NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

Sesekali pandangan vino tertuju pada fakultas pendidikan yang berada di samping fakultasnya.

Vino sudah menghabiskan dua batang rokok sekaligus selama kurang lebih tiga puluh menit di sana. Pikirannya tengah kacau sejak kedatangan albian ke rumahnya kemarin, terutama saat musuh besarnya itu mengatakan soal ziara yang telah menikah dengannya.

Satu batang rokok yang belum dinyalakan sudah diapit dengan kedua jarinya. Tatapan vino mengarah pada fakultas pendidikan sembari menyalakan korek elektrik di tangan kanannya.

Melihat vino yang sejak tiba di rooftop memilih bungkam, tak mengeluarkan sepatah kata pun pada mereka, Sergio menyenggol lengan Refaldo yang tengah asyik berkirim pesan dengan pacarnya merasa terganggu.

Pemuda dengan tato bulan sabit di belakang telinga itu melotot garang pada Sergio yang telah mengganggu keasyikannya.

"Apaan sih lo? Ganggu!" sungutnya.

Sergio menunjuk Davino dengan dagunya.

"Kayak lagi banyak pikiran banget dari tadi," balasnya.

Tanpa ragu Refaldo langsung bertanya pada vino untuk menjawab rasa penasaran Sergio.

"Kenapa lo? Diem mulu dari tadi. Bisu?" tanya Refaldo yang berhasil membuat kerah kemeja kotak-kotaknya dicengkeram kasar oleh vino.

"Nyari perkara sama gue?" ucap vino dengan suara yang ditekankan. "Dari pada lo ngurusin hidup gue, urus aja sana para gundik lo!" sambungnya seraya menghempaskan cengkeramannya pada kerah Refaldo.

Bukannya takut, Refaldo justru terkekeh pelan. "Masalah cewek ya? Pasti bener tebakan gue kan? Lo gak pernah segalau ini sebelumnya, bahkan saat tau Bokap lo nikah lagi."

"Gak usah ikut campur!" sentak vino penuh penekanan.

Sergio bergegas menghentikan Refaldo yang masih berniat membalas ucapan vino tadi. Pemuda itu membekap mulut Refaldo dengan kuat agar diam.

"Udah! Lo malah mancing emosinya vino aja. Bukannya nanya yang bener malah bikin darah tinggi orang naik," ucap Sergio sambil berbisik.

Tangan Sergio ditepis kuat hingga bungkaman di mulut Refaldo terlepas.

"Bukannya lo yang kepo tadi! Gue cuma bantu nanya aja biar lo gak kepo lagi, malah gue yang kena semprot juga," sungutnya kesal.

Sergio buru-buru menempelkan jari telunjuknya di bibir agar Refaldo tak melanjutkan ocehannya yang nanti bisa membuat vino makin emosi.

"Apa? Takut lo?" tanya Refaldo dengan satu alis yang terangkat. "Lagian gue bisa nebak, siapa yang udah bikin vino galau berat kayak gini."

Vino yang awalnya mengabaikan perdebatan dua temannya langsung menoleh ke arah Refaldo setelah menyebut namanya barusan. Ia menatap nyalang mereka berdua secara bergantian.

"Maksud lo siapa yang udah bikin gue galau? Lama-lama lo nyebelin banget ya jadi orang. Selain suka ikut campur urusan orang, lo juga sok tau," sahut vino dengan rahang yang mengeras. Sengaja ia semburkan asap rokoknya ke wajah Refaldo hingga membuat pemuda yang juga sedang merokok itu terbatuk-batuk.

"Gue tau kalo lo suka sama cewek ninja itu kan?" tanya Refaldo setelah batuknya hilang. "Selera lo aneh banget tau gak? Banyak cewek seksi, bohay, tapi malah suka sama yang kayak begitu. Apa bagusnya coba? Disentuh aja gak bisa, apalagi diajak ciuman?" ucap Refaldo seolah tak ada takut-takutnya pada murkanya vino.

Sergio menepuk keningnya frustasi seraya mundur perlahan menjauh dari dua orang yang tak lama lagi sepertinya akan berkelahi. "Gue cari aman aja lah," gumamnya pelan.

Emosi vino semakin menggebu.

Ditariknya lagi kerah kemeja Refaldo untuk kedua kalinya.

"Lo bicara sekali lagi soal ziara kayak gitu, gue gak segan-segan ngehajar lo!" ancamnya.

Senyuman miring tercetak di wajah Refaldo. Seolah mengejek ancaman vino barusan. "Segitu cintanya lo sama dia? Sampe lo lebih milih ngehajar gue cuma karena ngomongin dia?"

"Kenapa? Masalah buat lo? Gue bahkan gak ragu ngerobek mulut lancang lo ini kalo sampe terus ngehina ziara. Dia itu cewek spesial. Gak kayak pada gundik lo yang mirip 1*nte itu," balas vino tak mau kalah.

"Ziara itu cewek baik-baik. Dia gak cocok dijadiin pacar, tapi lebih cocok dijadiin istri."

Vino melepaskan cengkeramannya.

"Sebrengsek-brengseknya gue, gue mau istri gue itu perempuan baik-baik, yang Cuma banyak orang," imbuhnya.

Refaldo merasa tertampar dengan ucapan vino barusan. Yang dikatakan vino sepenuhnya benar soal pacar-pacar Refaldo yang selalu berdandan menor dan berpakaian minim bahan seolah ingin semua melihat tubuh seksinya.

"Kalo gitu, kenapa gak lo tembak aja dia langsung? Kayaknya mulai ada gosip soal zia sama albian hari ini yang bareng ke kampus. Lo bisa kalah start lagi sama albian kalo cuma diem aja," usul Refaldo.

Kepulan asap rokok keluar dari mulut vino dan membumbung ke udara.

"Gue masih cari cara buat dapetin hatinya ziara. Setelah gue berhasil makin dekat sama dia, baru gue akan langsung ajak dia nikah," balas vino. "Lo tau sendiri kalo cewek kayak ziara gak akan mau diajak pacaran. Dan gue pun siap nikahin dia."

***

"Tunggu gue di mobil aja. Lima belas menit lagi gue sampe. Dosen gue baru keluar kelas."

Setelah selesai mengetik pesan, albian segera mengirimkannya pada nomor ziara. Tapi, detik selanjutnya dahinya berkerut melihat centang satu pada bubble chat pada pesannya barusan.

“Masa dia gak punya paket data sih? Jangan-jangan gak ada uang buat beli kuota,” pikir albian yang mulai ingat dengan nafkah ziara yang belum ia berikan. “Bego banget sih gue.” albian menepuk dahinya.

Setelah mengenakan tas ranselnya, pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar lebih dulu, meninggalkan dua sahabatnya yang masih berbincang.

“Biasaan banget tuh. Gak pernah ajak-ajak kita barengan sekarang,” ucap Agra dengan bibir cemberut.

“bian kayaknya lagi males sama mulut lo yang embernya gak ada obat,” balas rifki yang mendengar cerita anak-anak kelas soal arfa yang kena tabok albian di area parkir tadi.

“Lah... Kok jadi sewot ke gue sih lo!” sungut arfa tak terima.

Sementara itu, albian yang sudah berada di depan lift tengah menunggu pintu kotak besi itu terbuka. Ia tengah buru-buru agar ziara tak menunggunya terlalu lama, apalagi istrinya itu tak bisa dihubungi saat ini.

"Bian, tunggu!" teriak Brigita ikut menerobos masuk ke dalam lift menyusul albian.

Helaan napas jengah keluar dari mulut albian seraya menekan tombol lantai 1. Pandangannya tetap lurus ke depan, mengabaikan Brigita yang berdiri di sampingnya.

"Nian, tolongin gue. Gue mohon, kali ini aja tolongin gue!" ucap gadis berambut sebahu itu memelas.

Dahi albian mengerut menatapnya. "Lo mau minta tolong apa? Gue lagi buru-buru sekarang. Minta tolong aja sama temen-temen lo dulu," tolak albian keberatan.

"Tapi cuma lo yang bisa nolongin gue, bian. Nyokap gue lagi sakit keras. Pembatu di rumah barusan telepon, katanya Mama sempet pingsan sebentar. Gue gak mungkin bisa angkat Mama ke mobil sendirian. Papa tiri gue lagi di rumah istri pertamanya sekarang," ucap Brigita terus memohon tanpa henti.

"Minta aja sama sopir. Nyokap lo ada sopir kan? Gue lagi gak bisa sekarang. Zia lagi nungguin gue,” balas albian yang juga tak hentinya menolak.

Kedua tangan Brigita mengepal kuat mendengar nama Zivana disebut. "Zia lagi... zia lagi! Semenjak ada tuh cewek lo jadi berubah ya sekarang, bian. Lo bahkan nolak gue deketin. Kayak anti banget sama gue."

"Lo pikir, kalo zia tau soal Tantenya yang meninggal itu karena ulah siapa, dia masih bakalan mau gitu jadi istri lo?"

Mata albian terbelalak seraya menoleh cepat ke arah Brigita. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"

Brigita menyeringai licik. "Gue tau kok kalo lo belum bisa mengingat kecelakaan itu karena dokter bilang sebagian ingatan lo hilang karena benturan yang keras di kepala. Tapi, enggak sama gue yang saat itu juga ada di lokasi kejadian. Tantenya ziara, meninggal gara-gara lo, albian! Gue salah satu saksi yang ada di tempat kejadian dan gue juga bisa aja kasih tau ziarq soal ini."

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!