Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 16
Alma mulai mencicipi sedikit demi sedikit masakan dari suaminya itu, dan ternyata rasanya cukup enak, bahkan Alma tidak pernah membayangkan jika suaminya itu termasuk tipikal pria yang pandai memasak, meskipun terlihat kejam dan sangat akan tetapi di balik itu semua ada sisi baiknya juga.
"Enak Tuan, eh maaf Mas Ameer," larat nya kembali.
"Mas," sahut Ameer sambil mengerutkan keningnya.
"Iya kak bagus," ucap Alma.
"Ah terserahlah yang penting jangan panggil aku Tuan," ketus Ameer.
"Mas Ameer," goda Alma.
"Sudah makan dulu jangan banyak bicara!" ketus Ameer masih dengan tatapan tajamnya.
Alma langsung terkesiap, untuk memakan sup sayur ala Mas Ameer yang super ketus dan jutek itu, entah lapar atau bagaimana yang jelas Alma seperti menemukan makanan yang jarang dia temukan di setiap harinya, karena kebanyakan kalau dirumahnya terdahulu ia sering sekali makan nasi tanpa lauk, kalau gak begitu ya lauk sisa.
'Ini gadis lahap bener makannya padahal hanya sup sayur apalagi kalau aku masakin stick,' batin Ameer.
Tanpa terasa Alma sudah menghabiskan nasi dan sup sayurnya, di dalam hati Alma merasa bersyukur bisa di pertemukan dengan adik kakak yang baik seperti Shaka dan Ameer, bahkan meskipun Ameer terlihat kejam akan tetapi di balik itu semua dia menyimpan kebaikan tersembunyi.
"Mas, makasih ya untuk semua," ucap Alma.
"Sudah jangan berterima kasih seperti itu, tugasmu sekarang layani aku di kamar," celetuk Ameer yang membuat Alma terkejut.
Alma, langsung bergidik ngeri dia takut kalau sampai salah seperti kemarin, karena memang dirinya benar-benar tidak tahu bagaimana cara menyenangkan suami melalui hubungan intim.
'Astaga! Mati aku, bagaimana mungkin aku bisa melayani dia dengan baik,' batin Alma yang merasa ketakutan.
Saat ini Alma mulai mengikuti langkah kaki suaminya itu di dalam kamarnya, entah mengapa kali ini tatapan Ameer begitu tajam dan mengerikan bagaikan harimau yang hendak menerkam mangsanya.
"Alma pakai ini!" perintah Ameer dengan tatapan tajamnya.
"Apa itu Mas?" tanya Alma sedikit bingung.
"Tidak usah banyak tanya, ganti pakaianmu dan jangan lupa sebelum memakai baju ini kau bersihkan dulu tubuhmu!" perintah Ameer yang tidak bisa di ganggu gugat.
Sepuluh menit kemudian, singkat cerita akhirnya Alma sudah mulai mengganti pakaiannya dengan lingerie warna merah maron yang begitu menggoda, bahkan Alma sendiri hampir malu melihat setiap lekukan yang ada di tubuhmu.
Gadis cantik itu sudah keluar dari kamar mandi, dengan mengenakan baju dinasnya membuat pria dihadapannya begitu ambisi untuk segera ingin menerkam wanita versi halalnya itu.
"Cantik," satu kata yang keluar dari mulut Ameer.
Matanya berbinar jakunnya naik turun, melihat pesona gadis incarannya itu, saat ini langkah kaki Ameer mulai mendekat, tangannya mulai meraih wajah gadis dihadapannya itu, lalu bibirnya mulai mengecup lembut bibir Alma, kali ini pria itu melakukannya dengan penuh kelembutan sehingga membuat gadis dihadapannya itu terbawa arus kenikmatan yang dia ciptakan sendiri.
"Eeeeemp ....!" lenguh Alma di sela-sela permainannya.
Sedangkan Ameer hanya bisa menyeringai ternyata permainannya mampu membuat gadis di hadapannya itu terbuai kedalam arus yang begitu memabukkan.
Ameer tidak diam begitu saja pria itu langsung menggendong tubuh Alma tanpa melepaskan pangutannya, detik demi detik, penutup kain yang membalut tubuh Alma hilang seketika berceceran ke lantai, Alma terkesiap, sontak gadis itu langsung menyilangkan tangannya ke area dua buah dadanya.
"Jangan kau tutupi, itu kesukaanku," cetus pria dihadapannya itu.
"Tapi Mas aku malu," sahut Alma.
"Tidak usah malu, di setiap lekukan tubuhmu aku sudah melihat semuanya," ungkap Ameer yang membuat gadis dihadapannya itu melotot sempurna.
Tanpa buang-buang waktu Ameer langsung menerkam tubuh gadis yang sekarang ada dibawah kungkungannya itu, Ameer memberikan sensasi yang lembut bahkan mampu membuat gadis polos dibawahnya itu melengu hebat, mengeluarkan desahan yang begitu dia dambakan.
"Ayo gadis kecil mendesahlah, aku suka dengan desahanmu itu," pinta Ameer.
Ameer pun mulai melakukan hubungan intim kepada istrinya itu, karena memang dirinya sudah tidak bisa menahan sesuatu yang menyiksa di bawah sana, lihat saja Ameer begitu berusaha membobol gawang keperawanan gadis itu hingga pada percobaan yang beberapa kalinya pria itu mampu menciptakan gol nya.
"Aauuuuu!" suara kesakitan terdengar begitu nyaring di suara Ameer.
Melihat istrinya yang merasa kesakitan Ameer seperti merasa bersalah, karena baru kali ini dia mendapati seorang gadis yang masih utuh dan benar-benar menjaga keperawanannya untuk seorang suami.
"Sayang, tenang ya, aku akan lakukan ini pelan," ucap Ameer sambil mengecup kening istrinya.
Ameer pun mulai memelankan ritmenya hingga membuat gadis dibawahnya itu merasakan gelombang kenikmatannya, setelah di rasa cukup lama dalam ritme pelannya, Ameer pun mulai menambahkan volume ke ritme yang begitu cepat sehingga mampu menghasilkan gelombang cinta yang Menyembur ke dalam dinding rahim istrinya.
"Hah ... Hah ....," nafas keduanya saling berhembusan ketika sama-sama mencapai pelepasan yang tiada tara.
**********
Pukul tujuh pagi saat ini sarapan sudah mulai terhidang di meja makan, saat ini di ruang makan Ameer mulai memanggil semua pelayannya, untuk memberi pelajaran terhadap mereka yang sudah tidak memberikan pelayanan baik terhadap istrinya.
"Nak, kenapa kau panggil pelayan ke ruang makan segala," protes sang ayah.
"Tidak usah ikut campur, aku sudah muak dengan semua orang yang ada di sini," sahut Ameer.
"Maksud kamu apa Nak?" tanya Marcello.
"Jangan berlagak tidak tahu apa-apa? Bukannya susah jelas, kemarin aku membawa seorang wanita yang jelas-jelas wanita itu merupakan istriku, tapi kenapa kalian semua seolah buta tidak mau melayaninya dengan baik," sahut Ameer.
"Memangnya wanita itu siapa bukannya kau sendiri yang biar kita tidak usah ikut campur," celetuk Sintia tiba-tiba.
"Stop! Siapa yang suruh anda berbicara," cetus Ameer yang membuat Shaka yang baru datang langsung merasa terkejut.
"Ini ada apa sih pagi-pagi sudah ribut seperti ini," timpal Shaka yang tidak pernah suka melihat ibunya selalu direndahkan oleh Abang sedarahnya itu.
"Jangan ikut campur ini urusanku dengan ibumu," tandas Ameer yang membuat Shaka terdiam.
Atmosfer menegangkan kini mulai terasa di ruangan ini, bahkan Alma pun merasa kalau saat ini tatapan Shaka begitu berbeda, anak itu seperti tidak suka jika ibunya di pojokkan seperti ini, padahal Alma sendiri tahu kalau ibunya yang sudah sengaja menyuruh pelayan untuk tidak memberinya makan.
"Sudah jangan pernah menyudutkan Mama seperti ini, selama ini dia susah baik denganmu dan juga anakmu, kurang apa coba dia kepadamu!" geram Shaka dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Aku bilang diam! Diam, siapa yang suruh kamu untuk berbicara, di sini ibumu sendiri yang menyuruh ketiga pelayan ini untuk tidak memberi makan istriku, bahkan dengan sengaja ibumu itu melarang langsung istriku untuk makan," cetus Ameer yang membuat semua orang di sini terdiam.
Saat ini Shaka dan Marcello benar-benar tidak percaya jika wanita yang selama ini di kenal sebagai wanita penyabar dan lembut itu berbuat sesuatu yang kurang baik bahkan tidak pantas untuk di lakukan oleh seorang Sintia yang terkenal akan kebaikannya dan keramahannya kepada setiap orang.
"Kau jangan ngada-ngada Ameer mamamu tidak seperti itu," ucap ayahnya yang merasa tidak terima.
"Terserah, kalau begitu tanya kepada ketiga pembantu ini, kalau kalian tidak mau mengakui, akan kupastikan semuanya aku pecat secara tidak hormat!" ancam Ameer.
Saat ini Marcello sedang menatap ketiga pelayannya yang sedang menunduk itu, rasanya tidak mungkin pelayan yang begitu baik dan nurut dengan tuannya, mereka tidak pernah berbuat yang aneh aneh.
"Apa benar yang di katakan oleh anakku tadi?" tanya Marcello.
Sedangkan saat ini ketiga pelayan itu sedang menoleh ke arah Sintia, dan ketiganya itu mulai mendapatkan isyarat dari nyonya besarnya itu.
"Kami tidak pernah melakukan itu, dan bahkan kita bertiga sudah memberikan pelayanan yang terbaik, hanya saja istri dari Tuan Ameer menolak bahkan dia cenderung memaki kamu bertiga," sahut dari salah satu pelayan itu yang benar-benar membuat Alma membelalakkan matanya dengan sempurna.
Bersambung
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara