"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...
Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.
Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.
karya Triza cancer.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BLACKY
Thalia Kini baru terbangun dari tidurnya."Uh..nyaman banget rasanya.."gumam Thalia merentangkan tanganya.
"Lah gue masih di markas si tembok ternyata," Thalia segera bangkit dan mencuci muka. Kali ini tujuannya mencari Athar karena akan pulang.
Thalia berjalan pelan menuruni tangga, matanya masih sedikit sayu tapi langkahnya ringan. Jam di dinding menunjukkan pukul 05.00 pagi, udara di markas Golden Blood terasa dingin dan tenang, terlalu tenang bahkan.
Biasanya markas itu sudah ramai oleh suara anak buah yang lalu lalang, tapi sekarang… sepi.“Lah, kok sepi banget? Pada ke mana nih orang-orang? Jangan-jangan mukbang dan gue gak diundang…” gumamnya dengan nada absurd, kepalanya menoleh ke kanan-kiri mencari tanda kehidupan.
Thalia berjalan menyusuri lorong panjang markas. Kakinya berhenti saat melihat dua sosok berjalan beriringan Ela dan Alexa.
“Eh, kalian! Tau gak Athar di mana?” seru Thalia sambil berlari kecil mendekati mereka.
Ela sempat membuka mulut hendak menjawab, tapi Alexa cepat memotong.
“Bos lagi di tempat latihan. Lo jalan aja ke lorong kanan, nanti belok kiri, ruangan paling ujung.”
Nada suaranya tenang tapi licik, senyum tipis terselip di ujung bibirnya.
Thalia mengerutkan dahi, "Hemm kayaknya ni cewek mau ngerjain gue..ok lah gue akan lihat apa yang dia rencanain." Batin Thalia dalam hati, namun karena tidak ingin menunda-nunda, ia hanya mengangguk sopan.“Hem, baiklah. Makasih, ya.”
Ia segera berjalan pergi dengan langkah ringan. Begitu Thalia menghilang di balik tikungan, Ela langsung menarik lengan Alexa dengan wajah panik.“Lo gila, Lexa?! Itu arah kandang Blacky! Lo juga tau ‘kan cuma bos yang bisa deketin Blacky tanpa dijadiin sarapan!”
Alexa menatap Ela datar, suaranya dingin.
“Dan apa salahnya kalau gadis manja itu kena sedikit pelajaran? Lagian, kalau dia emang pantas di sisi Athar, dia pasti bisa keluar hidup-hidup.”
Ela menatap Alexa tak percaya.“Lexa! Lo udah keterlaluan…kalau Bos tau lo pasti di hukum ”
Tapi Alexa hanya berbalik, melangkah pergi dengan senyum tipis penuh racun.“Keterlaluan atau enggak, nanti juga keliatan siapa yang pantas berdiri di samping iblis Golden Blood itu.”
Sementara itu, Thalia tanpa curiga berjalan ke arah yang Alexa tunjukkan.
Lorong itu makin sepi, hanya suara langkah kakinya yang bergema. Di ujung lorong terlihat pintu besar dari baja, dan di atasnya tertulis dengan huruf kecil tapi mencolok:
Kandang Blacky. Dilarang Masuk Tanpa Izin Bos Athar.
Thalia menatap tulisan itu dengan dahi berkerut.“Kandang? Blacky? Siapa lagi tuh… anjing peliharaan?”
Ia menyeringai santai.“Hem, namanya juga Pemimpin mafia, pasti pelihara kalau gak singa ya serigala biar keliatan sangar.”
Dengan santai, ia mendorong pintu besi itu terbuka. Namun, begitu pintu sedikit terbuka… udara dingin bercampur bau darah segar langsung menyergap hidungnya.
Dari balik bayangan, terdengar suara geraman renda, berat, ganas, seperti berasal dari makhluk besar yang siap menerkam.
"Grrrrr... "
Thalia melirik kanan kiri mencari sumber suara.“Oke… kayaknya ini bukan suara geraman Singa atau serigala deh…”
Ketika bayangan dan suara geraman semakin mendekat, Thalia semakin penasaran bagi semua orang akan lari ketakutan tapi bagi Thalia, menaklukan hewan buas itu tantangan.
"Grrrrr... "
"Black panther.. " Gumam Thalia melihat kucing besar berwarna hitam, menatapnya tajam dan menyeringai memperlihatkan gigi taring yang tajam.
"Halo Blacky.. lo peliharaan si tembok ya..? Tapi lo sama dia kenapa sereman dia.. " Tanya Thalia absurd menatap Blacky yang kini siap menyergapnya.
Thalia mendekat perlahan mencoba membaca gerak gerik Blacky. "aaaaaaa..... "
"Graaawwww.. "
Suara Blacky menggema di seluruh markas menghentikan anggota Golden Blood yang sedang latihan, semua saling pandang. "Bos bukannya itu suara si Blacky?." Tanya Dion memastikan.
"Hem.." Athar mengangguk dan segera menuju kandang. Semua saling berbisik saat melangkah.
"Blacky kenapa ngamuk ya..?. "
"Apa ada yang ganggu dia..?. "
"Jangan-jangan dia ngelukain orang lagi, dia kan gak bisa di jinakin oleh siapapun kecuali si bos."
Sementara yang menjadi pembicaraan, kini sedang merebahkan kepalanya di paha Thalia menikmati setiap usapan yang tidak pernah ia dapatkan.
"Blacky lo nyaman ya gue giniin?, apa lo gak pernah di manja sama si tembok?.lo jadi anak gue deh Blacky jadi kakaknya Moly mau gak.." Cerocos Thalia tanpa sadar banyak pasang mata yang menatapnya.
"Thalia.. " Gumam mereka dalam hati.
Athar mengusap wajahnya pelan, berusaha mencerna apa yang ia lihat, dan dengar. Di depannya, Thalia duduk santai di tanah, membelai kepala black panther berukuran besar yang biasanya bahkan tak mau didekati siapa pun selain dirinya.
Blacky yang terkenal galak kini justru mendengkur seperti kucing rumahan di pangkuan gadis itu.“Thalia…” suara Athar datar, tapi rahangnya menegang. "Lo gak takut? " Tanya nya.
Thalia menoleh ringan ke sumber suara, ekspresinya polos tapi nyolot. “Ngapain gue takut sama kucing gede begini? Nih, liat, dia malah nurut. Tuh Blacky, cium tangan papi Athar”
Blacky benar-benar menunduk, menatap Athar, lalu menjilat tangannya sekali. Semua orang di sana serempak melongo.
“Lo liat, kan?” Thalia berkacak pinggang, puas."“Hewan peliharaan itu bukan cuma butuh makan Athar, tapi juga butuh disayang. Mereka nggak bisa ngomong, tapi mereka bisa ngerasain siapa yang tulus dan siapa yang cuma asal kasih makan.”Ucap Thalia
Doni berbisik ke Dion dengan wajah ngeri, “Gue gak tahu siapa yang lebih buas, si panther atau si Thalia itu.”
Raka ikut menimpali "Gue sih gak heran si Lia bisa jinakin si Blacky, orang iblis dari neraka aja jadi malaikat kalau deket dia."
Dion cuma mengangguk, “Kalau dua-duanya satu tim, ya udah tamat kita.”
Athar akhirnya jalan mendekat, menatap tajam Thalia yang tetap santai membelai leher blacky. "Ayo keluar..Dia bukan kucing Thalia."Athar berusaha menarik tangan Thalia.
“Gue tau Athar.."potong Thalia cepat. “Udah mending bantuin gue mandiin dia. Cepet ambilin sabun yang wangi vanilla ya, biar blacky makin ganteng.”
Athar menatapnya tak percaya, “Sabun vanilla? Dia bukan manusia.”
Thalia menoleh cepat, senyum nakalnya muncul. “Eh, jangan cemburu gitu dong. Masa kalah saing sama kucing gemes ini?”
Athar mendengus, antara kesal dan takjub. “Dasar gadis nakal…” gumamnya sambil menepuk kening, tapi senyum kecil tetap muncul di wajahnya, senyum yang tak bisa ia tahan tiap kali berhadapan dengan Thalia dan segala keanehannya.
"Eh jangan lupa bawa sikat gigi juga ya, biar taringnya tetap tajam.."
Rafi melotot "Baru kali ini gue denger hewan buas gosok gigi.. "
"Udahlah turutin dia kalau gak mau anu lo meletus.. " Celetuk Doni membuat keempat sahabatnya mengingat kejadian dimana Thalia meletusin alat vital pria.
Saat anggota lain masih terpana dan kagum dengan keberanian Thalia, kini semua segera menyingkir memberi jalan saat Alexa dan Ela datang dengan ekspresi pura-pura panik. Nafasnya dibuat tersengal, seolah baru berlari jauh.
“Ada apa ini?!” serunya nyaring. “Apa… apa Blacky keluar kandang lagi? Apa dia nyerang seseorang?”
Kerumunan menoleh, tapi yang mereka tunjuk justru pemandangan yang bikin Alexa kaku di tempat.
Blacky sang panther buas yang bahkan tak pernah menunduk pada Athar, kini tengah rebahan santai di pangkuan Thalia, kepalanya diletakkan di paha gadis itu, mendengkur halus layaknya kucing rumahan.
Alexa melongo, bola matanya membesar tak percaya. “Gak… gak mungkin…” bisiknya nyaris tak terdengar, tapi cukup jelas bagi dua orang dengan kepekaan tinggi Athar dan Thalia.
Tangan Alexa mengepal kuat, rahangnya menegang. “Harusnya dia, setidaknya… digigit sedikit…” gumamnya lirih namun penuh racun.
Athar yang berdiri di samping kandang menatapnya tajam, ekspresinya tetap datar tapi auranya langsung berubah dingin. Sedangkan Thalia yang masih duduk dengan santai di tanah tersenyum miring, menatap Alexa tanpa menoleh penuh.
“Tau gak,” ucap Thalia lembut tapi suaranya menggema tegas di antara mereka, “hewan buas gak pernah menyerang tanpa alasan. Mereka cuma nyerang kalau ngerasa terancam, atau… kalau ngerasa energi orang di depannya busuk.”
Suasana mendadak hening.
Ela spontan menatap Alexa dengan Khawatir. sementara anggota lain menelan ludah pelan.
Thalia melanjutkan, dengan nada bijak tapi menusuk, “Jadi kalau lo diserang hewan buas, mungkin bukan salah hewannya, mungkin karena lo sendiri yang gak bersih hatinya.”
Alexa menahan diri, bibirnya bergetar tapi ia tersenyum palsu. “Ah, gue cuma khawatir kok, Thalia…”
Alexa masih terpaku, ekspresinya membeku.
Sedangkan Athar kini menoleh ke arah Thalia, sudut bibirnya terangkat sedikit, senyum dingin tapi hangat entah untuk siapa.
“Gadis ini emang selalu bikin kejutan,” ujarnya dalam hati, “Kadang lo bikin pusing, tapi lo bisa bikin dia tunduk.”lirih Athar yang hanya di dengar Thalia.
Thalia hanya menatap balik dengan ekspresi malas tapi manis. “Ya wajar, siapa suruh lo temenan sama cewek yang punya aura kebun binatang, semua hewan aja suka sama gue.”
Anggota lain pun menahan tawa, suasana yang sempat tegang berubah jadi hangat dan penuh kekaguman, kecuali Alexa, yang diam-diam menunduk dengan rasa panas di dada.
thalia salting yaa gemeshh 🤭😁
semangat 💪💪💪
sangat bikin perut kram, ngakak🤣🤣🤣