NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat
Popularitas:539
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terungkapnya sosok mata-mata

Matahari pagi menyinari kota Jakarta dengan terangnya. Itu menandakan dimulainya hari baru. Di markas Tim Lisa, ketegangan terasa begitu nyata, meskipun keduanya berusaha menyembunyikannya di balik senyum tipis.

Yansya yang sudah siap dengan umpan yang sudah ia rancang semalaman, segera meletakkan laptopnya di meja pusat kendali. Lisa berdiri di sampingnya, mengamati layar dengan saksama, memastikan setiap detail sudah terhubung dengan sempurna untuk meluncurkan jebakan mereka.

"Kamu yakin ini akan berhasil?" Lisa bertanya, suaranya pelan dan penuh kehati-hatian. Ia tidak mengalihkan pandangan dari layar yang menampilkan berbagai data. "Umpan yang kamu siapkan ini sangat sensitif, dan kita hanya punya satu kesempatan untuk ini."

Yansya tersenyum tipis, lalu ia menoleh ke arah Lisa, matanya memancarkan keyakinan yang kuat. "Tenang saja, ini akan berhasil," jawabnya mantap. "Aku sudah menghitung semuanya dengan matang. Mereka tidak akan menyadari bahwa terminal cadangan itu sudah kita kunci. Mereka akan mengira masih bisa bergerak bebas."

Lisa menghela napas panjang, menatap Yansya dengan sorot mata yang penuh pertanyaan. "Bagaimana kalau ada hal tak terduga yang muncul? Maksudku, selalu ada kemungkinan yang kita lewatkan."

Yansya terkekeh, lalu ia memegang bahu Lisa dengan lembut. "Itulah gunanya aku ada di sini, kan? Aku akan memastikan tidak ada hal tak terduga yang mengganggu rencana ini. Percayalah padaku."

Dengan satu sentuhan di papan ketik, Yansya mengaktifkan program umpan. Detik itu juga, sebuah garis merah berkedip di layar. Itu menandakan bahwa informasi palsu mulai disebarkan melalui jaringan internal. "Umpan sudah meluncur," ucap Yansya, matanya terpaku pada layar, siap memantau setiap pergerakan.

Lisa menggenggam tangannya erat, napasnya tertahan. Mereka menunggu dalam diam. Hanya suara kipas pendingin komputer yang mengisi ruangan, menciptakan suasana tegang yang mencekam. Setiap milidetik terasa seperti jam, karena mereka tahu bahwa mata-mata itu akan segera bereaksi, tanpa menyadari bahwa mereka sedang melangkah masuk ke dalam jebakan yang sudah disiapkan dengan sangat cermat.

Tiba-tiba, garis merah di layar Yansya berubah menjadi kuning terang, disertai dengan beberapa kode yang melaju cepat. Itu menunjukkan ada aktivitas mencurigakan dari terminal cadangan. "Mereka sudah menggigit umpan," kata Yansya, nadanya datar namun penuh konsentrasi. Jari-jarinya dengan cekatan bergerak cepat di atas papan ketik, siap untuk mengunci akses terminal itu kapan saja.

Lisa mendekatkan wajahnya ke layar, matanya menyipit, mengamati setiap angka dan huruf yang bergulir. "Apa yang mereka lakukan?" tanyanya, suaranya kini lebih tegang. Yansya menganalisis data itu dengan cepat, sudut bibirnya terangkat. "Mereka mencoba mengekstrak informasi sebanyak mungkin, mereka sangat serakah," ia menjelaskan, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar yang terus menampilkan data-data. "Ini waktunya, siap-siap."

Dengan cepat Yansya menyentuh tombol besar bertuliskan "LOCKDOWN" di layar. Seketika itu juga seluruh aktivitas di terminal cadangan terhenti total, mengubah warna kuning menjadi merah pekat. "Jebakan tertutup," Yansya berucap, suaranya dipenuhi kepuasan.

Ia menoleh pada Lisa yang kini bernapas lega, sorot matanya menyiratkan kelegaan bercampur kagum. "Sekarang kita hanya tinggal menunggu siapa yang akan muncul di lokasi terminal itu. Siapa pun yang datang, dia adalah mata-mata yang selama ini kita cari."

Lisa mengangguk, senyum tipis mengembang di wajahnya. Itu menunjukkan bahwa ia memercayai sepenuhnya naluri dan kemampuan Yansya dalam menangani situasi kritis seperti ini.

Tidak lama berselang, sebuah titik hijau muncul di peta lokasi terminal di salah satu layar monitor, bergerak mendekat dengan perlahan. "Ada pergerakan," Lisa berbisik, matanya tidak berkedip. "Seseorang sedang menuju ke sana."

Yansya mengamati titik itu dengan saksama, rahangnya mengeras. "Ini dia," ia menggumamkan, tangannya sudah memegang perangkat komunikasi, siap untuk memberi perintah. Atmosfer di ruangan itu menjadi semakin intens, karena mereka tahu bahwa momen yang ditunggu-tunggu akan segera tiba. Hanya masalah waktu sebelum identitas mata-mata itu terungkap, dan mereka akan tahu siapa pengkhianat di balik semua kekacauan ini.

Tak lama setelah itu, titik hijau yang mereka amati akhirnya berhenti tepat di lokasi terminal, dan sistem secara otomatis mengaktifkan kamera pengawas. Di layar besar, wajah Fabian terlihat jelas, dia tampak bingung dan frustasi, karena ia tidak bisa mengakses terminal tersebut.

"Fabian?" Lisa bertanya dengan suara terkejut, tidak menyangka bahwa dia adalah pelakunya. Yansya mengangguk pelan, matanya menatap tajam ke arah layar. "Tepat seperti yang kuduga," ucap Yansya, nadanya tenang namun penuh keyakinan. "Dia selalu bertingkah mencurigakan. Aku sudah curiga dari awal bahwa dia adalah mata-mata yang selama ini kita cari." Senyum kemenangan terukir di wajah Yansya, karena rencananya berjalan dengan sangat sempurna.

Di lokasi terminal cadangan yang sepi, Fabian masih berusaha keras untuk mengakses sistem, jari-jarinya berulang kali menekan tombol, berharap ada celah yang terbuka. Namun, usahanya sia-sia, karena terminal itu benar-benar terkunci.

Tiba-tiba, sebuah suara tegas menginterupsi kesibukannya. "Sudah cukup, Fabian," ucap Lisa, berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam dan penuh wibawa.

Fabian tersentak, menoleh ke belakang, dan wajahnya langsung memucat saat melihat Lisa berdiri di sana, mengawasinya. "Lisa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, suaranya terdengar gugup.

Lisa melangkah maju, mendekatinya dengan langkah yang tenang namun penuh ancaman. "Aku di sini untuk mengakhiri permainanmu, mata-mata," jawab Lisa, nada suaranya dingin dan tanpa kompromi.

Fabian mendengus, lalu ia mencoba menyerang Lisa dengan pukulan cepat, tetapi Lisa dengan sigap menghindar, kepalanya bergeser sedikit ke samping. "Aku tidak akan semudah itu tertangkap!" Fabian berteriak.

Ia kembali melancarkan tendangan ke arah perut, tetapi Lisa sudah lebih dulu menangkap kakinya dan memutarnya, membuat Fabian kehilangan keseimbangan. Lisa tidak membuang waktu, dengan gerakan yang cepat dan presisi, ia memutar tubuh Fabian dan membantingnya ke tanah.

Fabian mengerang kesakitan, karena punggungnya menghantam keras, dan ia berusaha bangkit, tetapi Lisa sudah menekan lengannya ke belakang, menguncinya dengan mudah. "Sudah kubilang, permainanmu sudah berakhir," desis Lisa, napasnya sedikit terengah-engah, tetapi matanya tetap tajam, menunjukkan dominasi penuh.

Tepat ketika Lisa mengira pertarungan sudah berakhir, tawa Fabian meledak, tawa yang sinis dan mengejutkan, seolah ia baru saja mendengar lelucon terbaik di dunia. "Permainan? Kamu pikir ini permainan, Lisa?" ucap Fabian, suaranya dipenuhi cibiran.

Dengan gerakan yang tak terduga, ia mengayunkan kakinya ke belakang, mengenai tulang kering Lisa, menyebabkan kunciannya sedikit melonggar. Dalam sekejap, Fabian berbalik, serangannya menjadi lebih cepat dan presisi. Ia melayangkan tinju ke arah wajah Lisa, tidak memberikan waktu bagi Lisa untuk bereaksi.

Lisa tersentak mundur, karena ia tidak menyangka Fabian akan bangkit secepat itu, dan ia tahu pertarungan ini baru saja dimulai dengan sengit.

Fabian terus menyerang tanpa henti, setiap gerakannya adalah kombinasi kekuatan dan kecepatan yang mematikan, membuat Lisa kewalahan. Lisa mencoba bertahan, menangkis pukulan dan tendangan dengan susah payah, tetapi Fabian seolah sudah membaca setiap gerakannya.

Sebuah tinju keras menghantam rusuknya, membuat Lisa terhuyung dan menabrak dinding di belakangnya. "Sudah kubilang, kamu tidak akan bisa mengalahkanku," ucap Fabian, senyum kemenangan terukir di wajahnya saat ia mendekat, siap melancarkan pukulan terakhir.

Lisa merasa tubuhnya sakit, napasnya tersengal-sengal, tetapi ia tahu ia tidak bisa menyerah begitu saja.

Dengan satu ayunan kuat, Fabian melayangkan pukulan telak ke rahang Lisa. Suara benturan keras terdengar jelas, dan Lisa langsung kehilangan keseimbangan, matanya memutih, lalu tubuhnya ambruk ke tanah.

Fabian berdiri di atasnya, menatap Lisa yang tergeletak tak berdaya dengan tatapan meremehkan. "Memang tidak ada yang bisa mengalahkanku," katanya, suaranya dipenuhi arogansi.

Setelah itu, Fabian segera berbalik, karena ia tidak punya waktu untuk berlama-lama, dan ia harus segera mencari cara untuk melarikan diri dari jebakan yang sudah Yansya buat.

Saat Fabian melangkah pergi, pintu terminal tiba-tiba terbuka dengan keras, dan dari balik pintu, munculah beberapa agen khusus dengan senjata lengkap, mengarahkannya ke arah Fabian. "Menyerah, Fabian! Kamu sudah terkepung!" salah satu agen berteriak, nadanya tegas.

Fabian terkejut, karena ia tidak menyangka akan ada lebih banyak agen yang menunggu di sana. Namun, ia tidak panik. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia melemparkan granat asap ke lantai, menciptakan tirai tebal yang langsung memenuhi ruangan. Sebelum asap menghilang, Fabian sudah melesat pergi, menghilang dari pandangan para agen, meninggalkan mereka dalam kebingungan.

1
Khusus Game
oke, bantu share k
Glastor Roy
yg bayak tor up ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!