"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.
Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.
Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.
Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.
Yuk simak keseruan ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Physical touch
Gyan membawa Jasmine ke sebuah taman wisata yang tak jauh dari rumah makan lesehan yang baru mereka kunjungi sebelumnya. Taman itu penuh dengan berbagai macam bunga yang bermekaran. Mereka berjalan-jalan santai sambil menikmati pemandangan indah disekitaran mereka. Taman itu terlihat sepi karena mereka berkunjung pada hari biasa.
Rasanya kenyang sekali. Aku tak sanggup menghabiskan semuanya. Aku jadi ingin makan disana bersama kakek dan ibuk.
“Jasmine,“ panggil Gyan membuka percakapan.
“Ya?“
“Kau sudah yakin dengan keputusanmu?“
Jasmine terdiam mengatupkan bibirnya dan menarik satu sudut bibirnya. Dia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan mantap.
“Aku tak punya pilihan yang lebih baik dari ini. Lagi pula ini kan hanya berjalan selama setahun. Itu adalah waktu yang singkat.“
“Apa kau siap menghadapi tantangan kedepannya?“ tanya Gyan memastikan.
“Dari cara bicaramu sepertinya kau tau tantangan yang kau maksud?“
“Ya, tantangan terbesarnya adalah ibuku.“
Aku sudah menduganya dari awal pasti akan berhadapan dengan Bu Vivian. Aku tau persis dia membenciku setengah mati setelah insiden itu. Tapi tenanglah Bu… aku hanya akan meminjam putramu sebentar.
“Aku siap. Aku sudah bertekad untuk melakukan yang terbaik selama setahun kedepan.“
“Bagaimana kau akan meyakinkannya?“ tanya Gyan menyunggingkan senyumnya.
“Aku… aku akan menjawab dengan lantang kalau aku menyukaimu.“
“Buktinya?“
“Buktinya? em…” Jasmine nampak kebingungan.
Gyan melangkah sedikit lebih cepat didepan Jasmine dan berbalik arah menghadapnya sambil membungkukkan punggungnya agar mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jasmine. Sontak saja gadis itu terkejut dan berhenti melangkah secara bersamaan.
“Bisakah kau menciumku dihadapan ibuku?“ pintanya dengan enteng dan menatap serius.
Wajah Jasmine memerah dan salah tingkah.
A, apa??!
“I, itu berlebihan tau!!“ tolak Jasmine sambil memalingkan wajahnya yang bersemu.
Gyan menegakkan punggungnya lalu bersedekap melipat kedua tangannya didada.
“Kau masih tak punya nyali dan tidak benar-benar memiliki tekad. Suami istri yang sungguh-sungguh terlihat saling mencintai pasti setidaknya melakukan physical touch. Seharusnya kau gunakan itu untuk meyakinkan kedua orangtua ku, terutama ibuku yang mungkin sulit untuk ditaklukkan. Aku tidak memintamu melakukan hubungan seksual. Hanya physical touch. Ingat itu, Jasmine.“
Gyan menatap lurus gadis yang masih bimbang dihadapannya dengan tatapan tajam. Jasmine masih memalingkan wajah sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
“Sudahlah, lupakan saja.“ Gyan berpaling meninggalkan Jasmine dan melangkah terlebih dulu.
Ukhhh! Batin Jasmine.
“Tu, tunggu!“ Jasmine mengejar langkah panjang pria dihadapannya dan meraih lengan kemeja pria itu.
Gyan menoleh dengan malas. “Apa la…” kalimat pertanyannya terhenti saat Jasmine tiba-tiba menarik dasi pria jangkung dihadapannya hingga pria itu sedikit terhuyung dan terpaksa berbalik arah menghadapnya. Jasmine menutup matanya rapat-rapat dan menargetkan bibirnya menyentuh bibir pria dihadapannya.
Cup.
Gyan membulatkan matanya lebar-lebar. Bibir lembut dan manis gadis dihadapannya telah menyentuh lembut bibirnya secepat kilat dan menariknya kembali.
“Se, seperti ini, kan??!“ tanya Jasmine menunduk masih dengan mata tertutup rapat.
Gadis itu langsung pergi berlari cepat meninggalkan Gyan dengan rasa malu yang luar biasa tanpa berani sekalipun menoleh kebelakang menatap Gyan yang sedang mematung. Membeku. Dan pikirannya kosong. Jantung pria itu mulai berdebar-debar tak karuan. Dan tangannya pun gemetar. Sensasi itu seperti ledakan-ledakan petasan yang meletup-letup didalam dadanya. Wajahnya terasa panas. Mungkin saat ini rona wajahnya sudah terlihat merah.
Kemana perginya gadis tak bertanggung jawab itu setelah melakukan hal ini padanya. Padahal yang dimaksud Gyan untuk menciumnya sebagai bentuk physical touch adalah ciuman ringan di pipi dan didahi. Bukan di bibir. Sama sekali tak menyangka jika gadis itu mengira untuk ciuman bibir. Ini adalah ciuman pertamanya yang tak mungkin bisa terlupakan.
***
Bu Vivian, adalah wanita karir yang memiliki usaha di bidang fashion. Yaitu butik. Butiknya sangat terkenal dan sudah memiliki banyak pelanggan tetap. Ia sudah mendirikan butik itu selama beberapa tahun sebelum menikah dengan suaminya, Pak Irwan. Sedangkan Pak Irwan sendiri adalah pemilik dari departemen store ternama yang terkenal. Ia memiliki 3 cabang diberbagai kota dan salah satu cabangnya terletak di ibukota.
Gyan sendiri adalah putra sulung dari dua bersaudara. Dia memiliki adik perempuan yang bernama Nicole Aurielle Vanessa. Saat ini adiknya duduk di bangku SMA dan tinggal bersama orangtuanya. Sedangkan Gyan memilih tinggal secara terpisah.
Bu Vivian memiliki kelompok sosialita yang beranggotakan 5 orang termasuk dirinya. Dan bersama dengan rekan-rekan sosialitanya ia mengadakan arisan layaknya ibu-ibu pada umumnya. Dan saat ini ia sedang berada dikediaman salah satu temannya yang sedang ketempatan, yaitu Bu Valerie. Semua temannya datang kecuali satu orang, Bu Irene.
Acara itu berlangsung lancar dimulai sejak jam sembilan pagi. Semua terlihat ceria tertawa bersama menikmati acara sambil menikmati hidangan serta tak lupa membicarakan segala hal yang terdengar menarik bahkan membagi cerita tentang hal menarik dari masing-masing.
Dari suasana yang ceria itu, hanya satu orang yang terlihat lebih pendiam, Bu Vivian. Hingga akhirnya mereka mulai menyadari jika salah satu anggota mereka sepertinya sedang memiliki masalah serius.
Bu Valerie membuka pertanyaan yang mewakili para sahabatnya.
“Hey Vi, kenapa kau terlihat kurang senang hari ini?“
“Ya, kau ada masalah apa?“ timbal Bu Mona bertubuh gempal.
Bu Vivian berdecak. “Ck, aku sedang bermasalah dengan putraku.“
“Putramu yang tampan itu?“ timbal Bu Arinda.
“Ada apa dengannya? Apa perjodohan yang kau rencanakan dengan putrinya Irene tidak berjalan lancar?“ tebak Bu Mona blak-blakan.
“Ya, dan Irene sedang marah padaku” jawab Bu Vivian singkat dan lirih.
“Lho kenapa? Pantas saja di kekeuh tidak mau datang,“ tanya Bu Valerie.
“Putraku ingin menikah dengan gadis pilihannya sendiri. Dan aku sangat membenci gadis itu!“
Semua sahabatnya langsung antusias menatap Bu Vivian. Mereka merespon dengan ekspresi yang cukup sinis serta penasaran.
“Memangnya kenapa dengan gadis itu?“ tanya Bu Mona penasaran tentang gadis yang membuat sahabatnya sampai sebenci itu.
“Gadis itu pernah mencoba membunuh putraku,“ jawab Bu Vivian dengan tatapan penuh kebencian.
“Hahhh??!“ kompak para ibu-ibu lainnya saking terkejut mendengar pernyataan sahabatnya.
“Ba, bagaimana bisa??“ tanya Bu Valerie.
“Ceritanya panjang.“
“Kami akan mendengarkan ceritamu, katakan saja,” desak Bu Arinda.
“Awalnya dari kejadian beberapa tahun lalu. Biasanya aku enggan untuk ikut berlibur ke rumah mertuaku dikampung. Namun kali itu aku memutuskan untuk ikut. Mungkin ini yang namanya naluri seorang ibu. Seandainya saja saat itu aku tak ikut. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya kehilangan seorang anak. Dia sengaja mengejutkan putraku yang sedang memakan sesuatu hingga nyaris kehabisan napas. Gadis itu juga sering menindas putraku dan membully-nya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Aku membesarkan putraku sebaik mungkin tapi gadis itu datang lagi mendekati putraku. Mungkin karena dia tau putraku telah tumbuh sukses sekarang. Dia pasti menggunakan suatu ancaman yang membuat putraku terpaksa memilih menikahinya. Atau mungkin dia menggodanya dan memaksa putraku untuk menikahinya. Apalagi tujuannya kalau bukan karena mengincar harta putraku” ungkap Bu Vivian dengan gemetar dan mata berkaca-kaca yang membuat sahabatnya ikut iba dan merasa benci.
“Astaga… jahat sekali dia!“ sergah Bu Arinda diikuti anggukan dari para sahabat lainnya.
“Aku jadi penasaran dengan wajahnya!“ Sergah Bu Mona.
“Kalian tak akan menyangka jika melihat dari wajahnya, dia gadis miskin berlagak sok polos padahal hatinya busuk. Dia juga yang merusak perjodohan putra ku dengan Anne. Dia sengaja memamerkan kemesraan agar Anne menjauh. Dia gadis ular. Bahkan putraku yang selama ini tak pernah meninggikan suaranya padaku, kemarin dia berani berdebat dan meninggikan suaranya padaku. Dia bahkan tak peduli jika aku tak merestuinya. Betapa sakitnya hatiku ketika putra yang kulahirkan dari rahimku sendiri telah mengatakan hal menyakitkan padaku seperti itu dan membela gadis itu… hiks…” Bu Vivian menangis pilu seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Para sahabatnya telah berusaha menenangkan dengan pelukan. Ada beberapa orang yang bergumam sambil mengumpat gadis yang di maksud Bu Vivian.
“Jika aku jadi dirimu pun aku tak akan Sudi punya menantu licik seperti itu,“ ucap Bu Arinda.
“Benar, sudah miskin, tapi kelakuannya seperti parasit yang mengincar harta orang. Gadis miskin memang rata-rata tak punya harga diri. Menggoda lelaki hanya untuk mengincar harta,” timbal Bu Mona.
“Tenanglah Vivian, kami selalu ada untukmu dan akan mengulurkan bantuan jika kau membutuhkan kami," ucap Bu Valerie berusaha menenangkan sahabatnya.
“Ya, kami selalu ada untukmu,” timbal yang lainnya.
***