NovelToon NovelToon
Sang Bunga Kekaisaran

Sang Bunga Kekaisaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Wanita
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Celestyola

Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.

Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Frederick Albrecht

...**✿❀♛❀✿**...

Tatapan itu menusuk, terasa sedingin es yang tak pernah mencair. Sejenak, waktu seakan berhenti bagi Seraphine. Tubuhnya kaku, meski ia berusaha tetap menjaga ekspresi anggun di hadapan ratusan mata yang tengah mengawasinya, nyatanya tangan gadis itu tetap gemetar. Bahkan hatinya terasa seolah direnggut dari tempatnya berdiri.

Putra Mahkota Wilhelm tidak mengalihkan pandangan, tatapannya penuh penilaian dan ... sesuatu yang Seraphine sendiri tak bisa artikan. Apakah itu sebuah rasa ingin tahu, kewaspadaan, ataukah kecurigaan?

Bisikan-bisikan segera menyusup di antara para bangsawan.

“Apakah Putra Mahkota memperhatikannya?”

“Tatapan itu ... bukanlah tatapan biasa.”

“Mungkinkah Putra Mahkota tertarik pada Lady itu?”

Seraphine tahu betul, dalam pesta debutante, perhatian yang berlebihan dari keluarga Kekaisaran bisa menjadi anugerah, juga sekaligus bencana.

Namun, ia tetap mempertahankan sikap tenangnya, ia menundukkan kepala sekali lagi ke arah singgasana, lalu melanjutkan langkahnya ke tempat duduk yang disediakan.

Saat ia duduk, seorang Lady muda dari keluarga bangsawan tinggi mendekat, bibirnya melengkung membentuk senyum manis yang tak tulus. “Lady Seraphine, Anda sungguh mengagumkan. Bahkan Putra Mahkota pun tampak tak bisa melepaskan pandangannya dari Anda,” ucapnya dengan nada menusuk.

Seraphine menanggapi dengan senyum sopan. “Anda terlalu berlebihan, Lady Claudia. Tentu saja, Putra Mahkota hanya menunjukkan ketertarikan atas sopan santun debutante, sebagaimana layaknya perhatian seorang pewaris tahta kepada rakyatnya.”

Jawabannya terdengar tenang, tapi Seraphine menyadari bahwa percikan api iri mulai tumbuh di balik tatapan beberapa Lady lain.

Suasana menjadi hening sejenak, lalu dentuman lembut musik dansa pertama mengalun. Para bangsawan menahan napas karena berdasarkan tradisinya, Putra Mahkota biasanya akan membuka dansa dengan seorang Lady pilihan Kaisar atau dirinya sendiri.

Beberapa dari mereka mulai menebak-nebak bahwa kemungkinan Putera Mahkota akan membuka dansa dengan mengajak Lady Claudia Kazien atau mungkin bisa saja Lady Seraphine yang baru melakukan debut itu sebagai pasangan dansa nya.

Namun yang terjadi justru berbeda.

Seorang pria dengan wajahnya yang datar dan selalu dijuluki sebagai Pangeran 'bayangan' datang menghampiri Seraphine. Rambut hitamnya tampak mengkilap ketika cahaya lampu menerpanya.

Ia melangkah mantap menuju tempat Seraphine duduk. Sementara smua mata mengikutinya, dan bisikan baru pun segera bermunculan.

“Apakah aku boleh mendapat kehormatan, Lady Seraphine?” Frederick mengulurkan tangan dengan sopan, Wajahnya datar bak tembok istana, tak ada sedikitpun aura hangat pada dirinya.

Suasana mendadak tegang. Wilhelm masih duduk di samping Kaisar, wajahnya tak memperlihatkan emosi, hanya tatapan dingin yang kian sulit dibaca. Kaisar pun tidak menghentikan langkah Frederick, seolah membiarkan panggung intrik ini terbuka.

Seraphine menatap tangan yang terulur itu. Di hadapannya, pilihan berbahaya terbentang. Kalau dirinya menolak berarti ia mempermalukan Pangeran Kedua. Namun, jika menerimanya berarti ia dengan suka rela mengukuhkan dirinya sendiri sebagai pusat gosip.

Meski begitu, dengan senyumnya yang anggun, ia meletakkan jemarinya di tangan Frederick. “Akan menjadi kehormatan bagi saya, Yang Mulia.”

Sorak kecil terdengar, dan bisikan semakin ramai. Saat mereka berdua melangkah ke lantai dansa, mata Seraphine sempat bertemu dengan tatapan Wilhelm sekali lagi. Tatapannya terasa Dingin, menilai, dan penuh akan kecurigaan.

Begitu tangan mereka bertaut, Pangeran Frederick menariknya ke tengah lantai dansa. Musik pun mengalun lebih berirama. Langkah pertama mereka terjalin mulus, seolah keduanya sudah berlatih lama sebelumnya. Gaun biru safir Seraphine berputar indah mengikuti gerakannya, sementara mata para tamu terpaku pada pasangan itu.

“Gerakanmu sangat tenang, Lady Seraphine,” bisik Frederick dengan nada datar, matanya tak lepas dari wajahnya. “Tak seperti gadis debutante lain yang biasanya gemetar ketakutan di hadapan keramaian.”

Seraphine tersenyum samar, matanya sekilas memantulkan sinar redup dari lampu gantung di atas mereka. “Mungkin karena Saya sudah lama belajar bagaimana menenangkan diri di tengah sorotan mata banyak orang, Yang Mulia.”

Frederick menaikkan satu alis, seakan merasakan ada makna tersembunyi di balik kata-kata gadis itu.

Ia mempererat genggamannya, memutar tubuh Seraphine dengan gesit. Seluruh aula serempak bergemuruh oleh tepuk tangan.

Namun, Frederick tidak melepaskan pandangannya dari Seraphine. “Kau menarik, Lady Seraphine. Terlalu menarik untuk seseorang yang baru debut malam ini.” Kini nada suaranya sedikit berubah, tak sedatar saat ia mengajak Seraphine berdansa tadi.

Seraphine menahan senyum. “Mungkin Yang Mulia hanya melebih-lebihkan. Saya hanyalah seseorang yang lebih seperti sebuah bunga kecil yang baru mulai mekar di taman Kekaisaran.”

Langkah mereka berhenti tepat di tengah aula, berakhir dengan Frederick menunduk sedikit, wajah mereka begitu dekat hingga hanya ia yang bisa mendengar bisikan Seraphine.

“Namun Yang Mulia, tak semua bunga mekar hanya untuk dipetik. Ada yang tumbuh untuk menusuk tangan yang mencoba memetiknya.” Bisik Seraphine sembari tersenyum manis.

Frederick terpaku sejenak, lalu tersenyum samar.

Berbeda dengan para bangsawan yang hanya melihat pemandangan indah dari pasangan-pasangan bangsawan lain yang ikut berdansa, Frederick merasakan sesuatu yang lain.

Ada ketajaman tersembunyi dalam kata-kata Seraphine, seakan gadis itu bukan sekadar bunga yang baru mekar, melainkan bunga berduri yang sengaja menunggu waktu untuk melukai.

“Menarik…,” gumam Frederick pelan, cukup untuk membuat Seraphine mendengarnya, sebelum ia melepas genggaman tangannya dengan anggun.

 “Aku jadi ingin tahu … setajam apa durimu, Lady Seraphine.”

Seraphine hanya membalas dengan senyumnya yang tenang, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya sesuai etiket. “Mungkin suatu hari Yang Mulia akan menemukan jawabannya.”

Beberapa bangsawan berbisik-bisik, kagum akan keberanian gadis itu yang mampu menjawab dinginnya sang pangeran kedua tanpa terlihat gentar. Namun di antara kerumunan, sepasang mata lain menatap tajam.

Lady Beatrice.

Bibirnya melengkung tipis, nyaris tak terlihat. Ia menggenggam kipasnya erat, menahan rasa tidak nyaman yang menyusup tanpa diundang. Ia tak suka bagaimana Seraphine berdiri di samping Pangeran Frederick, apalagi bagaimana tatapan dingin sang pangeran kini seolah menyimpan ketertarikan.

Sementara itu, Seraphine yang kembali ke tempatnya sempat menangkap tatapan Beatrice. Sekilas, mata mereka bertemu. Senyum Seraphine semakin manis. Namun dingin dan penuh arti.

Hening sesaat terjadi di antara keduanya, begitu singkat hingga orang lain tak akan pernah menyadarinya. Namun dari tatapan itu saja, sudah jelas bahwa benih permusuhan telah ditanam.

Lady Beatrice dengan tatapan tajamnya, Seraphine dengan senyum anggun yang tak goyah, sungguh sebuah duel diam-diam yang lebih menusuk dari belati yang disembunyikan di balik gaun sutra.

Dan sebelum Seraphine sempat kembali menunduk sopan untuk memutuskan kontak mata itu, sebuah suara keras memecah keheningan aula megah itu.

Dari sisi ruangan, seorang pelayan menjatuhkan nampan perak berisi gelas anggur. Dentuman logam beradu dengan lantai marmer, diikuti bunyi kaca pecah yang memantul di antara alunan musik, membuat semua kepala seketika menoleh.

Namun yang mengejutkan bukanlah insiden kecil itu, melainkan cairan yang tumpah ke permadani merah tua. Bukannya merah anggur, melainkan hitam pekat, pekat seperti tinta atau darah yang sudah lama mengering.

Seraphine menatap noda itu sesaat, matanya menyipit halus. Perlahan, ia kembali mengangkat wajahnya, senyum dingin masih terpasang, meski jantungnya berdegup lebih cepat.

Ia tahu malam debutante ini tidak lagi sekadar pesta perkenalan. Ini adalah awal dari segala macam tali yang mengikatnya satu-persatu hingga ia dapat dengan mudah dikendalikan bak sebuah boneka.

...**✿❀♛❀✿**...

...TBC...

1
Ita Xiaomi
Apakah Frederick jg mengalami hal yg sama hidup kembali setelah kematiannya?
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 4 replies
Ita Xiaomi
Jgn nak mengarang bebas Virrel😁.
Ita Xiaomi
Setuju.
Ita Xiaomi
Keren ceritanya. Mulai adu kecerdikan dan strategi. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 2 replies
celestyola
aciyeeee
kleponn
Kata² keramat ini
celestyola: Real haha
total 1 replies
kleponn
typo kah?
celestyola: iyaaa ih typoo rupanyaa, aku nggak sadar klo typo😭
total 1 replies
Ateya Fikri
seraphine ini hobi bgt di taman🗿
Ateya Fikri
tiba-tiba banget ngajak nikah sdh kaya ngakak makan bakso
Ateya Fikri
ada benih-benih cinta ni yeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!