Kamu mau membuktikan aku salah? Atau kamu lebih suka terus dihantui kenyataan bahwa kamu tidak menginginkan bayi itu sejak awal?”

Barata tak sanggup menjawab. Angela tersenyum menang—senyum yang bukan lagi manja, tapi berkuasa.

“Kalau kamu tetap ingin benda-benda ini,” ucapnya sambil mengambil foto Kanaya dan bayi itu, “kita simpan. Tapi di gudang. Karena aku satu-satunya yang tinggal di sini bersama kamu sekarang.”

Ia memeluk Barata.

Kuat, terlalu kuat.

“Kamu milikku. Dan aku tidak akan biarkan siapa pun—termasuk masa lalu—merebutmu lagi.”

Barata hanya berdiri kaku. Ada ketakutan yang tumbuh, pelan tapi pasti—ketakutan pada wanita yang ia kira penyelamat.

Wanita yang kini perlahan memperlihatkan diri aslinya:

bukan pasangan… tapi penguasa.

Sementara di suatu tempat di luar sana, Kanaya mengusap air mata… berjanji dalam hati: ia akan kembali. Untuk anaknya. Untuk rumahnya.

Dan untuk menyingkap kebenaran yang selama ini disembunyikan.

***

Pagi itu, Barata terbangun bukan karena suara alarm… tapi karena pintu depan yang terbanting pelan. Ia memicingkan mata, menunggu Angela muncul. Namun rumah tetap sunyi.

Angela jarang keluar pagi tanpa pamit. Sesuatu terasa ganjil.

Barata turun ke lantai bawah. Di atas meja ruang tamu, tersisa sebuah kunci asing. Bukan kunci rumah ini. Warna perak dengan gantungan kecil bertuliskan inisial R.S.

“R.S.?” gumam Barata. Ia memutar kunci itu di tangan. Rumah Sakit? Resort? Atau seseorang…?

Sebelum sempat menebak lebih jauh, ponselnya berbunyi—nomor asing.

“Barata?” suara perempuan di seberang, gelisah dan berbisik. “Ini tentang Angela. Kamu harus hati-hati dengannya.”

Barata tercekat. “Siapa ini?”

Telepon langsung terputus.

Napasnya memburu. Ia menatap kunci itu lagi. Ada sesuatu yang tidak pernah Angela ceritakan… dan semalam ia sudah mengikatnya dengan ancaman.

 

Siang menjelang, Angela pulang dengan wajah cerah seolah dunia sedang baik-baik saja.

“Kamu ke mana?” tanya Barata, berusaha terdengar santai.

Angela meletakkan tas tanpa menjawab langsung. “Belanja sedikit. Kamu rindu aku ya?”

Barata memperhatikan gerak-geriknya. Terlalu ringan. Terlalu sempurna.

Seolah ia sedang memainkan peran.

Pandangannya jatuh pada tas belanja yang terbuka sedikit. Ia bisa melihat secuil kain putih berlogo Rumah Sakit Seruni — R.S.

Barata meneguk ludah.

“Kamu ke rumah sakit?”

Angela menoleh, senyumnya tipis—tapi kali ini tidak hangat, justru memperingatkan.

“Kenapa? Kamu takut aku meninggalkanmu sakit-sakitan sendirian?”

“Bukan itu. Aku cuma—”

Angela mendekat, meraih kedua pipinya, memaksanya menatap.

“Kamu terlalu banyak bertanya belakangan ini.”

Barata menahan napas.

Angela tersenyum lebih lebar, tapi matanya mati.

“Kamu cinta aku, kan? Kalau kamu cinta, kamu tak perlu tahu semuanya.”

Kalimat itu menusuk.

Sejak kapan cinta berarti buta?

 

Malamnya, ketika Angela tidur, Barata memberanikan diri membuka tas belanjanya. Di dalamnya, slip pembayaran… dan sebuah resep obat dengan nama pasien yang digaris–silang:

KANAYA

Barata terbelalak. Darahnya serasa berhenti mengalir.

Kenapa Angela membawa nama itu?

Kenapa ia berada di rumah sakit… dan kenapa Kanaya tercantum di sana?

Tiba-tiba suara langkah mendekat dari arah tangga.

Barata buru-buru menutup tas, berdiri dengan jantung berdebar keras.

Angela muncul di ambang pintu, rambutnya berantakan namun senyumnya mengerikan dalam cahaya lampu redup.

“Sedang cari apa, sayang?”

Barata tak mampu menjawab.

Angela memajukan langkah, satu, dua… lalu berhenti tepat di hadapannya.

“Percayalah…”

suara Angela seperti bisikan dari kegelapan,

“beberapa rahasia lebih baik tidak kau buka.”

Dan dalam sorot mata Angela saat itu, Barata sadar—

bahaya yang mengintai jauh lebih besar daripada rasa bersalah pada Kanaya.

Rahasia Angela bukan hanya manipulasi…

tapi sesuatu yang bisa menghancurkan semuanya.

.

.

.

BERSAMBUNG

1
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
cwrdik juga ya lawanya
kira2 gmn akhir dari kisah ini
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅 : ya ya ya selalu seoerti itu di gantung tanpa harapan 🙈🙈
total 2 replies
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
hisss mumet aq
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
apa sih sebenarnya ini aq kok makin piyeee gono
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
jd angela akan mati kah
hahh jd anak itu anak siapa alya kok bisa kanya sma barata dan kok bisa alya hamil hadeh kepingan puzel yg bener2 rumit tingkat dewa 🤣🤣🤣🤣
Perushaa
makin buat aku bertanya, arahnya kemana
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
lha jd ada flash back nya g kk thor
jawaban dr alya anak dia bukan kira2 kasih flash back nya kapan 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅 : ohh ttp ada ya
total 2 replies
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
jd barata malah berkorban gtu ka
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦✍️⃞⃟𝑹𝑨💫⃝ˢᶦ𝐂ɪᴘяᴜт: bisa jadi
total 1 replies
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
hadeh mumet bacanya apa sih sebenernya yg bikin rumit 🤣🤣🤣
Perushaa
Cerita ini itu rekomend, bangettttt! Penuh misteri, teka-teki, menengangkan. Serasa kita di ajak untuk bermain menjadi detektif.
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦✍️⃞⃟𝑹𝑨💫⃝ˢᶦ𝐂ɪᴘяᴜт: terimakasih mbak Bening
total 1 replies
Perushaa
makin horor dan penuh tanda tanya
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
hadehhh ini makin lama makin menyinpan misteri aja 🤭
Perushaa
makin horor, makin misteri
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
rumit sekalin
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
hahh ini kek baca kasus lama tp kasus apa ya apakah ininkaitan dengan mafia atau gmn sih
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
angela maju kena mundur kena jadi apa sebenarnya ini kenapa kek blm terurau apa yg di buru nya ish pusing deh 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅 : ohh gono yo
total 2 replies
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
mumet thor
jane apa.sih iki 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅 : mumet apa yg di buru sebenarnya sih
total 2 replies
Perushaa
makin rumit, makin misteri
ini cerita gak tembus retensi, keterlaluan si LUN itu gak bantu promosiin 😤😤😤
Perushaa: emang minta di santet dukun jombang si lun
total 3 replies
Perushaa
aduh makin banyak teka-teki. bikin penasarannnn

ini bukan genre konflik etika, tetapi horor/ misteri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!