NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:296
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Konflik baru dengan Riza

Murid-murid sibuk dengan kegiatan belajarnya di sekolah. Ada yang belajar di kelas, kegiatan di lapangan dan lainnya.

Tapi, itu tidak berlaku bagi Alden. Pemuda itu hanya duduk diam di kejauhan, dengan keranjang kue di tangannya.

Rasa iri tentu saja menyelimuti hatinya. Remaja seusianya yang masih menginjakkan kaki di bangku sekolah sangat berbeda jauh dengan Alden yang dipaksa dewasa oleh keadaan.

Tapi, bagaimanapun Alden tetap mensyukuri segala sesuatunya. Ia percaya bahwa takdir sudah diatur oleh sang maha kuasa.

"Lepasin Riza!"

Beberapa lama Alden menunggu Dania, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang dari depan gerbang sekolahnya. Murid-murid yang sudah berhamburan keluar membuat Alden tidak melihat jelas suara itu berasal dari siapa.

Alden langsung berlari menghampiri, suara gadis yang didengarnya terlihat sangat kesakitan. Entah apa yang dilakukan oleh pemuda yang disebut si gadis itu.

"Woi! Jangan kasar sama cewek!" ujar Alden ketika tiba di sana. Dan betapa marahnya ia, ternyata suara gadis yang ia dengar adalah suara dari pujaan hatinya.

"Alden," ujar Dania lirih dan berusaha melepaskan cengkraman tangan Riza. Tapi Riza tidak peduli dan ia justru mempererat pegangannya.

"Lo gak usah ikut campur!" ujar Riza meninggi.

"Lo ganggu Dania, urusan lo sama gue!" ujar Alden menatap Riza dengan tatapan tajam.

"Gue udah bilang sama lo, jauhin Dania!"

Alden menghembus nafas kasar, ia semakin marah melihat perlakuan Riza kepada Dania. Dania terlihat kesakitan ketika tangannya dicengkeram erat oleh Riza. Terlebih kata 'jauhi Dania' lagi-lagi diucapkan oleh pemuda itu.

Tanpa aba-aba, Alden menarik pemuda itu ke lapangan terbuka dan langsung melayangkan bogem mentah ke wajah Riza. Riza yang terkejut dengan tindakan Alden yang tiba-tiba langsung membalas.

Pertengkaran mereka dilihat oleh beberapa murid-murid dari sekolah itu. Tapi mereka berdua tidak perduli karena emosi yang menguasai diri masing-masing.

"Alden!" Dania yang melihat pertengkaran itu langsung berlari dan memeluk Alden dari belakang.

"Alden, Alden! Stop, jangan bertengkar lagi." Dania memeluk erat Alden dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya.

"Dia harus dikasih pelajaran, Dania! Aku gak suka liat dia kasar kayak gitu!" Alden mencoba menenangkan dirinya dengan nafas yang masih memburu.

"Dasar miskin! Lo bisa apa hah?!" ujar Riza yang hampir melayangkan tangannya lagi.

"RIZA STOP!" teriak Dania dan menghalangi Riza untuk melakukan aksinya lagi. "Mendingan kamu pergi Riza! Aku gak mau ngomong sama kamu!"

"Tapi aku cuma mau ngomong sama kamu, Dania." ujar Riza sedikit lembut tapi tidak mengurungkan niat Dania untuk mengusir pemuda berambut ikal itu.

"Aku udah bilang aku gak mau bicara sama kamu! Pergi!" pinta Dania dengan nada marah.

Riza menghela nafas kasar dan dengan sengaja ia menyenggol lengan Alden. "Urusan kita belum selesai!"

Riza pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Alden yang masih terlihat emosi. Tapi ia tidak pergi begitu saja sebelum mengeluarkan kalimat umpatan yang ditujukan untuk Alden.

Alden semakin kesal, tangannya yang terkepal menunjukkan betapa emosinya ia saat ini. Alden menghela nafas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya terlebih Dania ada bersamanya saat ini.

"Alden, maaf..." ujar Dania merasa bersalah. Bagaimana pun menurutnya, Alden bertengkar gara-gara dirinya. Dania memegang wajah Alden dan melihat bekas pukulan Riza. Beruntungnya Alden tidak kenapa-napa karena pertengkaran tadi.

"Maaf kenapa?" ujar Alden bingung.

"Ya, gara-gara aku kamu jadi berantem dengan Riza." ujar Dania dengan nada yang masih terdengar bersalah.

"Enggak boleh ngomong gitu. Yang penting kamu aman." ujar Alden sambil mengelus pucuk kepala Dania.

Dania yang awalnya merasa bersalah perlahan mulai luluh dengan tindakan kecil dari Alden. Mereka berdua duduk bersama di bawah pohon rindang.

"Kamu kenal Riza, Al?" tanya Dania tiba-tiba.

"Enggak kenal sih. Tapi dia yang nyerang aku tiba-tiba saat itu." jelas Alden kemudian membuat Dania terkejut.

Tebakan Dania saat itu berarti benar adanya. Orang yang menyerang Alden secara tiba-tiba adalah Riza, orang yang terobsesi ingin memiliki Dania.

"Jadi bener dia," ujar Dania lirih membuat Alden mengernyitkan dahinya.

"Dia Riza, cowok yang selalu berusaha ngedeketin aku. Aku gak suka sama dia, tapi dia maksa aku buat terima dia, Al." ujar Dania yang memahami kebingungan Alden.

Alden mengangguk singkat, ia mengira Riza hanya teman yang iseng saja ketika Dania bercerita dulu. Ternyata, nyebelin yang dimaksud Dania bukanlah sebuah keisengan, melainkan melibatkan perasaan.

Alden tidak suka melihat tindakan Riza yang terbilang kasar. Alden mengeraskan rahangnya, membuat tulang rahangnya bergerak mengikuti rasa amarahnya.

"Kalo dia ganggu kamu bilang sama aku." ujar Alden yang terdengar serius.

"Tapi Al-"

"Aku gak mau kamu kenapa-napa gara-gara dia, Dania." ujar Alden langsung memotong pembicaraan Dania.

Dania akhirnya mengangguk perlahan. Ia merasa bahwa Alden benar-benar ada untuknya. Dania seakan tidak bisa menolak perkataan Alden. Baginya, perkataan Alden bukanlah suatu kalimat melainkan perintah.

"Aku tau kamu khawatir. Tapi, aku gak mau kamu bertengkar lagi." ujar Dania memelas dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku gak akan memulai pertengkaran lagi. Tapi, aku akan lindungi kamu bagaimanapun caranya." Alden menatap Dania dalam dan membelai pipi Dania lembut.

Dania langsung terdiam. Jantungnya berdegup kencang seakan ingin melompat dari tempatnya. Perhatian Alden membuatnya benar-benar mematung untuk saat ini.

"Mau aku antar pulang?" ujar Alden lembut.

Dania melirik keranjang kue Alden dan melihat masih banyak kue di dalamnya. Dania merasa tidak enak sekalipun Alden adalah pacarnya.

"Aku bisa pulang sendiri, Al. Lagipula kamu masih jualan, aku gak enak." ujar Dania membuat Alden langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku gak bisa biarin kamu pulang sendirian, Dania. Aku gak mau Riza bikin kamu gak nyaman lagi." Alden menekan Dania agar menerima tawarannya untuk diantar pulang.

Dania merasa ragu-ragu, tapi akhirnya ia mengangguk dan membiarkan Alden mengantarkannya.

"Terima kasih, Al." ujarnya dengan senyuman ceria khas nya.

"Gitu dong senyum! Kan adem liatnya. Ya udah ayo aku antar pulang." ujar Alden dengan seutas senyum yang diangguki oleh Dania.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan tangan saling bergandengan. Sebagian teman-teman sekolah Dania melihatnya dengan tatapan aneh, entah apa yang mereka pikirkan.

Tapi Dania tidak peduli, baginya bersama dengan Alden bisa membuatnya nyaman dan merasa aman.

Alden dan Dania tidak menyadari bahwa di kejauhan, ada seorang gadis yang sedang memperhatikan mereka dari jauh.

Tatapannya tertuju pada Alden dan Dania dengan mata yang berkaca-kaca, seolah air matanya siap jatuh kapan saja.

"Aku rela kok kamu sama dia. Tapi, kok rasanya sakit ya?" batinnya sambil meremas rok sekolahnya.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!