Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi pertama di kamar Alira
Malam di Kediaman Alira
Lampu redup temaram menyelimuti ruangan, menebarkan suasana hangat yang justru terasa menyesakkan bagi Bayu. Wangi melati samar menguar dari dupa di sudut ruangan, aroma yang kini mulai ia benci, tapi harus ia terima demi rencana yang tengah ia mainkan.
Alira tampak begitu bahagia malam itu. Ia duduk di kursi panjang dengan pakaian malam sutra merah, segelas anggur di tangan, menatap Bayu yang baru keluar dari kamar mandi dengan kemeja tipis.
Tatapan Alira penuh kemenangan.
Tatapan yang berkata: “Aku telah menang. Kau milikku lagi.”
“Bayu…” panggilnya lembut, senyum terlukis di bibir. “Akhirnya malam ini kamu jadi milikku sepenuhnya. Tak ada lagi Sekar, tak ada lagi rahasia.”
Bayu menatapnya lama, seolah menimbang kata-kata.
Lalu dengan langkah tenang, ia mendekat, duduk di samping Alira.
Senyumnya hangat_ hangat yang dibuat-buat, tapi cukup meyakinkan bagi siapa pun yang melihat.
“Lira,” katanya perlahan, suaranya rendah dan lembut. “Aku memang bodoh dulu… meninggalkanmu begitu saja. Tapi mungkin ini waktunya kita berhenti menyakiti satu sama lain.”
Alira terdiam sejenak, tidak menyangka kata-kata selembut itu keluar dari mulut Bayu. Ia menatap dalam mata pria itu, mencari kebohongan di sana, namun yang ia temukan hanya ketenangan yang menipu.
“Jadi… kamu benar-benar ingin mulai lagi denganku?”
Suara Alira nyaris seperti bisikan, setengah tak percaya.
Bayu menatapnya, tersenyum kecil. Tangannya terulur, menyentuh pipi Alira dengan gerakan lambat.
“Kalau aku tidak ingin memulai lagi, aku takkan datang hari ini, Lira.”
Seketika Alira tersenyum puas. Ia menaruh gelas anggurnya di meja, lalu bersandar ke bahu Bayu.
“Kau tahu… aku menunggumu lama sekali. Aku tahu kamu akan kembali, Bayu. Aku selalu tahu.”
Bayu membiarkan Alira memeluknya, sementara pikirannya berputar tajam di balik wajah tenangnya.
Biarlah kamu percaya itu, Alira. Biarlah kamu merasa menang. Karena di balik semua ini, hanya satu tujuanku: mengakhiri semuanya.
Ia menatap meja di depan mereka, di mana sebuah bingkai foto kecil berdiri, foto bayi laki-laki berusia sekitar tiga bulan, tertidur dengan senyum mungil.
Alira mengikuti arah pandang Bayu.
“Lucu, kan?” katanya lembut, suaranya seperti madu tapi terasa getir di telinga Bayu.
“Itu anak kita, Bayu. Lihat senyumnya, sama seperti kamu waktu kecil…”
Bayu menatap foto itu dalam-dalam, matanya menyipit, berusaha menahan amarah dan jijik yang hampir meledak. Namun yang keluar dari bibirnya hanya kalimat tenang, datar tapi lembut:
“Dia memang lucu, Lira. Aku ingin mengenalnya lebih dekat nanti.”
Alira tersenyum, matanya berkilat puas.
“Kau ingin menemuinya?”
“Tentu,” jawab Bayu cepat, suaranya meyakinkan. “Tapi… tidak malam ini. Aku ingin istirahat dulu. Besok, kau tunjukkan padaku, ya?”
Alira mengangguk, lalu meraih tangan Bayu, menggenggamnya erat.
“Baiklah. Besok, kamu akan lihat bayi kita. Dan setelah itu, kita mulai semuanya dari awal, sebagai suami istri yang sebenarnya.”
Bayu menatap Alira, memaksakan senyum lembut. Ia membiarkan wanita itu bersandar di dadanya, membiarkan pelukan itu seolah nyata. Namun di balik tatapan matanya yang redup, pikirannya berbisik dingin:
Mulailah percaya, Alira. Percaya sampai aku bisa menyentuh bukti itu. Sampai aku tahu bayi itu bukan darahku… dan saat itu tiba, semua ini akan berakhir.
Di luar jendela, hujan mulai turun perlahan.
Tetes-tetes air membasahi kaca, seakan menghapus bayangan bulan yang sempat muncul.
Bayu menatap keluar jendela, membiarkan Alira tertidur di pelukannya. Matanya tajam, penuh rencana.
Aku akan mainkan peran ini, sebaik yang kau inginkan, Lira… sampai akhirnya kau sendiri yang terjerat dalam perangkapmu.
...
Pagi Cerah
Kicau burung bersahutan di luar, berpadu dengan suara deru kendaraan di jalan seberang sana di luar kompleks perumahan itu, tentunya.
Bayu yang baru terbangun menatap langit-langit berwarna gading, menghiasi ruang kamar yang luas namun tak selaras dengan suasana hatinya. Pikirannya melayang pada Sekar. Ia ingin menghubungi, tapi rasanya tidak mungkin.
Ia terdiam sejenak, lalu mencoba meraih ponsel di atas nakas. Namun belum sempat tangannya sampai, Alira keluar dari kamar mandi dengan kimono putih, rambutnya terurai basah.
“Pagi, Sayang. Sudah bangun kamu? Bagaimana? Enak tidurnya?”
Alira melangkah mendekat dengan senyum manis yang menggoda.
Bayu mengulas senyum penuh kebohongan. Ia tak menjawab, hanya bangun dan duduk di atas tempat tidur.
Alira, dengan kelembutannya, duduk di tepi tempat tidur, menatap Bayu penuh kepuasan.
“Seperti ini, Sayang… yang aku mau dari kamu. Kamu tentu masih ingat, kan, ketika kita selalu menghabiskan waktu berdua?” ucap Alira sembari tangan lentiknya menyentuh nakal pundak Bayu. Ia memiringkan kepala, menatapnya lagi sambil berbisik, “Tentunya kamu mau, kan, kalau kamu satukan perusahaan kita… hm?”
Bayu meraih tangan Alira di pundaknya dan menurunkannya perlahan ke pangkuannya. Ia menghela napas.
“Itu urusan nanti, Lira. Yang terpenting, aku sekarang bersama kamu.”
Penuh tipu daya, Bayu berusaha meyakinkan hati Alira.
Alira tersenyum miring.
“Ya… oke. Semoga tidak ada kebohongan darimu, Sayang.”
“Aku janji, Alira. Tidak akan ada.”
Bayu terus mencoba meyakinkannya.
Alira lalu berdiri, menatap Bayu sejenak.
“Em… aku mau bersiap pergi. Aku ingin kamu temani aku ke mal siang ini. Dan aku mau kamu temui anak kita. Kamu mau menemuinya?”
Bayu tersenyum.
“Oke, nanti aku temani. Dan aku mau temui anak kita. Tapi sebelumnya, aku mau bersih-bersih dulu.”
Alira mengangkat satu alisnya, mengulas senyum penuh percaya.
“Oke, mandilah.”
Bayu turun dari tempat tidur, meregangkan kedua tangannya.
Aku akan temui anak itu. Aku harus cepat mengambil sampel. Aku harus pastikan kalau anak itu bukan anakku, batinnya, lalu melangkah menuju kamar mandi.
...
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄
penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪
duhh kira² berhasil gk yaa Bayu...
gmn hasilnya nnt??
di tunggu updatenya author kesayangan kuuu Emak Ncinggg si Gemoyyy tetap semangat ya Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
semoga Sekar baik² saja 🥲🥲
gmn nnt reaksi Bayu setelah tau Sekar kecelakaan??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu Semangat ya Sayyy 🐱🤗🥰💪
kira² berhasil gk yaaa??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🥰🐱💪
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuu terus semangat Sayyy 💪🥰🐱☺🤗