 
                            Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16.Kenangan lalu.
Hari-hari di SMA Pelita berlalu seperti biasa setidaknya, bagi semua orang kecuali Clara.
Setiap pagi, langkahnya menyusuri koridor panjang sekolah terasa seperti melewati lorong kenangan yang berulang. Di setiap sudut, ada tawa, obrolan ringan, dan senyum dari mereka yang baru belajar jatuh cinta.
Namun di antara semua itu, matanya sering yang entah sengaja atau tidak berhenti pada dua sosok yaitu Arman dan Loly sebagai pasangan baru disekolah.
Keduanya kini hampir tak terpisahkan. Duduk berdua di kantin, belajar kelompok di perpustakaan, bahkan kadang terlihat saling menatap dengan cara yang begitu hangat hingga dada Clara terasa sesak.
Namun tidak seperti dulu,ketika hatinya masih mudah terguncang sekarang Clara hanya diam. Tidak ada lagi air mata. Tidak ada lagi amarah.
Ia sudah terlalu sering kehilangan untuk kembali menyalahkan takdir, dan kebersamaan mereka tidak menganggu hari-harinya.
Di kelas, Ria sering memergokinya melamun.
“Clar, kamu gak apa-apa? Kok akhir-akhir ini sering bengong?apa karena kamu patah hati melihat Arman jadian dengan kakak kelas kita.”
Clara menoleh dan tersenyum kecil. “Jangan bercanda Ria!,untuk apa aku patah hati?aku dan Arman tidak ada hubungan ataupun perasaan lalu kenapa aku mesti sakit hati.”
“Lalu apa yang membuatmu melamun beberapa hari ini? ”
“Aku cuma berpikir kehidupan ku ini seperti mimpi, bisa kembali di kehidupan yang lalu. entah aku harus bersyukur atau tidak? ”
“Clar, sebenarnya aku tidak mengerti apa yang kamu omongin? ”
“Sudahlah, jika aku jelasin kamu tidak akan percaya. bagaimana kalau nanti sepulang sekolah kita ke mall? ”
“Kalau itu aku mengerti”
Clara hanya tersenyum tipis, tak menjawab.
Baginya, cukup dirinya saja yang mengetahui tentang kehidupan keduanya. jika menceritakan pada orang lain, maka tidak ada yang percaya dengan dirinya.
Sore itu, sepulang sekolah, Clara berdiri di taman belakang sekolah menunggu Ria yang masih ada urusan di ruang guru, Clara tanpa sadar berada di tempat pertama kali ia dan Arman bertemu di kehidupan lalu.
Kenangan pertemuan pertama mereka, terselip dalam pikiran Clara.
Kilas balik.
Saat itu Clara murid baru yang melakukan orientasi sama seperti Arman dan teman sekelas yang lain, Clara yang waktu itu tanpa sengaja menabrak punggung Arman.
Dan saat Arman berbalik melihat kearahnya, saat itu Clara terpesona dengan Arman yang tersenyum padanya.
Setelah pertemuan itu Clara berusaha mendekati Arman, apapun ia lakukan untuk Arman.
Angin sore menyadarkan Clara semua itu hanya masa lalu yang manis,angin itu mengibaskan rambutnya, aroma bunga kamboja memenuhi udara.
Lalu sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang.
“Sedang apa kamu disini? ,” suara itu dalam, hangat, tapi juga lembut.
Clara menoleh. Finn.
Ia bersandar di pagar besi, tangan di saku, menatap Clara dengan tatapan yang kali ini… tidak lagi usil.
“Kak Finn… terserah aku mau dimana,memangnya apa urusan kakak? ,” jawab Clara datar.
Finn mengangguk, berjalan pelan ke arahnya. “Jangan galak-galak nanti cepat tua. ”
Clara menatapnya sekilas, kemudian menatap kearah pintu sekolahnya.
“Sebaiknya kakak pergi saja,aku sedang menunggu temanku.”
Finn menatap gadis itu lama, lalu tersenyum samar. “Aku kira kamu sedang menunggu pacarmu, baguslah kalau kamu menunggu temanmu.”
Clara tersenyum tipis. “Dasar usil”gumamnya pelan yang nyaris tidak terdengar.
Finn dengan nada serius. “Clar, aku minta maaf karena kata-kataku di lift kemarin. karena setiap orang yang sok akrab dengan kakek pasti urusan pekerjaan atau orang yang cari muka, jadi kamu bisa maklumi sikap ku kemarin. ”
Hening sejenak. Hanya suara daun yang bergesekan.
Clara menatap Finn lebih lama kali ini.
“Apa benar ini cowok sombong kemarin?atau kamu sedang kerasukan penunggu pohon ini? ”
Finn pun tersenyum, “Aku tidak mengira nenek cerewet ini bisa bercanda, aku kira kamu cewek yang hanya bisa ceramah saja. ”
“Jangan bilang aku nenek cerewet lagi, kalau tidak aku jitak kepalamu lagi! ”ucap kesal Clara dengan wajah yang di tekuk.
“Iya.., maaf”
Mereka berdua tersenyum bersama, dan rasa keakraban itu terjalin di bawah pohon yang sama dimana dulu menjadi tempat pertemuan Clara dan Arman.
Obrolan mereka berlanjut santai, Clara mulai merasa Finn bukan pria yang terlalu nyebelin.
“Kakak tidak pulang? ”
“Pulang, tapi langkah kakiku terhenti setelah melihat cewek cantik yang berdiri sendirian disini”
“Dasar gombal, sudah berapa banyak cewek yang kakak gombali seperti itu? ”
“Ini bukan gombal, ini kenyataan jika kamu tidak cantik memangnya aku harus puji tampan? ”
Clara mengangguk pelan sambil tersenyum, senyum Clara membuat pandangan Finn tidak bisa berhenti menatapnya.
Matahari perlahan merunduk di balik gedung, menyisakan cahaya jingga yang jatuh di wajah Clara. Finn sempat terdiam, menatap gadis di depannya dan untuk pertama kalinya, ia merasa waktu berjalan terlalu cepat.
Clara tidak menyadari tatapan itu dan tiba-tiba ia melihat dari kejauhan Ria keluar dari gedung sekolah mereka.
“Ria sudah datang,aku tinggal dulu kak! ”
Finn merasa sedikit kecewa karena waktu bersama nya sesingkat itu, Clara melambaikan tangannya kearah Ria dan mengabaikan Finn yang dari tadi menemaninya.
“Clara!”
Ria membalas melambaikan tangan sambil berlari kecil menghampiri, wajahnya cerah seperti biasa.
“Oh, jadi kamu di sini! Aku kira tidak jadi!” seru Ria begitu sampai di dekat mereka.
Clara tersenyum tipis, sedikit lega. “Kamu itu yang lama banget, gak muncul-muncul.”
“Maaf guru BK banyak omong! Aku hampir ketiduran,” keluh Ria sambil menepuk pundak Clara, lalu melirik ke arah Finn yang berdiri tak jauh di belakang.
“Eh... ini bukan kak Finn,kenapa bisa disini?” tanya Ria dengan polos, tapi nada suaranya jelas penuh penasaran.
Finn hanya tertawa kecil, menunduk sopan. “Iya, itu aku. Tapi tidak sengaja bertemu dengan Clara,kami ngobrol dikit sambil nunggu kamu datang.”
Ria terkekeh. “Terima kasih kak, karena sudah temani sohib ku ini. aku tadi takut dia kesepian,untung ada kakak yang nemenin Clara”
“Kita ini terus ngobrol disini atau jadi pergi sih? ”
“Iya.., tentu saja jadi. ”
Akhirnya mereka berdua pamitan dengan Finn, dan berjalan kearah mobil Ria yang sudah menunggu mereka di depan gerbang sekolah mereka.
Finn menatap mereka berdua melangkah pergi.
Setiap langkah Clara menjauh membuat sesuatu dalam dirinya terasa aneh yang semacam tarikan halus yang membuat matanya tak bisa lepas.
Clara sempat menoleh sebentar, hanya sekilas. Pandangan mereka bertemu di antara bayangan sore yang mulai memanjang di tanah.
Ada sesuatu di mata Finn lembut, tenang, tapi sulit diartikan.
Clara mengalihkan pandangan nya sekilas dari Finn, lalu membuka pintu mobil Ria.
Mobil itu perlahan melaju keluar dari area sekolah. Dari kaca jendela, Clara masih bisa melihat sosok Finn berdiri di tempat yang sama, bersandar pada pagar, dengan tangan di saku dan pandangan yang tetap mengikutinya sampai mobil menghilang di tikungan.
Angin sore berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan di atasnya.
Finn tersenyum samar, lalu berbisik pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri,
“Clara”hanya menyebutkan namanya saja membuat Finn bahagia.
Dan di dalam mobil, Clara yang diam menatap keluar jendela tiba-tiba menggenggam ujung bajunya sendiri, tanpa sadar tersenyum kecil.
Ia merasa dulu telah menyiakan masa remaja nya dengan dunia penuh Arman, sekarang ia merasakan hidup bisa mengenal cowok badung bernama Finn yang menyenangkan.
penasaran bangetttttttt🤭