Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 21
"Astaghfirullahaladzim! Bisa pelan-pelan nggak sih bawa motornya? Jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya Pak Jutek! Kalau di lihat istrinya nanti aku di kira ana-ana sama dia!"kesal Naima me-mu-kul bahu Angkasa.
Sedari tadi Pak Angkasa memang membawa motornya dengan kencang. Karena dia kesal dengan cara memegang Naima. Naima malah memegang kedua bahunya, Emang dipikir dia itu tukang ojek apa? Makanya Pak Angkasa sengaja membawa kendaraannya dengan kencang. sehingga Naima akhirnya memegang ke pinggang Pak Angkasa. Mau tidak mau daripada dia terjatuh. Pak Angkasa tak menanggapi ucapan Naima. Dia terus melaju membawa motor besarnya.
Entah ke mana dia membawa Naima. karena sendiri tadi Naima bertanya tidak ada jawaban. Karena bosan dan kesal akhirnya Naima diam saja tak bertanya lagi. Dia masih berteriak di kala Pak Angkasa kembali membawa motornya dengan kencang. Di saat dia mulai melepaskan pelukan dari pinggang pria itu. Sepertinya memang modus pak tua satu ini.
"Mau sampai kapan peluk aku terus?"tanya Pak Angkasa ketus.
Naima mencebikkan bibirnya dan melepaskan pelukan dari pinggang Pak Angkasa. Dia kira belum tiba di tempat tujuan, karena memang sedari tadi dia malas berdebat. Naima melihat ke sekeliling, alisnya mengerut saat melihat tempat yang mereka datangi. Untuk apa pria itu membawanya ke toko perhiasan? Apa dia mau menjual perhiasan untuk membayar ganti rugi kepada dirinya? Memangnya dia tidak menyimpan uang di rekening? kan bisa transfer saja kalau memang niat untuk bertanggungjawab mengganti kerugian. Pikir Naima.
"Ayo kita masuk!"Ajak Pak Angkasa seteleh membuka helm dan merapikan rambutnya.
Terlihat keren sih, apalagi terkena sinar matahari seperti pria-pria yang di iklan itu.
"Mau apa kita masuk ke sana?"tanya Naima ogah ikut ke tempat mewah seperti itu. Yang ada nanti dia malah akan di ketawakan oleh orang-orang yang ada di sana. Sudah cukup hidupnya selama ini penuh lelucon. Dia sedang tak ingin menjadi bahan olokan saat ini.
"Kalau mau tanggung jawab atas apa yang terjadi padaku. Tidak usah menjual perhiasan istri anda dulu pak. Kasihan nanti dia menangis dan menyalahkan saya, saya sudah ikhlas. Lagian kalau mau bayar ganti rugi tinggal transfer saja. Nggak banyak juga gak apa-apa buat bekal saya di perantauan besok,"kembali Naima berkata.
Dia masih bersandar di motor besar milik Angkasa. Enggan untuk beranjak. Sedangkan Angkasa terlihat membuang muka setelah mendengar ucapan gadis di depannya.
"Eh mau apa? Sana jangan dekat-dekat! jangan sampai saya di kira ana-ana dan ada yang melaporkan kepada istrinya anda ya. Tolong jangan datangi saya lagi. Sudah cukup ya Pak Angkasa yang terhormat. Saya mau pergi, saya sudah ikhlas. Nggak usah ganti rugi dari pada nanti urusannya akan menjadi panjang. Bersangkutan dengan emak-emak si ras terkuat di bumi itu nggak akan ada habisnya,"oceh Naima merentangkan kedua tangannya memberi jarak kepada Angkasa yang mendekat.
sreeeeekkk
Angkasa menarik tas selempang milik Naima saat gadis itu menjauh. Membuat Naima kaget bukan main.
"Kalau mau pergi setidaknya helm saya jangan di bawa!"ujar Angkasa saat melihat wajah Naima yang merengut melihat ke arah dirinya. Naima meraba kepalanya. Dia tersenyum kaku menyadari jika di kepalanya masih ada helm milik Angkasa bertengger. Kenapa dia bisa lupa kalau di kepalanya ada helm. Memalukan saja. Naima mencoba membuka helm tapi kok kenapa sulit sekali. Apa di lem?
"Bisa nggak? Cepetan panas ini!"tanya Angkasa membuat Naima mencebikkan bibirnya kesal.
"Umur memang tidak bisa di bohongi ya. Orang tua menang tidak sabaran. Ini sudah sekali buka nya! Apa pake lem?"omel Naima membuat Angkasa mendengus di sebut orang tua oleh Naima.
"Eeehhh, mau apa? Jangan dekat-dekat nanti ada yang foto cekreeek cekreeek, bisa-bisa nanti jadi bahan gosip. Frustasi gagal menikah seorang gadis memilih menjadi ana-ana bapak-bapak beristri dan satu anak, mana anaknya yang mengambil calon suaminya,"kembali Naima berbicara banyak membuat Angkasa gemas sendiri dengan gadis itu. Dan mencubit hidung mancungnya.
"Jangan kebanyakan ngomong! Aku cuma mau membantu kamu membuka helmnya!"ujar Angkasa membuat Naima terkekeh.
Naima mendongak dan membuat dia bisa melihat dengan jelas pahatan wajah makhluk Tuhan yang tampan di depannya. Rahang yang tegas, memperlihatkan umurnya, tapi tidak mengurangi ketampanan dari Angkasa. hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal, matanya yang walaupun menatap selalu tajam tapi tampak indah. Ada sedikit bulu-bulu halus di area bibir dan juga dagunya.
"Kenapa lama sekali buka nya pak?"protes Naima yang merasa pegal mendongak.
Kenapa rasanya agak lama. Tapi alasan utamanya adalah karena dia sudah mulai merasa tak karuan berada berdekatan seperti itu dengan suami orang. Jangan sampai dia khilaf dan benar-benar karena frustasi malah mendekati suami orang lain.
"Bukannya kamu sedang mengagumi ketampanan saya? Makanya saya memberikan kamu waktu untuk menatap pria tampan ini dengan dekat. Apa mau lebih dekat lagi?"ujar Angkasa yang dengan sengaja malah semakin mendekatkan wajahnya kepada Naima.
Dia sedikit membungkuk karena memang tinggi badan Naima sekitar seratus lima puluh lima sentimeter. Sedangkan Angkasa seratus delapan puluh lima sentimeter. Agak jomplang. Naima kembali untuk kedua kalinya bisa merasakan hembusan nafas beraroma mint milik Angkasa. padahal sedari tadi dia sudah berusaha menahan nafas saya berdekatan dengan pria itu. Malah pria di depannya itu sengaja sekali memancing naluri kewa-nita-annya! Naima memalingkan wajahnya lebih dahulu, tak bisa rasanya terlalu lama berpandangan dengan Angkasa seperti itu. Takut khilaf.
"Nggak usah ke ge-er-an. Terima kasih sudah membawa saya kabur. Saya permisi pergi lagi,"pamit Naima. Tapi tangannya di cekal oleh Angkasa.
"Pertolongan dariku tidak gratis!"ujar Angkasa yang berbalik.
"Astaghfirullah, pak tolong saya ingin lepas dari kalian. Silahkan sudah saya katakan jika saya ikhlas Jiak Gisel mengambil Sampah itu. Jadi tidak perlu lagi kita bertemu seperti ini. Tolong pak, jangan bawa saya salah situasi sulit. Jangan membaut nanti istri anda salah paham dengan apa yang terjadi. Insyaallah saya sudah ikhlas. Saya hanya ingin menepi dari semuanya. Saya tidak mau berhubungan atau bertemu lagi dengan kalian. Anda mengerti kan ucapan saya dan juga kedua orang tua saya? Padahal saya berbicara berulang terus! Tolong lepaskan tangan saya Pak,"kesal Naima kepada pria di depannya.
Entah apa yang harus dia katakan kepada Apria itu agar mengerti. Haruskah dia pukul kepala Angkasa dengan helm agar dia mengerti. Jangan sampai orang-orang yang berlalu lalang disana juga menjadi salah paham dengan apa yang sedang terjadi kepada mereka
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰