"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Nanti jam 10 orang butik sama WO mau kerumah Kamu. Bilang Bapak sama Ibu, Tama juga. Biar sekalian diukur. Mas gak bisa menemani, ada keperluan yang gak bisa ditinggal. Kalau ada apa-apa kabari aja ya Sayang.
"Ish! Enteng banget tuh mulut manggil Sayang!"
Tika melempar ponselnya ke kasur. Meski semburat rona merah jelas nampak di kedua pipinya, tapi Tika masih saja menyangkal benih-benih cinta yang mulai bersemi dihati. Cie ileh! Tika! Tika! Ngaku!
"Bu, Pak, nanti orang WO sama Butik mau kesini. Tapi Karim gak ikutan, soalnya ada perlu."
"Aww! Sakit Bu!" Tika mengusap lengannya. Habis dicubit Bu Kartini yang sudah pasang mode melotot setelah mencubit anak perempuannya.
"Kamu biasakan manggil Suami yang sopan Tika! Pernah denger Ibu manggil Bapakmu Kartono aja?"
"Itu barusan! Aw! Iya enggak!" Kartika mengusap lengannya yang kembali menjadi sasaran cubitan maut Bu Kartini, Istri Pak Kartono, yang bukan Harum namanya.
"Tika, bener yang Ibumu bilang. Panggil yang sopan ke Karim. Mas manggil Suami namanya aja."
"Iya Bapak."
Kartika memilih mengalah.
"Enak bener si Duda! Baru jadi Mantu udah dibelain Bapak sama Ibu!"
"Tama! Mau kemana Kamu! Hari ini bukannya libur? Ibu tahu ya sekolah Kamu libur sampe Rabu. Awas keluyuran!"
"Ye Ibu! Buruk sangka terus sama anak sendiri. Tama itu tadi dimintain tolong sama Mas Karim. Katanya suruh ngecek Lapangan Futsal. Ada rumput baru datang, nah Tama diminta ngawasin yang kerja."
"Tumben semangat! Pasti ada apa-apanya nih!" Bu Kartini memicing curiga karena memang paham betul watak anak bungsunya.
"Tama ikhlas kok bantuin Mas Karim, tapi rezeki kan gak boleh ditolak Bu. Ya dikasih, Tama ambil!"
"Astaga! Tama! Mbak gak pernah ngajarin Kamu minta-minta ya!" Tika melotot, bukannya membuat Tama takut malah memotret dan entah kemana Ia mengirim pose Tika sedang mode jadi Mak Lampir.
"Beres!"
"Ish! Mbak lagi ngomel ya! Malah Kamu foto! Terus kirim kesiapa?"
"Tama kirim ke Mas Karim. Biar Mas Karim lihat kalo Mbak lagi mode jadi Mak Lampir!"
Terjadilah aksi kejar-kejaran Tama dan Tika, tentu saja membuat Bu Kartini tak perlu lama mengambil spatula untuk melerai pertikaian kedua Kakak Beradik itu.
"Aw!"
"Bu sakit!"
"Terus aja ribut! Gak yang tua! Gak Adeknya! Kalian udah gede! Yang satu juga udah punya Suami! Gak ada yang ngalah! Sini! Jangan Kabur!"
"Pak tolongin Kita dong!"
"Oh! Kalo itu Bapak gak mau ikut kena sasaran! Kalian rasain aja sendiri!"
Lebih baik Pak Kartono membiarkan Ibu dan Anak sedang mendrama, Pak Kartono mending menuju rumah Pak RW, membicarakan soal acara pernikahan Tika dan ingin meminta tolong sebagai penerima tamu.
***
"Ini koleksi terbaru set perhiasan yang Bapak minta, silahkan dilihat dulu."
Karim memeriksa. Pesanan Karim untuk mahar untuk Tika, rupanya membuat Karim puas.
"Saya suka. Tolong dikemas sebaik mungkin, Saya mau memberikan ini sebagai mahar untuk Calon Istri Saya."
"Baik Pak. Kami akan siapkan, dan nanti akan Kami kirim ke alamat yang sudah Bapak berikan."
"Terima kasih."
Selesai dari Toko Perhiasan, Karim membawa langkahnya menuju showroom mobil, saat hendak masuk kedarangan Karim sudah disapa ramah oleh SPG disana.
Karim berbincang, mempertimbangkan mobil yang akan Ia beli.
"Kalau untuk Perempuan, seperti yang Bapak ceritakan, sepertinya mobil ini sesuai. Seperti yang Bapak bilang tadi, harganya standar, tidak mewah seperti keinginan yang Bapak utarakan."
"Ya sudah itu saja. Tolong dikirim ke alamat yang Saya sudah berikan ya."
"Baik Pak. Kami akan siapkan dan pastikan semuanya siap kirim."
Karim sengaja memberikan Tika mobil.
"Semoga aja Tika suka." Karim tersenyum setelah menyelesaikan pembayaran.
Karim mengingat-ingat apalagi yang harus Ia beli untuk seserahan Tika.
Mata Karim dibuat melotot namun tersenyum geli, saat pas sekali antara pikirannya dengan Toko yang Ia lihat dihadapannya.
"Kalau Aku beli ini, pasti Tika marah-marah plus ngatain Aku cabul!" Karim tersenyum, menggeleng, membayangkan ocehan dan amukan kemarahan Tika sambil mengatainya cabul dan mesum.
Terbayang Tika membuat Karim teringat Istri sirinya yang sebentar lagu akan dinikahi SAH secara negara juga.
"Karim!"
Asik membayangkan wajah Tika, Karim dikejutkan suara perempuan memanggil namanya.
Karim hapal betul siapa yang memanggilnya dan kini Perempuan yang tak ingin Ia lihat dihadapan wajahnya berdiri tepat dihadapan Karim sambil memegang lengan Karim.
"Lepas!" Karim segera menghempas tangan Karina dari lengannya drngan kasar.
"Kenapa kasar banget Rim! Aku sudah minta maaf. Kamu lagi apa disini?"
Karina menatap heran, Karim berdiri di depan sebuah Store Lingerie dan Karina seketika tersenyum menggoda, "Kamu mau beli buat Aku ya? Kamu pasti rindu kan masa-masa panas Kita?"
Bukannya membalas godaan Karina, Karim tersenyum smirk, "Buat Perempuan murahan seperti Kamu, jangankan mengingat, bertemu seperti ini saja sudah membuatku jijik! Minggir! Jangan ganggu Saya!"
Karina. Mantan Istri Karim, terpaku mendengar kata-kata Karim yang sangat menyakiti hatinya.
"Rim! Tunggu! Aku khilaf, A,"
"Stop! Saya bilang stop! Jangan buat malu! Pak maaf, tolong bawa Perempuan ini dia tidak waras sejak tadi mengikuti Saya, Saya risih!"
Karim memanggil security Mall, meminta agar Karina dibawa karena sudah mengganggu kenyaman Karim.
"Saya mantan istrinya!"
"Maaf Pak silahkan dibawa saja. Dia sudah gila! Istri Saya sudah menunggu dirumah."
"Karim!"
"Sayang, Mas segera pulang ya! Nanti ketemu dirumah!"
Karim menjelaskan kepada security bahwa Ia tak bisa menemani Karina digiring ke kantor keamanan Mall, karena sudah ditunggu Sang Istri dan security itu percaya.
"Sialan! Lepas!"
***
"Aneh banget nih orang!" Tika memutuskan panggilan Karim.
"Tik! Itu Mbaknya mau pamit pulang." Bu Kartini memberi tahu Tika kalau orang WO san Butik mau izin pamit.
"Enak ya Mbak jadi Istri Mas Karim! Mbak kayak Nyonya besar aja!"
Tika menjewer telinga Tama, "Jangan ngawur kalo ngomong!"
"Yang dibilang Adekmu bener Tik, Karim itu perhatian sekali ya. Awalnya Ibu sempat cemas sama nasib pernikahan Kalian tapi lihat upaya Karim memantaskan Kamu, bahkan repot mengurus semua keperluan pernikahan Kakian Ibu takin, Karim Suami yang bertanggung jawab."
"Belain aja terus! Anak Ibu udah ganti kayaknya! Bukan Tika lagi!"
"Kamu ini! Heran! Bukannya banyak bersyukur! Nanti Gusti Allah ambil mau!"
"Astagfirullah Bu, sabar. Nyebut. Dah, sana, Kalian ini semua kalo ngumpul ribut, kalo gak ada salah satu nyariin."
"Dih! Siapa yang nyariin?"
"Nah tuh! Kompak kan Kalian bertiga!"
"Bapak kali tang begitu!"
"Dasar, gak Ibunya gak anaknya, sama aja! Gengsinya gede!"
"Pak!"
"Bapak!"
"Dalem!"