NovelToon NovelToon
Misteri Desa Lagan

Misteri Desa Lagan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tumbal
Popularitas:534
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Agung Pingsan.

Usai makan siang, Bang Irul menyampaikan informasi bahwa, untuk bekerja hari ini sampai di sini saja, karena anak dari Sita yang meninggal tadi subuh sudah sampai di bandara. Lebih kurang, dua jam lagi akan sampai, makanya semua pekerja dipulangkan agar bisa melayat dan membantu proses pemakaman.

Putra dan putri Sita menangis, beberapa sanak keluarga dan tetangga memeluk mereka.

Saddam dan ketiga temannya duduk bersama warga pria yang ada di tenda, sementara Nek Raisyah sudah di sini sejak beliau mendengar berita duka.

Mayat di bawa dengan keranda ke masjid, di iringi banyak orang, lalu di salati dan di bawa ke pemakaman umum.

"Pusara di sini banyak yang retak-retak, ya bang?" Agung berkata pelan pada Bang Irul.

"Iya, retak karena gempa bumi tahun 2009 dulu," jawab Bang Irul.

"Oh, tapi pusara yang satu itu kok di pagar begitu?" Diro melihat ke arah pusara yang dipagari, berbeda dengan pusara yang lain.

"Oh, itu pusara Anggita, korban kecelakaan tahun 2008, hanya dia seorang yang dikuburkan di pemakaman umum, sementara yang lain di tanah mereka masing-masing, ada yang ditanah kebun dan pekarangan rumah mereka," jawab Bang Irul.

"Oh. Karena korban kecelakaan makanya di pagar?" tanya Agung bingung.

"Bukan juga, itu karena pihak keluarga yang ingin memagari."

Saddam merasa penasaran dan dia pun berjalan sendirian ke arah pusara itu, melihat kuburan yang retaknya cukup lebar. Bang Irul dan yang lainnya juga menyusul.

"Kenapa tidak diperbaiki keluarganya, atau ditambal yang retak ini, kalau mereka saja begitu perhatian sampai memagari kuburan ini," ungkap Saddam.

"Entahlah, mungkin tidak sempat," balas Bang Irul, kemudian mencabuti rumput liar yang sudah agak besar di sekitar kuburan-kuburan itu.

Tak lama rombongan yang membawa jenazah sudah sampai di depan tanah galian, sementara Saddam dan lainnya lebih dulu sampai karena mereka pakai motor bersama bapak-bapak lebih dulu.

Mereka yang tadinya berpencar, ada yang dari kuburan keluarganya dan lainnya, kini berkumpul. Menguburkan almarhumah Sita dan doa bersama. Namun, entah hanya perasaan Saddam saja, dia melihat seseorang berdiri di dekat kuburan yang di pagari tadi, melihat ke arah mereka bersama.

Saddam mengedipkan matanya beberapa kali, dia masih melihat hal yang sama.

Pulang melayat, Saddam dan teman-temannya mandi kembali. Kata orang-orang, pulang dari kuburan harus mandi, agar tidak sakit kepala dan mimpi buruk.

Usai mandi, Saddam terkejut, dia melihat wanita yang sama seperti di kuburan tadi berdiri di depan halaman Nek Raisyah.

"Viko, coba lihat ke halaman, apa kau melihat sesuatu?" Saddam berbicara pada Viko pelan.

"Melihat apa?"

"Oh, berarti kau tidak melihat apa-apa ya?" Saddam masih melihat wanita itu berdiri melihat ke arah rumah, sementara Viko tak melihat apapun.

Saddam segera merogoh ponselnya, mengetik pesan pada Bu Anisa, memberitahukan ada beberapa hal ganjil dan aneh, dia bertanya apakah mereka berempat bisa segera kembali?

Akan tetapi, Bu Anisa menjawab, jika mereka sudah satu bulan di sini, sudah setengah jalan, dan di suruh bertahan. Saddam mendesah pelan membaca balasan Bu Anisa.

"Viko, menurut kamu, apa sebenarnya Bu Anisa tahu tentang hal-hal aneh ini?" Saddam memberikan ponselnya pada Viko.

Viko mengambil dan membaca pesan-pesan antara Saddam dan Bu Anisa. "Kau sudah melaporkan pada Bu Anisa dan jawaban beliau begini?" Viko tercengang. "Kurasa beliau tahu betul tentang desa ini, apa beliau sengaja?" Viko memberikan ponsel itu kembali pada Saddam.

"Untuk apa Bu Anisa melakukan ini?" Saddam bergumam, Viko pun terdiam tak bisa menjawab, mereka berdua saling berpikir.

"Hei, kalian lagi apa?" Agung dan Diro menepuk bahu mereka berdua saat baru sampai.

"Tidak ada," jawab Viko, menunjukkan wajah biasa. Seolah tak ada apa-apa.

"Hm gitu ya, kalian sejak tadi terlihat melamun." Agung dan Diro duduk dekat mereka.

"Tidak ada apa-apa, ngomong-ngomong, apa kalian masih merasa ada yang mengganggu kalian akhir-akhir ini, atau mimpi buruk?" Viko bertanya pada mereka.

"Kenapa kau nanya gitu, Vik? Terjadi sesuatu?" Diro merapatkan duduknya, bahkan mengangkat lututnya ke kursi, merinding.

"Ini nih, jadinya aku malas ngomong sama kalian berdua, belum apa-apa udah takut duluan." Viko melipat tangannya di dada sambil berpikir. Dia tidak ingin membuat dua sahabatnya ini ketakutan parah.

"Ya, kali aja ada sesuatu 'kan. Kalian sendiri kan tahu, beberapa kali desa ini terjadi hal aneh, dan pas kita sampai di rumah ini aja, terjadi sesuatu 'kan!" bisik Diro.

Tang! Terdengar sesuatu terjatuh keras di atas atap.

"Eh, apa itu?" Mereka berempat terkejut.

Tampak Nek Raisyah terburu-buru keluar membawa tongkatnya, membuka pintu depan, melihat ke arah atap. Mereka berempat pun juga menyusul.

Dahan mangga besar itu jatuh tepat di atas atap rumah nenek, padahal tumbuhnya cukup jauh dari rumah nenek.

"Kok bisa sampai di atas atap ya Nek?" Diro bertanya.

"Mungkin karena lapuk, jadi diterbangin angin," jawab Nek Raisyah. "Kalian bisa bantu Nenek, bisa memanjat dan buang dahan itu?" tanya Nenek.

"Bisa Nek, aku pandai memanjat," jawab Diro.

"Baiklah."

Mereka berlima pergi ke arah samping, nenek menunjuk jenjang kayu agar bisa memanjat ke atas sana. Saddam dan Diro lah yang memanjat ke atas atap sambil membawa parang.

"Aku sama Viko nunggu di sini ya, ntar teriak kalo mau turun!" sorak Agung.

Terik cahaya sore hari, cukup menyengat, apalagi berada di atas atap seperti ini. Nek Raisyah terus menatap mereka berdo'a. "Hati-hati Nak," seru Nenek itu.

Agung melihat dengan ekor matanya, seolah ada yang mengintip di sebalik pohon mangga. Sehingga dia memutar badan untuk memastikan, tetapi tak terlihat apa-apa. Lagi, Agung menoleh, masih saja seperti itu.

"Ada apa Gung?" tanya Viko.

"Tidak ada." Agung diam, dia tidak ingin membebani temannya dengan ketakutan lagi, apalagi ini siang hari, "*Nggak mungkin ada hantu di siang hari*," bisik Agung dalam hati, bulu tangannya sudah merinding sebenarnya karena takut.

Nenek berjalan dengan tongkatnya ke arah pohon mangga, lalu memukul batang mangga itu beberapa kali dengan tongkatnya. Rina dan Roni pun juga menyusul.

"Nek, ini jatuhin langsung ke sini?" teriak Diro dari atas atap setelah memotong beberapa bagian dahan agar lebih pendek dan mudah saat dijatuhkan.

"Iya, jatuhin aja," jawab Nek Raisyah.

Setelah menjatuhkan dahan yang sudah di potong oleh Saddam dan Diro, Agung dan Viko pun mendekat, memegangi jenjang kayu untuk Diro dan Saddam turun.

"Terimakasih anak-anak, kalian berkeringat lagi, padahal baru saja mandi," ungkap Nenek tak enak hati.

"Hahaha tak apa Nek, nanti kalau gerah lagi, mandi lagi," balas Diro terkekeh.

"Oh ya, nenek pergi dulu, hendak ke rumah Thalib, nanti jika kalian pergi ke masjid, kunci saja rumah, hidupkan lampu ruang tamu sama teras ya," pesan Nek Raisyah.

"Baik, Nek," jawab mereka. Lalu, Nek Raisyah pergi.

Mereka berempat memilih duduk di teras dulu.

"Hei .... " Agung mendengar suara.

"Siapa itu?" ucap Agung.

"Siapa?" Saddam, Viko dan Diro menolah sana sini. "Tidak ada siapa-siapa!" kata Diro.

Agung mengelus tengkuknya. "Kalian yakin tidak melihat siapa-siapa dan mendengar apapun?"

Saddam dan Viko menatap sekeliling. Wanita yang Saddam lihat di halaman Nek Raisyah tadi sudah tidak ada.

"Dasar penakut, hahaha! Tidak ada apa-apa," ujar Diro.

"Heleh, kau pun sama penakutnya denganku!" Agung mencebikkan bibirnya.

"Hei!" Lagi, Agung mendengar suara itu. Dia menoleh, dan tampaklah jelas seorang wanita dengan tubuh berlumuran darah berdiri di pohon mangga.

"Aaaa!!" Agung menjerit kuat, hingga pingsan.

1
Ubii
Sebenarnya gadis di foto itu siapa ya? kok muncul terus/Speechless/
Ubii
rarww /Skull/
Ubii
merinding, gak bisa bayangin /Sweat/
Ubii
keren ceritanya, dari sekian banyak yang aku baca, ini sangat menarik /Angry/ aku tunggu kelanjutannya ya!
Rozh: Oke, terimakasih, semoga suka dan terhibur sampai cerita ini tamat 🌹
total 1 replies
Ubii
lagi tegang-tegangnya malah di bikin ngakak/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!