NovelToon NovelToon
Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

Nathan memilih untuk menceraikan Elara, istrinya karena menyadari saat malam pertama mereka Elara tidak lagi suci.

Perempuan yang sangat ia cintai itu ternyata tidak menjaga kehormatannya, dan berakhir membuat Nathan menceraikan perempuan cantik itu. Namun bagi Elara ia tidak pernah tidur dengan siapapun, sampai akhirnya sebuah fakta terungkap.

Elara lupa dengan kejadian masa lalu yang membuatnya ditiduri oleh seorang pria, pertemuan itu terjadi ketika Elara sudah resmi bercerai dari Nathan. Pria terkenal kejam namun tampan itu mulai mengejar Elara dan terus menginginkan Elara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

***

Malamnya.

Nathan duduk sendirian di ruang tamu. Sisa minuman di gelas dibiarkan di meja, sedangkan foto-foto lama bersama Elara masih ada ditempat yang sama.

Nathan memegang bingkai itu erat, seolah berbicara langsung dengan Elara.

“Elara, kenapa aku baru sadar sekarang? Waktu itu, aku begitu marah, begitu bodoh. Aku pikir aku tidak bisa menerima kenyataan kalau kau bukan perempuan yang ‘sempurna’. Tapi apa artinya semua itu kalau pada akhirnya aku kehilanganmu?” ucap Nathan putus asa.

Ia menutup mata, mengingat kembali kenangan mereka. Tawa Elara saat mereka pertama kali berlibur, caranya membuat sarapan pagi di apartemen, bahkan tatapan mata penuh cinta milik mereka.

Nathan menggenggam rambutnya, ia frustrasi.

“Dingin, aku yang membuat rumah tangga kita jadi dingin. Bukan kau. Aku yang menghancurkannya dengan prasangka dan kebodohan. Lima tahun bersamamu, aku menyia-nyiakan semuanya hanya karena satu hal yang seharusnya tidak pernah jadi alasan.” ucap Nathan.

Nathan bangkit, mondar-mandir. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka daftar panggilan, menatap nama Elara lagi. Jemarinya bergetar.

“Tidak peduli kau menolak seribu kali, aku tidak bisa diam. Aku ingin kau kembali. Aku ingin kau tahu kalau aku tidak peduli lagi soal masa lalu itu. Aku hanya peduli padanya sekarang.” ucap Nathan dengan penyesalannya.

Ia menekan nomor Elara lagi. Nada sambung terdengar lama, tapi tak ada jawaban. Nathan mencoba lagi, berkali-kali. Hingga akhirnya...

Nathan terdiam sejenak, ia menekan voice note, lalu berbicara dengan suara berat.

“Elara, kumohon dengarkan aku sekali ini saja. Aku tahu kau tidak ingin mendengar suaraku, tapi aku ingin mengatakan kalau aku menyesal. Aku benar-benar menyesal. Semua yang kulakukan padamu, semua dinginnya sikapku, itu salah. Aku salah besar. Aku tidak peduli lagi soal apa pun yang pernah membuatku marah. Aku hanya ingin kau tahu, aku masih mencintaimu.” ucap Nathan.

Ia menutup ponsel dengan tangan gemetar, lalu jatuh terduduk di sofa.

"Sial! Sekarang penyesalan itu muncul dan aku tidak ingin melepaskan Elara pada pria manapun. Dia masih milikku." ucap Nathan rasanya ingin gila.

***

Beberapa hari kemudian...

Nathan duduk di meja makan bersama, Maria. Wajahnya semakin lelah, matanya merah, jelas Nathan kurang tidur. Maria menatapnya penuh kecewa, tapi juga khawatir.

“Nathan, sampai kapan kau akan begini? Kau sudah bercerai. Elara bukan istrimu lagi. Kau harus belajar melepaskannya.” ucap Maria.

Nathan menggeleng.

“Tidak, Mom. Aku tidak bisa. Aku sudah mencoba tapi aku tidak bisa. Setiap aku bangun, yang aku pikirkan hanya dia. Setiap aku makan, aku teringat bagaimana dia menyiapkan sarapan. Setiap malam, aku mendengar suaranya di kepalaku. Aku tidak bisa, Mom.” balas Nathan.

“Nathan! Kau yang memutuskan perceraian itu. Kau yang membuat semuanya berakhir! Sekarang, jangan menyiksa dirimu sendiri dengan obsesi ini.” ucap Maria dengan nada suara yang lebih tinggi.

Nathan menatap Maria dengan mata merah.

“Mom, aku salah. Aku kira aku bisa hidup tanpanya. Aku kira aku akan lega setelah semuanya selesai. Tapi kenyataannya, aku hampa. Aku merasa, aku kehilangan rumahku.” ucap Nathan memberi balasan.

Maria menghela napas panjang, menahan emosi.

“Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau pikir Elara akan mau kembali padamu setelah semua ini?” tanya Maria.

Nathan mengangguk yakin.

“Aku akan mencoba. Tidak peduli berapa kali dia menolak, aku akan terus mencoba. Aku akan tunjukkan padanya kalau aku benar-benar menyesal. Kalau aku masih mencintainya. Aku akan merebut dia kembali, Mom, bahkan jika dia sudah menutup pintu rapat-rapat untukku.” tegas Nathan.

Maria sempat terdiam, wajahnya berubah antara marah dan iba.

“Nathan, jangan mempermalukan dirimu sendiri. Elara sekarang sudah punya hidupnya sendiri. Dia bekerja dengan Marvin Luther, pria yang jauh lebih berkuasa dan punya segalanya. Kau pikir kau bisa bersaing dengan itu?” tanya Maria.

Nathan mengepalkan tangannya, matanya hampir meneteskan air mata.

“Aku tidak peduli siapa pun dia. Marvin, atau siapapun, Elara tetaplah Elara. Dia bukan sekedar ‘wanita cantik di sisi pria kaya’. Dia adalah istriku dulu, wanita yang kubiarkan pergi. Dan sekarang, aku akan melakukan apa saja untuk membawanya kembali.” ucap Nathan.

Maria sungguh lelah menghadapi tingkah putranya itu.

“Kau gila, Nathan. Itu bukan cinta, itu obsesi.” ucap Maria.

Nathan menatap Maria lurus, suaranya rendah namun penuh keyakinan.

“Mungkin, Mom. Tapi aku lebih memilih jadi gila daripada hidup tanpanya. Karena aku tahu, di hatiku, Elara satu-satunya.” balas Nathan.

Maria menutup wajah dengan kedua tangannya, sementara Nathan kembali menatap kosong ke depan, pikirannya hanya tertuju pada satu nama, Elara.

****

Di sisi lain.

Mobil hitam yang dikendarai Elara berhenti tepat di depan pagar tinggi berwarna hitam pekat.

Rumah itu besar, modern, dengan arsitektur tegas yang mencerminkan karakter pemiliknya, dingin, misterius. Elara menelan ludah, menatap map cokelat berisi berkas yang harus ia antarkan.

“Aku hanya mengantarkan berkas, tidak lebih.” gumam Elara.

Setelah melewati pemeriksaan sekuriti, ia masuk ke halaman rumah. Suasana begitu sepi. Elara berjalan menuju pintu utama, tapi sebelum sempat mengetuk, pintu itu terbuka sedikit. Dari dalam, seorang anak kecil berlari keluar.

Anak itu kira-kira berusia lima tahun, berambut hitam, kulit putih pucat, dan sorot matanya tajam, terlalu tajam untuk anak seusianya. Elara refleks tertegun, matanya membulat.

'Ya Tuhan, dia, mirip sekali dengan Tuan Marvin.' ucap Elara membatin.

Anak itu berhenti tepat di depan Elara, menatapnya tanpa ekspresi. Tidak ada senyuman polos seperti anak kecil biasanya. Hanya tatapan dingin yang entah kenapa membuat Elara merasa sedikit terintimidasi.

Elara berjongkok pelan, mencoba ramah.

“Halo, siapa namamu?” tanya Elara.

Anak itu diam. Hanya menatap Elara dari ujung kepala sampai kaki. Lalu, dengan suara kecil namun tegas, ia berkata.

“Kau bukan siapa-siapa, jangan bertanya apapun padaku.” balasnya.

Elara terkejut, tubuhnya menegang. Ia mengerjap, mencoba memahami kata-kata itu.

“Aku, sekretaris Tuan Marvin. Aku hanya mengantarkan berkas. Apa kau putranya?” tanya Elara masih bicara lembut.

Anak itu tidak menjawab. Ia hanya menoleh sedikit, seolah menimbang-nimbang sesuatu, lalu berjalan mengitari Elara. Gerakannya tenang, tapi sorot matanya tetap menusuk.

Elara berdiri kikuk, berusaha mengalihkan suasana.

“Apa kau tahu Daddy mu ada di dalam?” tanya Elara pelan.

Sebelum anak itu sempat menjawab, suara berat Marvin terdengar dari arah pintu.

“Lucas.” panggil Marvin.

Elara menoleh cepat. Marvin berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja hitam sederhana. Tatapannya dingin, tapi kali ini tidak diarahkan pada Elara, melainkan pada anak itu.

Lucas berdecak.

“Dad.” kesalnya.

Lucas berjalan kembali ke dalam rumah tanpa menoleh lagi pada Elara. Hanya meninggalkan kesan kuat di benaknya, anak kecil itu adalah miniatur Marvin, baik wajah maupun sorot matanya.

Elara menatap Marvin dengan bingung.

“Tuan Marvin, apakah itu putra Anda?” tanya Elara yang terlalu penasaran.

Marvin menatapnya beberapa detik tanpa ekspresi, lalu mengulurkan tangan untuk mengambil map dari Elara.

“Berkasnya?” ucap Marvin tanpa memberi balasan.

Elara buru-buru menyerahkan map itu, meski hatinya dipenuhi tanda tanya.

“Ya, ini berkas yang Anda minta. Maaf jika pertanyaan saya barusan terlalu lancang dan...”

Marvin memotong tanpa memberi kesempatan Elara menyelesaikan kalimat.

“Dia hanya seorang anak. Tidak ada yang perlu kau pikirkan.” balas Marvin.

Elara menggigit bibir, merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Namun, tatapan Marvin jelas menyiratkan bahwa topik itu bukan untuk diperdebatkan.

Elara menunduk.

“Baik, saya mengerti. Maaf kalau saya lancang bertanya Tuan.” ucap Elara.

Marvin menatapnya lama, lalu suara beratnya terdengar lebih pelan, tapi tetap saja menakutkan.

“Elara, ada banyak hal yang tidak kau ketahui tentangku. Jangan terlalu cepat mencoba mencari jawabannya.” ucap Marvin.

Elara terdiam. Ada dorongan dalam dirinya untuk bertanya lebih jauh, tapi instingnya menahan. Ia hanya mengangguk pelan.

“Baik, Tuan.” balas Elara.

Marvin berbalik, hendak masuk kembali ke dalam. Namun sebelum menutup pintu, ia sempat menatap Elara sekali lagi.

“Terima kasih sudah mengantarkan berkas. Pulanglah dengan hati-hati.” ucap Marvin.

Pintu tertutup perlahan, meninggalkan Elara sendirian, masih dengan detak jantung yang tak menentu. Elara menghela napas panjang, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja tertutup.

Elara bergumam, penuh tanda tanya.

“Siapa sebenarnya anak itu, dan apa hubungan Tuan Marvin dengannya?” gumam Elara pelan sekali.

Dengan langkah pelan, Elara berjalan meninggalkan rumah itu, tapi bayangan wajah dingin Lucas masih terpatri kuat dalam pikirannya.

Elara sudah pergi, pintu kembali terbuka dengan Lucas yang berdiri didepannya.

"Dia cantik, apakah dia Mommy ku?" tanya Lucas menatap Marvin.

Bersambung…

1
Rasmi Linda
kau bodoh dia naksir kau
Jumiah
jangan kawatir lara kmu akan mendapatkan yg lebih baik dri sebelum x..
Siti Hawa
aku mmpir thoor... dari awal aku baca, aku tertarik dengan ceritanya... semangat berkarya thoor👍💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!