NovelToon NovelToon
GLORY SAGA

GLORY SAGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Dunia Lain / Robot AI / Game
Popularitas:350
Nilai: 5
Nama Author: Ismi Jannah

Sejak teknologi berkembang bertahun tahun yang lalu, perusahan game nomor satu di dunia yaitu Tensegame telah mengeluarkan versi Alpha dari game berjudul Glory Saga yang sebelum nya masih dalam tahap perkembangan dan masih bernama Crown heroes.

Nara Ananta adalah seorang lelaki berumur dua puluh lima tahun yang mengalami kecelakaan dan harus di rawat di rumah sakit selama beberapa tahun, setelah sembuh Nara kesulitan mencari pekerjaan hingga akhirnya seorang teman merekomendasikan game Glory Saga agar ia bisa mendapatkan pekerjaan dari sana.

Nara Ananta lalu memulai petualangannya sebagai Kane dan perlahan lahan mulai menorehkan jejak jejak perjalanan nya di dalam game.

"Kane? bukankah itu adalah nama dari seorang pemain legendaris dari crown heroes?"

"akhirnya king sword Kane telah kembali."

Nara Ananta atau Kane perlahan lahan menjadi terkenal tanpa disadarinya.

perjalanan Nara Ananta sebagai Kane pun dimulai dan menorehkan lagi gelar legendaris milik nya untuk di kenal dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Jannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyakit Nara

Nara melepaskan v-gear nya dan menghela nafas panjang, ia terdiam beberapa saat diatas ranjang nya sambil melakukan peregangan ringan.

Game sangat menyenangkan tapi juga menguras emosi nya, Nara memikirkan kehidupan zythren yang sulit hingga akhir hayat nya, membuat Nara memikirkan masa lalunya.

Nara pergi kedapur dan mulai menyiapkan makanan dan secangkir coklat panas, ia makan di balkon sambil memainkan handphone nya.

Nara membuka media sosial nya dan berita berita panas saat ini segera muncul, setelah men-scroll beberapa saat, pupil mata Nara mengecil.

Tiba tiba ia tersedak dan mulai batuk hebat.

"uhuk..apa-apaan ini!"

Nara mulai melihat banyak berita trending yang menyebut- nyebutkan namanya, padahal belum sehari setelah main story terbuka.

Nara mematikan handphone nya bersandar di kursi sambil mengatur nafas nya, menenangkan jantung nya yang berdebar debar.

"sepertinya aku harus ke rumah sakit."

Nara memiliki penyakit Paranoia disorder, yang menyebabkan ia paranoid terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya, Nara tidak suka dibicarakan banyak orang, itu membuatnya cemas tanpa alasan dan gelisah.

saat paranoid nya semakin parah Nara mendapatkan penyakit lanjutan yaitu selektive mutism membuatnya bisu karena trauma dan harus di rawat dirumah sakit, dan melakukan perawatan inap intensif.

Setelah serangkaian pengobatan dan kurang lebih dua tahun waktu berlalu, Nara berhasil sembuh dari penyakitnya dan menyisakan gejala sisa psikomatis, sebuah penyakit fisik karena tekanan mental.

Namun penyakit ini juga sudah sangat ringan ditubuh Nara, penyakit ini terhubung dengan emosi nya, jika terlalu senang, sedih, marah dan lainnya.

Mungkin karena bermain game terlalu intens sebelumnya nara terpengaruh menyebabkan emosinya tidak stabil dan jantung nya mulai berdetak tidak karuan.

Apalagi setelah melihat banyak orang membicarakan nya di media sosial, bahkan vidio vidio lama nya juga bermunculan.

walau itu hanya di dunia maya Nara tetap merasakan perasaan diawasi, membuat nya waspada dan mengalami ketegangan, bisa dibilang ini juga penyakit sosial.

Nara tidak bereaksi berlebihan dan ia berhasil mengatur emosi nya, karena penyakitnya sudah sembuh tapi menyisakan gejala sisa.

Tak ingin mendiamkan sebuah penyakit, Nara memutuskan untuk pergi lagi kerumah sakit untuk cek kesehatan.

Nara bertemu dengan dokternya dan menjelaskan kejadian yang terjadi padanya belakangan ini dan juga gejala sisa jantung berdebarnya.

"tidak ada yang serius nak, tapi kau mengambil keputusan yang bagus untuk memberitahu ku." dokter Edi tersenyum.

"gejala sisa ini terjadi karena kau terlalu terkejut saat orang orang membicarakan mu, kau harus mengurangi untuk memperhatikan sosial media saat ini, perlahan lahan saja."

Nara mengangguk.

"apa kau punya banyak pikiran nak? Emosi mu sepertinya naik turun."

Nara mengangguk lagi lalu mengatakan pemikiran nya, ia sibuk memikirkan pekerjaan dan ia juga belum menghubungi keluarga nya dan ia lalu tiba tiba bermain intens sambil memikirkan uang, dan ia lalu mendapati dirinya merasa sedih atas kepergian Zythren.

Nara merasa ia memiliki kesamaan dengan Zythren, itu mengingatkan nya dengan kenangan lama dan memicu kepanikan dan paranoid nya muncul, walau hanya permainan bagi Nara itu sudah cukup menyentuh titik emosional nya.

"itu cerita yang bisa membuat emosi bergejolak, tapi Nara kau harus mengingatkan diri sendiri, antara imajinasi, khayalan, game dan dunia nyata, saat kau bisa membedakan nya dengan sempurna, kau akan baik baik saja."

Nara mengangguk.

"tak apa apa, kau baik baik saja, tapi sharing harus sering dilakukan, itu akan membentu mu stabil secara emosional, kau bisa bercerita pada siapapun, pada ku, vana atau teman teman mu, kau juga bisa mencoba mencari teman baru, bebaskan saja nak bergaul sebayak yang kau mau."

Dokter Edi lalu menuliskan sebuah resep.

"jika terjadi gejala parah, kau bisa meminum obat ini."

Dokter Edi menyerahkan catatan nya pada Nara.

"ambil ke vana, dia akan membantu mu, kau bisa sekalian bertukar cerita dengan nya."

Nara tersenyum lalu pamit pergi.

"terima kasih om."

Nara mencari Vana sebagai seorang suster magang ia biasanya pergi membantu suster senior untuk mengurus pasien.

Dokter memberitahu Nara bahwa ada pasien baru dan Vana harusnya ada dibagian paseien itu.

Setelah bertanya dengan beberapa suster yang berpapasan dengan nya, Nara menemukan Vana diruangan pasien, tapi ada sesuatu yang terjadi disana.

"plakk"

Suara tamparan nyaring terdengar.

"apa yang kau suntikkan ke perut ku." pasien lelaki meraung marah, rambut nya panjang hingga menutupi telinga nya, ia memiliki kantong mata besar dan hitam dikedua matanya, sambil meringis ia memegang perut nya.

Ia berdiri bertumpu pada tongkat infus, di depan nya Vana memegang pipi yang baru saja di tampar pasien itu.

"kau meracuni ku, perut ku menjadi sangat sakit!" pasien itu meraung keras, lalu kesakitan.

"itu disebabkan penyakit anda tuan, anda terkena gastritis."

"prangg!"

Vana ingin menjelaskan, tapi pasien itu tak sabaran, mengamuk dan mendorong tongkat infus nya hingga jatuh.

Vana berteriak menghindari tongkat infus, saat itulah Nara datang ia segera, menghampiri Vana.

"kau baik baik saja?" Nara memegang tangan vana yang sempat terkena tongkat infus yang jatuh.

"Nara? Kenapa kau ada disini." Vana terkejut dengan kedatangan Nara, namun mereka tidak dapat berbicara karena pasien itu kembali mengamuk.

"kalian berdua pasti bersekongkol ingin menyakiti ku! Pengawal! Selamatkan aku dari dua orang jahat ini."

Dua orang pengawal dengan jas hitam lalu memasuki ruangan berdiri dikiri kanan pasien itu, Nara berdiri di depan Vana dan menatap pasien yang kesakitan itu.

Rumah sakit bagian dokter Edi dan Vana memang dikhususkan untuk pasien yang sedikit bermasalah di psikologis, otak dan trauma.

Tak heran ada jika ada pasien yang mengamuk karena stress atau alasan lain seperti pasien ini.

"ini rumah sakit, jangan membuat keributan."

Nara berucap pada dua pengawal pasien itu yang terlihat benar benar ingin memukul mereka.

"kau yang melakukan keributan lebih dahulu, meracuni ku, ini pembunuhan, akh... Perut ku." pasien itu berteriak kesakitan sambil merengek.

"meracuni apa?" Nara mengangkat alis nya bingung.

"dia terkena malnutrisi ringan dan gastritis akut tidak ada racun." Vana berucap di belakang Nara.

"tidak mungkin! Aku sehat sebelum kau datang dan menyuntik ku, dasar jalang berusaha membunuh ku." pasien itu meraung.

"itu karena kau belum makan." Vana membalas nyaring.

Nara memegang kepala nya menggeleng.

"ini tidak berhasil, dia kehilangan pikiran nya." Nara berucap setengah berbisik pada Vana. Yang dibalas anggukan oleh nya setuju.

Vana dan Nara lalu berpandangan, sepakat untuk memberikan pasien itu suntikan penenang, tapi dua pengawal itu menjaga nya seperti vas berharga.

"pasien sakit harus segera di tangani tolong mundur jangan ikut campur berlebihan.''

Dua pengawal itu tidak berbicara, diam seperti boneka patuh, Nara bersiaga akan melumpuhkan mereka jika mereka berusaha menghalangi, untung nya mereka juga tidak berniat bertarung, merasa berkelahi di rumah sakit berlebihan mereka mundur.

"penjahat! penjahat! penghianat." pasien itu berteriak histeris.

"jika kau menyentuh ku aku tidak akan melepaskan mu, tolong! Menjauh dari ku." pasien itu meronta menatap dua pengawal nya yang mundur dengan memohon dan menatap Nara dengan tajam.

"lakukan sesuka mu." Nara membalas acuh dan menyuntikkan jarum penenang yang telah di siapkan vana ke lengan pasien itu dengan kuat.

pasien itu berteriak seakan akan Nara akan membunuh nya, ia memaki maki dan tak lama bergumam tak jelas lalu akhirnya pingsan di atas ranjang nya.

Nara menyuruh dua pengawal itu mengawasi tuan mereka dan menunggu dokter sedang Nara dan Vana pergi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!