NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dilema

"Selamat pagi."

Suara ceria Valancia membuat seluruh ruangan mendadak hening sejenak. Para rekan kerjanya—Bayu, Cakra, dan Alaric—sontak menoleh. Biasanya wajah Elina atau Valencia, seperti mereka mengenalnya, selalu datar tanpa ekspresi. Tapi hari ini? senyum kecil menghiasi wajahnya, matanya bahkan tampak berkilat riang.

"Wah, pagi yang langka nih." Cakra menyengir lebar. "Kayaknya lo abis dapat undian, ya? Ceria banget mukanya, Val."

Valencia terkekeh kecil, lalu duduk di kursinya. "Bisa dibilang gitu, Cak. Gue emang dapat hadiah hari ini."

Bayu ikut nimbrung sambil menatap penasaran. "Hadiah? Dari siapa, nih? Jangan-jangan dari orang spesial?"

Valencia berpikir sejenak, ujung bibirnya naik pelan. "Bukan sih... tapi yah, gitu deh," jawabnya setengah menggantung.

Alaric yang duduk tak jauh dari mereka hanya melirik diam-diam. Tatapannya tertuju pada Valencia lebih lama dari biasanya. Ada sesuatu yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan—senyum itu. Namun di sisi lain, entah kenapa, hatinya terasa sedikit terusik mendengar Valencia menerima hadiah dari seseorang.

"Hadiah apa emangnya?" tanya Cakra lagi, kali ini lebih penasaran. "Jangan bilang mobil, ya?"

Valencia menggeleng pelan, senyumnya makin melebar. "Lebih dari itu. Hadiah spesial banget."

"Wah, curang nih. Gak mau kasih tahu," celutuk Bayu pura-pura kesal.

Valencia hanya terkekeh sambil menyelakan komputer kerjanya. Suasana ruang itu terasa lebih hangat dari biasanya. Bahkan Bayu dan Cakra saling pandang, sama-sama tak percaya kalau hari ini Valencia—si detektif dingin itu—akhirnya mau ikut bercanda dan ngobrol santai dengan mereka.

Namun suasana itu segera berubah saat suara pintu terbuka terdengar. Krek! Mereka serentak menoleh. Andra, sang ketua tim detektif, berdiri di ambang pintu, dengan ekspresi serius seperti biasa.

"Hari ini kita rapat membahas operasi pemberantasan narkoba lagi," ucapnya singkat, suaranya tegas dan dalam. "Semua ke ruang rapat sekarang."

Tanpa menunggu respons, Andra berbalik meninggalkan ruangan. Suasana langsung berubah hening. Valencia menatap rekan-rekannya lalu berdiri, merapikan berkas di mejanya.

“Ayo, sebelum Pak Andra marah,” ucapnya ringan.

Bayu dan Cakra saling pandang lagi, lalu terkekeh kecil. “Oke, detektif ceria, jalan duluan.”

Untuk pertama kalinya, langkah mereka terasa kompak. Dan di antara tawa singkat itu, Alaric masih diam… matanya mengikuti Valencia tanpa sadar.

•○•

Di ruang rapat sudah ada beberapa detektif yang telah hadir, termasuk tim Alaric.

Krek! Pintu terbuka, terlihat Andra datang dengan wibawa khasnya sebagai detektif senior.

“Silakan kalian kumpulkan ponsel kalian,” ucap Andra tegas.

Salah satu senior segera mengambil sebuah kotak, lalu berjalan mengitari ruangan untuk mengumpulkan ponsel para detektif. Valencia menyerahkan ponselnya tanpa komentar, tapi hatinya mulai merasa janggal — jarang sekali ponsel dikumpulkan saat rapat biasa. Ini pasti kasus besar.

Beberapa saat kemudian, setelah semua ponsel tersimpan, Andra menatap satu per satu orang di hadapannya.

“Hari ini kita akan membasmi markas narkoba yang ada di pelabuhan arah barat milik Mafia Veloro,” ucapnya tegas.

Deg!

Mafia Veloro? Itu milik Om Evan.

Om Evan dalam bahaya! pikir Valencia panik. Ia ingin segera menghubunginya, tapi ponselnya sudah disita, dan ponsel satunya lagi tertinggal di mobil. Tidak mungkin ia keluar sekarang—semua akan panik jika tahu. Ia menahan napas, berusaha tetap tenang.

Andra mulai menjelaskan strategi mereka untuk membasmi markas narkoba Veloro, milik Evander Victor Raghunendra, ketua Veloro sekaligus bandar narkoba terbesar.

“Evander adalah incaran polisi sejak lama,” lanjut Andra. “Tapi dia selalu lolos. Polisi tidak pernah punya bukti kuat, dan setiap kali kita hampir menangkapnya, dia selalu lebih dulu tahu.”

Valencia hanya bisa menatap layar di depan ruangan, di mana kini muncul rekaman CCTV tersembunyi yang menampilkan aktivitas di pelabuhan. Di dalam layar itu, Evan dan timnya terlihat sedang bersiap di area pelabuhan.

Andra menatap layar dengan mata tajam.

“Kita harus bisa tangkap dia, bagaimanapun caranya. Kali ini, tidak boleh ada yang gagal.”

Deg!

Valencia menunduk dalam diam, menyembunyikan wajahnya yang mulai pucat. Dalam hati, hanya satu kalimat yang terus berulang—

Om Evan... apa yang harus El lakukan sekarang?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!