NovelToon NovelToon
Revano

Revano

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sari Rusida

"Revano! Papa minta kamu menghadap sekarang!"

Sang empu yang dipanggil namanya masih setia melangkahkan kakinya keluar dari gedung megah bak istana dengan santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Rusida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Setelah bercakap sebentar dengan Reyna, Revano mematikan sambungan telponnya. Berjalan menuju balkon, tempat di mana ia selama sepuluh hari ini termenung, memikirkan kehidupannya selanjutnya.

Kurang dari tiga minggu lalu Revano masih berada di sana. Di istana mewah dengan keluarga besarnya. Sampai keegoisan Papanya --yang memang dari dulu egois-- di luar kendali Revano.

Bisnis Tama memang besar, sangat besar malah. Meskipun Tama bukanlah satu-satunya orang yang memiliki bisnis besar dengan status mafia, bisnisnya tersebut sudah merajalela di sepenjuru negara. Hanya saja tertutupi oleh bisnis legal miliknya. Jadi, tidak ada yang mengetahui perusahaan milik Tama juga memiliki bisnis ilegal, milik mafia.

Tama sebenarnya juga memiliki bisnis legal, yang sah. Tetapi tidak pernah diketahui oleh siapa pun, termasuk Revano. Bisnis tersebut berdiri dengan dipimpin oleh Ayah Tama, Kakeknya Revano.

Tama lebih memilih menjalankan bisnis ilegal tersebut dan menyerahkan bisnis yang legal pada orang kepercayaan Ayahnya.

Kesibukan Tama dalam menjalankan bisnis ilegal tersebut --sampai keluar negri, membuat waktunya bersama keluarga terpotong. Sejak umur Revano lima tahun begitu pun Reno --sedangkan Rifki baru satu tahun dan Reyna belum lahir, kesibukan Tama semakin melunjak.

Bisnisnya bertambah besar, dan cabang bisnis tersebut di mana-mana. Revano, Reno, dan Rifki kehilangan waktu bermain bersama Papanya, hingga sekarang.

Sampai Reyna lahir pun, Tama masih sibuk-sibuknya dengan bisnis tersebut, sering pulang malam, bahkan tidak pulang.

"Revano."

Revano tersentak kaget kala mendengar suara Putra serta tepukan di bahunya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Putra tengah tersenyum ke arahnya.

"Saya ingin membicarakan hal serius padamu. Dan ini juga melibatkan kamu. Kamu bersedia membantu, 'kan?" tanya Tama sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Revano.

Revano mengangguk dengan raut wajah datar, sudah tugasnya.

"Tugas kuliah Risya belum selesai, 'kan?" tanya Putra.

"Belum." Revano mengernyit, apa hubungannya dengan tugas Risya?

"Asisten manager di perusahaan saya di kota ini akan datang kemari besok siang, setelah makan siang. Saya dan Bagas pastinya masih ada di perusahaan." Putra tersenyum menatap wajah heran Revano.

Bertambah dua pertanyaan di benak Revano, apa hubungan asisten manager tersebut dengan tugas Risya? Pun dengan permintaan Putra untuk membantu?

"Asisten manager tersebut akan menjadi narasumber untuk Risya. Dia akan berpura-pura menjadi karyawan di salah satu perusahaan yang kamu cari. Bisa kan kamu membantu saya berpura-pura untuk itu?" tanya Putra lagi.

Revano mengangguk, itu tidak sulit.

"Dan ya, satu lagi. Asisten manager tersebut adalah orang yang akan bertunangan dengan Risya, anak sahabat saya. Saya harap, kamu juga bisa membuat mereka lebih dekat untuk ke depannya."

Revano terdiam dengan tatapan menghadap Putra. Apa dia tidak salah dengar? Calon tunangan?

Putra menepuk pelan pundak Revano. "Terimakasih untuk kehadiran kamu, Revano. Sepuluh hari di sini, kamu sangat membantu perusahaan saya. Tapi saya ingatkan kembali, tugas kamu yang utama tetap sama, menjadi bodyguard pribadi Risya."

Putra pergi dari sana lima menit kemudian, mengucapkan selamat malam untuk Revano kemudian beranjak pergi.

Revano masih terdiam di balkon sampai tiga puluh menit ke depan. Saat angin malam membuatnya kedinginan, saat itulah ia memutuskan beranjak ke dalam.

***

Setengah dua siang. Di kediaman Bagas kedatangan tamu istimewa, calon keluarga baru.

Risya baru saja menyelesaikan makan siangnya, begitu pun dengan Nadia. Dita sudah pergi keluar, ingin menemui seseorang sebelum makan siang tadi berlangsung. Sedangkan Revano tengah menunggu kedatangan tamu tadi --setelah makan siang lebih dulu.

"Pan, tugas kuliah dikerjakan besok aja, ya? Aku males, pengen rebahan si kamar," ucap Risya sambil cengengesan di hadapan Revano. Ia mengira, Revano tengah menunggu dirinya selesai makan siang, kemudian mengajaknya mengerjakan tugas. Seperti hari-hari sebelumnya.

"Tugas anda akan datang kemari."

Risya mengernyit bingung. "Datang gimana?"

"Orangnya sebentar lagi sampai."

Belum sempat Risya membuka mulut untuk bertanya, pagar terdengar dibuka. Pandangan keduanya beralih ke pagar, yang menampakkan sebuah mobil hitam memasuki area halaman.

"Siapa yang datang? Temen Kak Nadia 'kah? Apa tamu Bang Bagas? Ohh, bisa jadi rekan bisnis Papa sama Bang Bagas," ucap Reyna sambil mengangguk-ngangguk.

Seorang lelaki seumuran Revano turun dari dalam mobil. Pakaiannya santai, tidak formal seperti bayangan Risya --juga Revano.

"Selamat siang." Orang tersebut tersenyum lebar. Mendekati Revano dan Risya. Matanya memicing sebentar, menatap Revano.

"Siang. Mau cari siapa, Bang? Temen Bang Bagas, ya?" tanya Risya mengabaikan wajah sedikit terkejut orang tadi --juga Revano sebenarnya.

"Eh, bukan. Aku Dimas. Kamu Risya, ya?" Orang tadi kembali melanjutkan langkahnya yang sejenak tertunda akibat melihat Revano.

"Iya, aku Risya. Ada keperluan apa kemari?" tanya Risya, kembali mengabaikan tatapan mengernyit Revano.

"Aku karyawan di salah satu perusahaan yang meminta narasumber untuk seseorang. Yang katanya bernama Risya, itu kamu?" Dimas kembali bertanya, tersenyum.

"I-iya," Risya menjawab sedikit terbata. Tatapannya menghunus ke arah Revano. Sudah pasti dia yang mendatangkan orang ini.

"Eh, ini ... kamu, kamu Revano bukan?" Dimas menunjuk Revano yang berdiri bersebelahan dengan Risya.

"Kamu kenal Epan?" Risya mengernyitkan dahinya, kemudian menoleh ke arah Revano. "Waahh ... pantes aja kamu bawa karyawan ini ke sini. Temen kamu rupanya."

"Anda kenal saya?" Revano bertanya dengan nada datar. Dimas memang tidak asing di matanya, tapi dia lupa dengan lelaki di hadapannya itu.

"Jadi bener kamu Revano? Van, ini aku Dimas. Sahabat SMA kamu yang kamu tinggal ke Amerika untuk melanjutkan sekolah. Kamu inget, 'kan?" Dimas memeluk bahu Revano, suaranya terdengar antusias.

Revano sendiri hanya diam dengan berusaha mengingat. Sepertinya Dimas memang sangat familiar bagi Revano.

"Si badboy yang diusir Om Tama saat main ke rumah itu, Van. Itu aku Dimas," ucap Dimas berusaha mengingatkan Revano.

Risya menatap bingung kedua lelaki di sebelahnya. "Kamu beneran nggak kenal dia, Pan?"

"Dimas. Aku ingat." Revano membalas pelukan sahabat lamanya itu, mantan badboy, berucap datar.

"Nggak berubah juga kamu, Van. Masih dingin, datar, dan nggak peduli dengan sekitar. Nggak nyangka kita bisa ketemu di sini, Van." Dimas perlahan melepaskan pelukannya, tersenyum lebar, Revano tersenyum tipis.

"Y-ya udah, masuklah. Lanjutin nostalgia masa SMA-nya." Risya melangkah masuk dengan tangan menggaruk tengkuk, bingung.

"Jangan-jangan Epan gay? Muka datar gitu bisa senyum walau tipis, sama laki-laki, mana pelukan lagi. Nggak bener." Risya menggelengkan kepalanya dengan sedikit bergidik.

"Anda mau ke mana?" Revano menatap Risya datar kala gadis itu menuju tangga, seperti ingin ke kamarnya.

"Ke kamarlah, rebahan. Masa iya mau gangguin kalian ..." Risya menatap Revano yang tengah berdiri dan Dimas yang tengah duduk di sofa bergantian.

"Gangguin apa? Duduk!" Revano berucap tegas. "Kerjakan tugas anda di sini, bersama Dimas."

"Kamu mau ke mana?" tanya Risya saat melihat Revano malah berjalan ke arah tangga.

"Ambil buku." Revano tetap melangkah, tidak menatap Risya.

Dengan malas Risya berjalan mendekati Dimas yang asik menonton pembicaraan mereka tadi. Risya sedikit bergidik duduk di dekat Dimas. Mengingat mereka ....

"Revano siapa kamu? Kamu tadi manggil dia siapa? Epan?" Dimas memulai pembicaraan dengan bertanya.

"Bodyguard aku. Sengaja aja manggil dia Epan, iseng. Tapi jadi kebiasaan, nggak enak manggil Revano. Terlalu bagus aja gitu sebagai bodyguard."

Dimas mengangguk paham. Sedikit berfikir. Revano jadi bodyguard? Kenapa? Bukannya Papanya?

"Saya ada urusan. Maaf, Dim, aku tinggal," ucap Revano setelah meletakkan peralatan belajar Risya di atas meja.

Dimas mengangguk, sedangkan Risya berniat mencegah. "Mau ke mana kamu?"

"Dipanggil Papa anda."

"Tapi tugas kamu jagain aku, bukan Papa. Udah, di sini aja," ucap Risya sambil memegang lengan Revano.

Dimas merasakan nyeri di ulu hatinya. Kalimat Risya seakan meminta perlindungan kepala seseorang yang sangat penting, sedangkan Revano hanya bodyguard-nya. Mana tangan Risya masih memegang lengan Revano lagi.

"Maaf. Papa anda yang menggaji saya, saya harus menuruti permintaannya." Revano merasa tidak enak kala pandangannya tertuju pada Dimas, dengan cepat ia melepaskan tangan Risya dan segera pergi dari sana.

"Nyebelin banget, sih. Mana ditinggal berdua sama orang asing lagi," gumam Risya menatap kesal punggung Revano yang mulai menghilang.

Dimas mendengar gumaman Risya. Kembali ia merasakan nyeri saat melihat gadis yang menjadi pujaannya ini.

"Ayo kita mulai belajarnya, Risya."

***

Malam hari di rumah Bagas. Selepas makan malam semua anggota keluarga masuk kamar masing-masing, selain Bagas, Putra, dan Revano yang tengah membahas pekerjaan.

"Seseorang itu sudah Bagas ketahui, Pa." Bagas memulai dengan memberitahu sesuatu pada Putra.

"Siapa, Bagas?" Putra menatap Bagas, begitu pun Revano.

"Pratama. Tuan Tama pemilik perusahaan tekstil terbesar di Jakarta itulah penyebabnya."

Revano terdiam. Pratama? Papanya, 'kah?

••••

Bersambung

1
Roxanne MA
keren thor aku suka
Roxanne MA
lucu banget jadi cemburuan gini
Roxanne MA
bagus banget ceritanya ka
Nami/Namiko
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
Gohan
Bikin baper, deh!
Pacar_piliks
iihh suka sama narasi yang diselipin humor kayak gini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!