Aira tak menyangka jika pernikahan harmonis yang ia bina kini hancur lebur, karna orang ketiga.
Dunianya hancur, hingga sebuah kecelakaan menimpanya dan membuat ia koma. setelah sadar, ia dihadapkan dengan seorang pria yang tiba-tiba saja menjadikannya seorang budak. hingga dimana Aira dijadikan bak seorang tawanan oleh pria misterius itu.
sementara disisi lain, Rayyan berusaha menjalani dendam yang diamanatkan padanya dari sang ayah. dendam yang begitu membuatnya berapai-api pada Aira.
akankah Rayyan berhasil menuntaskan dendamnya? atau malah rasa cinta timbul dihatinya untuk Aira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Namun, ide cemerlang tiba-tiba terlintas di benaknya. Ia segera turun dari kursi dan berlari menuju lemari pakaian. Ia membuka lemari itu dan melihat beberapa seprai yang terlipat rapi di sana.
Aira mengambil seprai-seprai itu dan mulai mengikatnya satu sama lain. Ia mengukur panjang tali seprai itu, namun ia menyadari bahwa panjangnya masih sangat kurang untuk mencapai tanah.
Aira tidak menyerah. Ia membuka lemari lain dan melihat beberapa seprai lagi yang terlipat di sana. Ia menyambungkan seprai-seprai itu hingga mencapai ukuran panjang yang ia inginkan.
Aira tersenyum menang, merasa sedikit lega karena rencananya berjalan dengan lancar. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, suara ketukan pintu yang keras membuatnya seketika panik dan terkejut. Jantungnya berdegup kencang, dan napasnya tercekat di tenggorokan.
"Nyonya, apa Anda sudah siap?" tanya salah satu pelayan di balik pintu, dengan suara yang sopan namun mendesak.
Aira membeku di tempatnya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak mungkin membuka pintu dan membiarkan para pelayan melihat rencananya. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan ketukan pintu itu, karena itu akan membuat mereka curiga.
Dengan cepat, Aira menyembunyikan tali seprai yang telah ia buat di balik tirai kamar mandi. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan mengendalikan emosinya.
"Tunggu sebentar!" seru Aira, dengan suara yang berusaha terdengar tenang dan alami. "Aku sedang bersiap-siap."
Aira menunggu beberapa saat, berharap para pelayan akan pergi dan meninggalkannya sendirian. Namun, ketukan pintu itu kembali terdengar, semakin keras dan mendesak.
"Nyonya, Tuan Rayyan sudah menunggu Anda," ucap pelayan itu, dengan nada yang semakin mendesak. "Beliau tidak suka menunggu."
Aira merasa semakin tertekan dan panik. Ia tahu, ia tidak bisa menunda lebih lama lagi. Ia harus segera membuat keputusan.
Dengan cepat, Aira membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan wajah yang berusaha terlihat tenang dan santai. Ia melihat dua orang pelayan wanita berdiri di depan pintu, menatapnya dengan tatapan penuh perhatian.
"Ada apa?" tanya Aira, dengan nada yang berusaha terdengar tidak tertarik. "Mengapa kalian mengetuk pintu begitu keras?"
"Maaf, Nyonya," jawab salah satu pelayan, dengan nada menyesal. "Tuan Rayyan sudah menunggu Anda di ruang makan. Beliau meminta Anda untuk segera menemuinya."
Aira menghela napas panjang, merasa putus asa dan tidak berdaya. Ia tahu, ia tidak bisa menolak permintaan Rayyan. Jika ia melakukannya, pria itu pasti akan marah dan menghukumnya.
"Baiklah," ucap Aira, dengan nada pasrah. "Aku akan segera ke sana. Kalian bisa pergi sekarang."
Para pelayan itu mengangguk hormat dan berbalik pergi, meninggalkan Aira sendirian di kamar. Aira menatap pintu yang tertutup dengan tatapan kosong. Ia merasa seperti sedang terperangkap dalam labirin yang tidak memiliki jalan keluar.
Namun, Aira tidak menyerah. Ia tahu, ia harus tetap berusaha untuk melarikan diri dari tempat ini. Ia tidak bisa membiarkan Rayyan mengendalikan hidupnya.
Dengan cepat, Aira kembali ke kamar mandi dan mengambil tali seprai yang telah ia buat. Ia mengikatkan salah satu ujung tali itu ke kaki meja yang kokoh, memastikan ikatan itu kuat dan aman.
Setelah memastikan tali itu terikat dengan kuat, Aira membuka jendela kamar mandi dan melihat ke bawah. Ia merasa ngeri melihat ketinggian yang ada di hadapannya. Namun, ia tahu, ini adalah satu-satunya cara untuk melarikan diri.
Dengan hati-hati, Aira memanjat keluar jendela dan mulai menuruni tali seprai itu. Ia melakukannya dengan perlahan dan hati-hati, memastikan setiap langkahnya aman dan tidak membahayakan dirinya.
Saat Aira sedang memanjat tali itu, ia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Jantungnya berdegup kencang, dan napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tahu, seseorang sedang menuju ke kamarnya.
Aira mempercepat gerakannya, berusaha untuk segera mencapai tanah. Namun, ia menyadari bahwa tali seprai itu terlalu pendek, dan ia masih berada di ketinggian yang cukup tinggi.
Aira merasa putus asa dan tidak berdaya. Ia tahu, ia tidak bisa melanjutkan rencananya. Ia harus segera mencari cara lain untuk melarikan diri.
Namun, sebelum Aira sempat melakukan apa pun, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, dan Rayyan berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan marah dan kecewa.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Rayyan, dengan suara yang dingin dan mengancam. "Kau pikir kau bisa lari dariku?"
Aira membeku di tempatnya, tidak tahu apa yang harus ia katakan atau lakukan. Ia merasa seperti sedang tertangkap basah melakukan kejahatan...
Bersambung...
Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya..
guys baca juga ini seru buanget loh... apalagi mantan suami Aira, nanti sadar dan ngejer ngejer lagi tu mantan bini... hoho