NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Malam Pertunjukan

Malam itu aula besar kampus penuh sesak. Lampu-lampu berkilau, musik mengalun dari berbagai penjuru, mahasiswa baru berdesakan memenuhi kursi, sementara panitia berlari ke sana kemari memastikan segalanya berjalan lancar.

Aku duduk di bangku penonton, bersama beberapa dosen dan keluarga mahasiswa. Dari kejauhan, aku bisa melihat Bella yang sibuk di panggung, headset menempel di telinganya, clipboard tak pernah lepas dari tangan. Ia tampak begitu hidup, seolah dialah pemilik acara ini.

Tapi mataku hanya mencari satu orang.

Nando.

---

Band mulai bersiap di atas panggung. Sorot lampu meredup, lalu naik perlahan menyinari mereka. Tepuk tangan penonton menggema.

Rafa menggenggam gitar, Ale memutar stik dram, Kenzi duduk anggun di depan piano, Egi dengan bas di tangan, dan akhirnya Nando maju ke mikrofon.

Detik itu, waktu seakan berhenti.

Dia berdiri tegak, menatap ke arah penonton dengan sorot mata yang penuh percaya diri. Bukan Nando yang kikuk, bukan pula Nando yang pelupa—di panggung, dia adalah sosok lain.

Seorang bintang.

Musik pertama mengalun. Nando membuka suara.

Dan seluruh aula hening, terpesona.

Aku menahan napas. Suaranya persis seperti dulu—hangat, dalam, menyentuh hingga ke tulang sumsumku. Aku hampir lupa aku sedang duduk di antara ratusan orang. Rasanya suara itu hanya untukku, seolah ia sedang bernyanyi langsung ke dalam hatiku.

Tiba-tiba aku teringat malam-malam di mana ia dulu bernyanyi untukku, di taman kecil dekat rumahku, hanya ditemani gitar butut. Ingatan itu menusuk seperti pisau—karena saat ini, dia tidak ingat siapa aku.

Di sisi panggung, aku melihat Bella berdiri dengan senyum bangga. Dia ikut bertepuk tangan, matanya tak lepas dari Nando. Senyum itu lagi—hangat, tulus, seperti milik seseorang yang begitu mencintai.

Aku meremas rokku erat-erat. Tidak, Bella. Itu bukan hakmu. Itu milikku.

Lagu berganti. Kini iramanya lebih riang, penuh energi. Penonton ikut bersorak, beberapa berdiri sambil bertepuk tangan mengikuti irama. Nando tampak semakin bersinar.

Namun, aku memperhatikan sesuatu yang orang lain mungkin tidak. Sesekali, wajahnya berubah—garis halus muncul di dahinya, seolah ada memori samar yang ingin keluar. Dia memejamkan mata terlalu lama, seperti menahan sakit kepala.

Aku tahu persis itu artinya apa. Ingatan itu… mulai kembali.

Hatiku bergetar hebat. Ya Tuhan, mungkin malam ini… mungkin dia akan ingat aku.

---

Lagu terakhir usai, dan tepuk tangan membahana. Semua berdiri, memberikan standing ovation. Nando dan band-nya membungkuk, wajah mereka berseri-seri.

Bella naik ke panggung, menyerahkan buket bunga pada Nando. Penonton bersorak lebih keras lagi.

“Aku bangga banget sama kamu,” katanya, cukup keras hingga aku bisa mendengarnya dari tempatku.

Dadaku terasa diremas. Air mataku hampir jatuh, tapi aku tahan. Aku tersenyum kaku, berpura-pura bahagia, padahal di dalam aku hampir runtuh.

---

Setelah acara usai, mahasiswa dan penonton bubar. Aku sengaja menunggu di luar aula. Udara malam terasa dingin, tapi tubuhku panas oleh emosi yang bergejolak.

Akhirnya, Nando keluar bersama teman band-nya. Tawa mereka riang, bahu saling merangkul. Bella masih ada di sampingnya, wajahnya bersinar puas.

Aku berdiri menunggu, menatap lurus ke arahnya.

Saat matanya bertemu denganku, langkahnya terhenti.

Entah hanya perasaanku, tapi ada sesuatu di matanya—keraguan, kebingungan, sekaligus rasa ingin tahu.

Seakan ia pernah melihatku… bukan sebagai “kakak ipar”, tapi sebagai seseorang yang lebih dari itu.

Aku tersenyum lembut, menahan gejolak dalam dada.

“Nando… aku ingin bicara sebentar. Berdua saja.”

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!