Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.
Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.
Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…
Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?
Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Masa lalu
Tatkala semua orang sibuk dengan keinginan masing-masing, waktu berjalan begitu cepat tetapi mereka masih berada dalam hal yang disebut kenikmatan sesaat. Bagaimana tidak?
Liliana menyaksikan puluhan orang yang memiliki keberanian untuk menaruh atensi atau bahkan menggoda wanita lain disaat sang istri di tengah membuat networking, tidak hanya itu. Acara dengan sajian minuman beralkohol ini menjadi penyebab beberapa dari mereka untuk menghilangkan kesadaran.
Gadis itu merasa mulai sesak dengan pemandangan yang menyusahkan pikirannya, ia memilih untuk keluar dari aula utama menuju balkon yang menghadap langsung ke pohon besar yang mengelilingi mansion ini.
Menyegarkan pikiran sekaligus menetralkan energinya, berkumpul dengan banyak orang dan mengharuskan ia berinteraksi lebih ekstra bukan salah satu gairah hidupnya. Helaan napas halus keluar dari mulutnya.
"Satu gelas," seru seseorang dari belakang membuat Liliana menolehkan kepalanya, ia melihat Kim menyerahkan satu gelas wine.
Gadis itu tersenyum sembari menerima gelas dari tangan Kim, sekilas ia membandingkan isi didalam gelasnya dengan milik Kim. Miliknya hanya seperempat dari isi gelas Kim, yang hampir tumpah.
"Aku penasaran dengan kebenaran waktu itu, bisakah kamu menjelaskan sebagai orang yang mengalami langsung?—" Kim meneguk setengah dari isi gelasnya lalu menatap Liliana dengan matanya yang tajam mirip mata seekor kucing.
"Tapi—bisakah kita tidak membahas itu, aku minta maaf Kim. Tapi tidak nyaman jika—"
"Jika aku membuatmu mengingat masa lalu?" Kim menyela perkataan Liliana.
Dengan memasang raut wajah datar, ia tampak mulai malas dengan sikap Liliana ini.
Kim menghela napas, sudah lama ia berharap mendapatkan penjelasan dari perempuan dihadapannya ini, tetapi Liliana memilih bersikap yang akan membuat Kim menyudutkan dirinya.
"Ana, sudah bertahun-tahun. Aku merasa benar atas keputusanku saat itu, membiarkan mu sendirian. Lalu, disaat kamu mengatakan maaf dengan raut menyebalkanmu itu—"
Kim menatap Liliana tajam sebelum menjawab, "Apa kau pikir aku tidak akan minta penjelasan?"
Liliana terdiam, genggamannya pada gelas wine kian mengerat. Ia menggigit bibir dalamnya, merasa cemas.
"Kim—"
Belum sempat Liliana menyelesaikan ucapan, perempuan dengan tindik di hidung itu membuka mulutnya, sedikit mendekatkan bibirnya pada telinga Liliana, "Jelaskan saja atau aku katakan pada semua orang jika kamu dan Lux hanya pernikahan kontrak."
Liliana refleks menjauhkan tubuhnya, ia membolakan matanya usai mendengar pernyataan Kim, ia sangat terkejut, "Ba-bagaimana kau tahu?"
Gadis itu menyakini bahwa Lucien sangat cerdas dalam merencanakan semua ini, bahkan ia rasa tidak akan ada satupun orang lain yang mengetahui hal ini. Ia pasti menyembunyikan dengan rapat.
Kim tersenyum sebelum meneguk habis minumannya, "Ahhh—"
Perempuan dengan pakaian serba hitam itu mengarahkan tubuhnya untuk menghadap Liliana, ia tersenyum sambil memiringkan kepala, "Ana, Lux memang cerdas, aku akui dia sangat pintar dalam apapun termasuk menyembunyikan hal ini. Namun, aku lebih nekat—"
Kim masih menatap dalam pada manik Liliana seolah mengatakan bahwa 'kau tahu aku, Liliana'
"So? What are you choose?" tanya Kim meminta penjelasan.
Liliana mengatupkan bibirnya cukup lama, dan Kim masih setia mengetukkan ujung jari jemarinya di atas pembatas besi yang menahan tubuh keduanya.
"Baiklah aku akan menceritakan semuanya dari awal," ucap Liliana lalu menghembuskan napas hangat.
Jantungnya mulai bedebar, jemarinya sedikit bergetar halus dibalik sapu tangan itu.
Kembali mengingat masa dimana Liliana masih merasakan berada dibangku sekolah, belajar bersama temannya. Masa smpnya termasuk yang paling ia kenang dan yang paling ia lupakan.
Liliana cukup populer saat itu, ia cantik dan pintar. Siapapun akan berusaha mendekatinya, terutama laki-laki. Awalnya Liliana merasa tidak diasingkan, ia punya beberapa teman yang baik. Dan Kim menjadi salah satu teman terbaiknya saat itu, ketika satu meja di kelas 1 SMP.
Semuanya berjalan baik sebelum hari itu...
Hujan deras mengguyur sekolah Bina Bangsa, semua orang meneduh digedung utama kecuali mereka yang dijemput dengan mobil.
Namun, Liliana masih berada dikelas, mengerjakan beberapa tugas. Hingga seorang pria mendatanginya, ia tidak tahu siapa pria itu.
"Hai, Lili mau bantu aku nggak?"
"Kenapa ya?"
"Aku mau cari referensi buku diperpus soal sejarah tapi aku bingung harus pilih yang mana, bisa bantu pilihkan?"
Liliana mengangguk, ia menutup bukunya dan beranjak dari kursi. Keduanya berjalan bersama menuju perpus melewati lorong.
Setibanya disana, perpustakaan kosong. Waktu hujan seperti ini penjaganya kemungkinan sudah pulang, hanya mereka berdua. Pria itu menutup pintunya.
"Ayo!" ajaknya langsung menarik lengan Liliana.
"Jadi pacarku, Lili."
"Apasih, gak mau!" Liliana yang saat itu bertubuh sangat kecil mendorongnya jauh, ia berusaha lari.
Namun, tubuhnya ditangkap oleh pria itu. Memeluk nya sekuat tenaga. Liliana merasakan tubuhnya menempel dengan pria itu, perasaanya mulai takut, matanya bergetar menahan tangis.
"Lepasin!"
Ia berusaha menginjak bagian kaki kemudian memukul dengan lutut diarea sensitif pria. Sampai gadis itu berhasil keluar dari perpustakaan tapi saat diluar, ia masih tarik kedalam pelukan oleh pria yang tidak pernah ia tahu wajahnya.
"Jangan lari!"
Hingga dua orang mendapatkan keduanya tengah berpelukan. Kim bersama temannya, Kim menatap tajam kearah Liliana, sementara pria itu langsung melepas tubuh Liliana, dan berlari kabur.
"Aku minta maaf, aku kesulitan untuk mengingat itu, aku kesulitan untuk menceritakan kepadamu." Liliana menunduk, tangannya menggenggam kuat gelas wine, saking kuatnya seolah terasa akan pecah.
"Dan saat itu aku juga tidak tahu, dia pacar kamu," ucapnya usai. Ia menarik napas pelan beberapa kali guna menetralkan jantung nya yang berdetak hebat. Kali ini Liliana tidak bisa menyembunyikan getaran kecil dari jemarinya.
"Sorry."
Kim menatap Liliana dengan cermat, ia menyadari tetapi memilih diam, "Setidaknya kalian mendapatkan hal yang sepadan."
Kepala Liliana tertoleh, keningnya berkerut dengan raut wajahnya mempertanyakan kalimat itu. Liliana merasa masih tidak adil atas bullyan yang dia terima setelah hari itu, tapi melihat sakit hati Kim pun ia tidak sepenuhnya menyalahkan keadaan.
Namun bukan itu yang menjadi perhatian lebihnya, ia mempertanyakan maksud dari Kim, kalian yang dia maksud ialah Liliana dan? Pria itu?
Kim menatap keatas, mengagumi gerakkan gelas wine yang menari-nari diudara, memantulkan cahaya bulan yang terang ditengah kegelapan, "Sesuatu yang pantas didapatkan oleh pria itu, kalau kamu tahu kamu pasti akan sangat berterimakasih kepada ku, Ana."
"Apapun itu, aku sudah tidak ingin berurusan dengan mereka," sambung Liliana. Matanya mulai menengadah keatas.
Kim berhenti menggerakkan gelas, ia beralih menata Liliana, "Bagaimana dengan ku? Kau masih berurusan dengan ku?"
"Sesuatu yang terpaksa tidak bisa ditolak, Kim." Liliana tersenyum, sebelum melanjutkan, "Ku harap kau menjaga yang kau ketahui barusan."
"Bersyukurlah—" Kim tertawa kecil, ia menjeda kalimatnya lalu berbisik, "Aku bukan musuh, Lux." Setelah melontarkan kata itu, ia membalikkan tubuhnya lalu melenggang pergi.