NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:24.5k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlakuan Manis

Jantung Rena berdebar kencang, merasa terhimpit dalam situasi yang mendebarkan. Ia segera menarik tubuhnya menjauh. “Loe sih, narik-narik,” keluhnya pada Agatha, bibirnya mengerucut sebal.

Agatha, tanpa menghiraukan keluhan Rena, menarik tangannya hingga Rena berada di belakangnya, melindunginya dari keramaian. Agatha mengeluarkan dompet dari saku celananya, berniat membayar dua boneka beruang yang tadi mereka pilih.

Agatha menyerahkan boneka di tangan Rena pada kasir untuk di scanning.

“Tiga ratus lima puluh ribu, Kak,” ucap kasir dengan ramah.

Agatha menelan ludah. Ketika membuka dompetnya, ia hanya menemukan tiga lembar uang berwarna merah. Itu pun uang jajan satu bulan yang diberikan ayahnya. Ia menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah.

“Em…” Agatha menoleh ke arah Rena, matanya memohon pengertian. “Ren, bayar sendiri-sendiri dulu, deh.”

Rena mengernyit, menatap Agatha dengan tatapan menyelidik. Lalu, ia menarik tangan Agatha untuk mundur dari kasir. “Udah, aku aja yang bayar,” putusnya. Rena mengeluarkan dompetnya dan membayar kedua boneka yang dibeli Agatha sekalian.

Setelah pembayaran selesai, dua boneka beruang itu dimasukkan ke dalam totebag masing-masing. Rena memberikan boneka berwarna coklat pada Agatha. “Nih,” ucapnya, menyodorkan boneka itu.

Agatha meraihnya dengan senyum tulus. “Makasih, Ren. Aku bayar berapa nih?” tanya Agatha, mengeluarkan dua lembar uang kertas merah dari dompetnya.

Rena mendorong uang itu kembali ke arah Agatha, menolak halus. “Udah, anggap aja traktiran dari aku,” jawab Rena, matanya berbinar menggoda.

Keduanya berjalan keluar dari toko bersama, bahu mereka sesekali bersentuhan.

“Loe udah pacaran sama Larast?” tanya Rena, rasa penasaran terpancar jelas dari matanya.

Agatha menggelengkan kepala dengan cepat, pipinya merona merah. “Nggak, cuma dia lagi sakit. Jadi mau kasih hadiah aja,” jawabnya gugup.

“Oh, gitu. Terus kemarin nggak berangkat sekolah kenapa?” Rena menatap wajah Agatha lebih dekat, jarinya menyentuh bekas luka yang mulai mengering di pipi Agatha. Luka itu didapat Agatha saat berkelahi dengan beberapa orang di bar, demi menyelamatkan Larast. “Ini, kenapa?”

“A-aduh. Masih sakit,” Agatha meringis kesakitan, matanya memelas saat Rena menekan pipinya.

“Cuma berantem dikit, biasalah cowok,” ujar Agatha, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

“Yaelah, berantem mulu kerjaan mu, Ries,” Rena menyenggol bahu kanan Agatha, bibirnya tersenyum menggoda.

“Kalau kamu nggak pacaran sama Larast, kenapa perhatian banget sih, Ries? Aku sampai cemburu lho,” terang Rena, matanya menatap Agatha dengan intens.

“Hah? Ngapain cemburu? Kita juga nggak ada hubungan apa-apa,” jawab Agatha, bingung.

Rena berhenti berjalan, menatap Agatha dengan ekspresi serius. “Ah, karena itu aku ingin kita ada hubungan. Kita pacaran aja, yuk!” Rena meminta hal yang berat dengan ekspresi tenang, seolah itu adalah hal yang biasa.

Mendengar kalimat itu meluncur dengan mudah dari bibir Rena, Agatha segera berpikir untuk melarikan diri. Jantungnya berdegup kencang, panik.

“Em… udah dulu ya Ren. Aku buru-buru,” ucap Agatha, lalu berlari menuju lift yang hampir tertutup, meninggalkan Rena yang terpaku di tempatnya.

“Aries!” teriak Rena, suaranya menggema di tengah keramaian plaza.

Agatha bisa melihat wajah kesal Rena sebelum pintu lift tertutup rapat, membuatnya menghela nafas lega.

Hah…

Agatha bernapas lega setelah berhasil keluar dari obrolan yang rumit untuk dijawab. Mungkin jika di kehidupan sebelumnya, saat Rena meminta hubungan yang lebih dari teman, jawaban ‘iya’ akan meluncur dengan cepat tanpa ragu. Tetapi tidak saat ini. Ia tidak bisa.

Setelah keluar dari plaza, Agatha segera menuju halte bus, menunggu bus yang akan membawanya ke rumah sakit tempat Larast dirawat. Ia menggenggam erat boneka beruang coklat di tangannya, berharap bisa memberikan semangat pada Larast.

Tiba di rumah sakit, Agatha dengan boneka beruangnya masuk ke dalam ruang rawat inap Larast.

“Astaga, ini anak,” Ibunya segera bangun dari kursi ketika melihat Agatha datang dengan barang aneh yang dibawanya. Matanya memicing curiga.

“Surprise! Lucu kan, kaya aku?” ujar Agatha, menyembunyikan wajahnya di balik boneka beruang. Ia tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana.

Larast menahan senyumnya, pipinya merona merah. Ia menarik selimut untuk menutupi sebagian wajahnya, malu.

“Bisa-bisanya ini anak bawa kaya gini di rumah sakit!” gerutu Ibunya, menggelengkan kepala tak percaya.

Bug! Bug! Bug! Ibunya memukul punggung Agatha dengan keras, membuat Agatha terhuyung ke depan.

“A-aduh, Bu. Sakit,” keluh Agatha, melompat dan menghindar dari serangan ibunya.

“Kamu ini, bisa-bisanya bawa kaya gini!” gerutu Ibunya lagi, bibirnya mengerucut kesal.

“Ini buat Larast, bukan buat Ibu. Kenapa ibu yang marah?” celetuk Agatha, matanya melirik Larast yang masih bersembunyi di balik selimut.

Bug! Bug! Bug! Pukulan mendarat lagi, kali ini di bahu kanan Agatha. Agatha segera menjadikan boneka beruang itu sebagai tameng, melindungi dirinya dari serangan ibunya.

“Rast, jangan sembunyi, bantu aku dong. Bilang kalau kamu suka bonekanya, biar ibuku berhenti ngomel,” keluh Agatha, berlari ke arah Larast.

Perlahan, Larast membuka selimutnya, kemudian meraih boneka beruang itu dengan senyum malu-malu. “Makasih, aku suka,” ucap Larast lirih, rona merah semakin terlihat jelas di kedua pipinya. Jari-jarinya tanpa sengaja menyentuh tangan Agatha, membuatnya semakin gugup.

“Nih, dia aja suka. Ibu kenapa marah? Ibu cemburu karena aku belinya cuma satu?” Agatha terkekeh, berusaha mencairkan suasana yang tegang.

Ibunya Larast menepuk jidat, menggelengkan kepala tak percaya. “Kapan anak ini berpikir dewasa?”

Agatha mendekat dan memijat kedua bahu ibunya untuk mengalihkan amarahnya. “Ibu capek, kan? Udah pulang, aku yang jagain Larast,” ucap Agatha lembut, matanya menatap Ibunya dengan penuh perhatian.

“Jangan!” potong Larast dengan cepat, suaranya sedikit meninggi. “Em, nggak usah Ries. Kamu dan ibu kamu pulang aja. Aku udah baikan, besok juga udah bisa pulang,” imbuh Larast, berusaha meyakinkan.

“Kenapa sih? Aku nggak tega kamu sendirian,” kata Agatha, menatap Larast dengan tatapan khawatir.

“Ibu yang lebih nggak tega liat kamu ada disini, bukannya Larast tambah sehat malah tambah pusing,” sahut Ibunya, menyindir Agatha.

Agatha kembali mendekat dan melihat wajah Larast. Sebagai seorang dokter di masa depan, ia tahu betul apa yang harus diperhatikan. Ia menatap mata Larast dalam-dalam, mencari tanda-tanda yang mungkin terlewatkan.

"Rast, boleh aku lihat matamu?" pinta Agatha lembut, suaranya berbisik.

Larast mengerutkan kening, bingung, tapi tetap menuruti. Dengan hati-hati, Agatha menarik sedikit kelopak mata bawah Larast, memeriksa konjungtivanya.

"Konjungtiva kamu merah muda segar, bagus. Tidak ada tanda-tanda anemia yang terlihat," gumam Agatha, lega. Warna merah muda yang sehat itu menandakan suplai darah yang baik dan kadar hemoglobin yang cukup.

Kemudian, Agatha menyentuh bibir Larast dengan ujung jarinya. "Bibir kamu juga warnanya bagus, merah alami. Tidak ada sianosis," lanjut Agatha, menahan diri untuk tidak terlalu lama menyentuh bibir itu.

"Syukurlah, setidaknya untuk saat ini tidak ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan," ucap Agatha, menghela nafas lega.

Set!

Ibunya mencubit telinga kiri Agatha, membuat sang pemuda meringis kesakitan. “Jangan pura-pura jadi dokter buat nyentuh anak gadis orang!”

“A-aduh Bu, aku beneran lagi ngecek Larast,” keluh Agatha, sambil meringis kesakitan.

“Kamu pikir Ibu percaya? Udah deh, Ibu jadi makin nggak percaya kalau kamu di sini lama-lama, pulang!” gertak Ibunya kesal, matanya melotot memperingatkan.

Larast yang melihat tingkah ibu dan anak yang saling berdebat di depannya menahan senyumnya. Ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata, berusaha menahan tawa yang hampir lepas.

“Astaga, ibu sama anak sendiri masa iya nggak percaya. Aku udah nganggep Larast itu… itu…” kalimat itu menggantung, Agatha berpikir sejenak, mencari alasan yang tepat. “…kaya adik aku, gitu…” jelas Agatha, dengan nada meyakinkan.

“Adik? Tambah nggak percaya lagi Ibu, ih ini anak...” Ibunya mencubit lengannya kali ini, membuat Agatha mengaduh.

“Rast, lihat Ibu aku galak kan? Kita tukeran yuk!” ucap Agatha menggoda ibunya, berusaha mencairkan suasana.

“Tahu gitu waktu kamu bayi, Ibu tukar kamu di rumah sakit. Habis, gedenya nyebelin kaya gini,” gerutu ibunya, bibirnya mengerucut kesal.

“Astaga, ibu kejam sekali.” Agatha memeluk ibunya dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu sang ibu. “Aku tuh sayang ibu, ntar kalau anak tampanmu ini hidup sebagai anak konglomerat setelah ibu tukar, ibu nggak nyesel?” Agatha masih menggoda ibunya, lalu memberikan kecupan singkat di pipi kiri ibunya.

Larast mengamati sikap manis idolanya itu, merasakan jantungnya berdegup semakin kencang tak terkendali. Pipinya merona merah. Ia menarik selimut, berbalik memunggungi mereka untuk menyembunyikan debarannya. "Ya Tuhan, jantungku kenapa ini?" bisiknya dalam hati.

Bersambung..

1
Dewi Ink
aku yakin pasti ketemu. polisi gitu loh😎
Dewi Ink
jahat bgt kamu jadi orang
Dewi Ink
emang dasar bocah 😂 jewer aja bu
Oksy_K
aku kira larast ini tipe yg kalem, wow di luar ekspektasi. bagus bgt thor😂🤭
Oksy_K
jgn terlena dulu agatha, pembalasanmu belum berakhir
Oksy_K
hajar terus jgn kasih kesempatan😂
Oksy_K
wkwk hajar sampe babak belur, dan putus hubungan juga. jgn mau punya temen yg nusuk dari belakang kek reza
Nuri_cha
hmm... gombal. bentar lagi larast bakal jd adik kamu. jd terbangnya jgn tinggi2 ya ries
Nuri_cha
hahaha... bisa jadi, ries
Nuri_cha
agtha nih, tangannya gak mau diem bgt ya
Nuri_cha
harus dipanggil bapaknya dulu, Agatha baru mau nurut
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
ngak benjol kan kepalamu agatha? 🥴🤣
Xlyzy
ah bos uang mu boleh banyak sekarang tapi liat aja nanti pas kau mati ga ada gunanya tu uang
sunflow
semangat ries..
sunflow
waduh .... jalan buntu. pinjem pintu doraemon ris
rokhatii
kasian ternyata reza😭
rokhatii
ayo baikan😄😄
Dasyah🤍
wkwk Dia punya kekuatan super makanya lari dia laju 🤣
Dasyah🤍
wkwkwk jangan gitu dong saking Pengen nya kamu mengulang kembali Waktu sampai kejedot kan ( nada bercanda)😭🤣
TokoFebri
sepertinya tidak pak Haris.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!