Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Perjalanan dilanjutkan ke Gunung Zhuo Yan, dikenal sebagai gunung yang tidak pernah padam. Lava mengalir seperti sungai merah membara. Udara begitu panas, hingga Bo Zhi menjulurkan lidah sepanjang jalan.
“Aku... akan jadi harimau panggang kalau begini terus.” keluh Bo Zhi
Shuwan menutupi tubuhnya dengan segel pelindung es yang ia pelajari dari hutan cahaya. Namun bahkan segel itu pun mulai mencair saat mereka semakin dekat ke puncak.
Tiba-tiba, langit bergemuruh. Api membentuk sosok burung raksasa bersayap merah keemasan. Matanya seperti bara, dan tubuhnya dikelilingi lingkaran api abadi.
“Phoenix Api…,” gumam Shuwan.
Makhluk itu melayang di udara, kemudian menukik, menyerang!
Shuwan mengayunkan pedangnya, memotong lidah api. Namun Phoenix hanya berputar dan membakar tanah di sekitar.
Bo Zhi bersembunyi di balik batu, menjerit, “Aku bukan daging bakar! Aku vegetarian!”
Shuwan meneriakkan jurus, “Cahaya Abadi. Tebas Langit!”
Namun, api Phoenix terlalu kuat. Serangan itu hanya membuatnya murka. Ia mengeluarkan semburan api ke seluruh arah, dan sayapnya membakar langit.
“Tidak bisa hanya pakai kekuatan! Aku harus bicara dengan jiwanya…”
Shuwan menancapkan pedangnya ke tanah. Ia berdiri diam, membuka pikirannya.
“Aku tidak ingin melawanmu. Aku ingin belajar darimu.”
Phoenix melayang, matanya menyipit.
“Aku telah membakar banyak yang mencoba mendekatiku. Apa yang membuatmu berbeda?”
Shuwan menjawab tegas, “Karena aku tahu, kekuatan sejati bukan soal membakar... tapi menghangatkan. Kau bukan penghancur. Kau penjaga.”
Phoenix Api bergetar. Cahaya dari tubuhnya mulai berubah lembut.
“Sudah lama… tak ada yang berkata seperti itu…”
Phoenix terbang mengelilingi Shuwan, lalu mendarat di hadapannya. Tubuhnya mengecil, menjadi seekor burung api seukuran elang. Ia membuka paruhnya dan dari dalamnya keluar sebutir inti api abadi.
“Terimalah. Tapi ingat… api bisa jadi penerang, atau jadi kutukan.”
Shuwan mengambilnya perlahan. Inti itu menyatu ke dalam tubuhnya. Aura Shuwan kini menyala—cahaya campuran langit dan api.
Bo Zhi mendekat sambil menjilat sayap Phoenix kecil itu.
“Boleh aku tumpang tidur di bawah bulu hangatmu malam ini?” tanya Bo Zhi
Phoenix mencubit kuping Bo Zhi dengan paruhnya. “Hanya jika kau tidak kentut di bulu ekorku!”
Shuwan tertawa. “Kalian berdua... cocok jadi duo sirkus.”
...----------------...
Langit di atas lembah tampak kelabu, seolah ikut murung menyambut suara langkah kaki Shuwan yang mendekat ke pelataran pelatihan utama. Setelah berhasil menyatukan api dan es dalam dirinya, dan menyaksikan kepergian Burung Salju, Shuwan seperti dilahirkan kembali—lebih kuat, namun juga lebih sadar akan beban di pundaknya.
Pelatihan satu bulan belum selesai, tapi tanda-tanda dari langit menunjukkan bahwa waktu mereka tidak panjang. Di sekelilingnya, pasukan muda Cahaya yang dilatih .
“Cahaya di tubuhmu sudah utuh, tapi kini bayangannya harus kau pahami,” ujar Lianhua sambil menyerahkan sebuah batu hitam.
“Bayangan?” tanya Shuwan
“Dulu, ibumu adalah pemilik kekuatan cahaya suci. Tapi tak banyak yang tahu, bahwa ia juga menyimpan kekuatan bayangan. Tak semua kegelapan jahat, Shuwan.” jawab Lianhua
Shuwan memandang batu itu dalam. “Apa yang harus kulakukan dengannya?”
Lianhua tersenyum tipis. “Masuklah ke dalamnya.”
Begitu tangannya menyentuh batu itu, tubuh Shuwan tersedot ke dalam ruang gelap penuh pantulan wajah dirinya sendiri—marah, takut, tertawa, menangis.
Tapi yang paling menonjol, adalah satu bayangan dirinya yang tersenyum dingin, penuh luka, namun kuat.
“Aku adalah sisi lainmu,” ucap bayangan itu.
“Jika kau ingin menjadi pelindung dunia, jangan hanya menari dalam cahaya. Peluklah luka yang membentukmu.” ujar bayangan itu lagi
Pertarungan batin terjadi—bukan melawan, tapi menyatukan. Shuwan harus menerima bahwa bagian tergelap dalam dirinya adalah juga kekuatannya. Ketika ia membuka mata, batu hitam telah berubah menjadi kristal perak.
“Dia berhasil...” bisik Lianhua pada Bo Zhi
Namun sebelum sempat merayakan keberhasilan itu, burung elang hitam terbang rendah, menjatuhkan gulungan pesan dengan stempel merah:
“Markas Utara diserang. Penyerang mengenakan jubah hitam berlambang Phoenix terbalik.” pesan dari Han Juan
"Terjadi kekacauan di istana, kau harus pulang yang mulia putri kami membutuhkanmu. Disini banyak kejadian aneh yang kaisar rasa hanya yang mulia putri yang bisa memecah semua ini" ujar Han Juan lagi.
Shuwan menggenggam kristal erat. “Pertarungan sesungguhnya... sudah menunggu.”
Shuwan menatap harimau kecilnya. “Kita belum sempat tidur siang ya…”
"Kau saja aku mau tidur, tidak lihat kah tubuhku jadi jelek karena perubahan cuaca berkali kali dari dingin ke panas hingga buluku keriting" ujar Bo Zhi lalu ingin meninggalkan Shuwan
"Hehehe.... Baiklah jika kau tidak mau aku akan pergi sendiri saja tapi jangan menyesal jika tak ku beri makan yang ku buat, bagaimana jika aku pergi dengan harimau putih saja siapa namanya.... Ah iya.... Baihu" ujar Shuwan
Bo Zhi yang mendengar nama itu pun langsung menerjang Shuwan pelan dan menggit kecil lengan Shuwan dan membut Shuwan tertawa terbahak
"Jika kau menyebut nama si sombong itu lagi aku akan benar benar menggigit mu" kesal Bo Zhi
Dengan tawa kecil yang diselimuti tekad besar, Shuwan Lian, sang gadis dengan kekuatan tiga elemen, kembali ke dunia—membawa cahaya dari dalam abu, dan tawa kecil di tengah petaka yang akan datang.
Lianhua yang melihat keduanya hanya bisa tertawa saja sembari menatap langit.
"Han Jian... Putrimu sudah dewasa dan kuat sepertimu, semoga kau tenang di sana, aku akan mendampinginya. Terkadang aku tidak bisa menebak apa yang kau pikirkan, kau sebenarnya tau dengan apa yang akan terjadi tapi kenapa kau tidak coba mencegahnya" gumam Lianhua sedih
Dan tiba tiba terdengar suara yang lembut dan juga halus, "Karena aku tidak mau melawan takdir... Jika aku melawanya putriku akan menerima kutukan itu" ujar suara itu sangat halus
Lianhua yang mendengar itu sangat kaget ia mencari cari asal suara tapi tidak ada.
"Han Jian aku tau kau tidak pergi kau masih bersama kami" ujar Lianhua tersenyum haru
Setelah itu Lianhua pun menghilang dari sana karena ia ingin mengawasi Shuwan.
Sedangkan Shuwan sudah sampai di depan istana, ia datang menggunakan teleportasi yang ia pelajari kemarin.
jika menggunakan jalan normal itu akan membuat lama membuang waktu
Saat penjaga melihat Shuwan mere langsung memberi hormat.
"Selamat datang yang mulia putri, senang melihat putri telah kembali" ujar para penjaga disana memberi hormat
"Bangunlah paman.... Terima kasih sambutannya, senang bisa kembali. jika begitu aku masuk dulu paman" ujar Shuwan lalu masuk ke dalam istana.
Sepertinya di istana kaisar sedang mengadakan rapat darurat, Shuwan yang melihat aura yang ada di ruang itu menyipitkan matanya.
"Putri... Sepertinya ada aura hitam disana" ujar Bo Zhi yang saat ini menjadi hiasan baju Shuwan.
"Wah saat di istana kau jadi sopan padaku, biasanya kau panggil aku dengan nama saja" ujar Shuwan mencibir Bo Zhi
"Kita sedang di istana dan status mu seorang putri, jika ada uang dengar aku memanggilmu Shuwan akan terlihat aneh. Sedangkan di luar kita ini saudara satu perjuangan" jawab Bo Zhi
"Oh begitu baiklah baiklah, aku mengerti, kau sangat manis aku makin sayang padamu" ujar Shuwan menggoda Bo Zhi
Bo Zhi jadi malu mendengar itu," Sudah cepat masuk, aura itu sangat menjijikan jika terlalu lama ayahmu dan yang lainya akan terkena aura itu" ujar Bo Zhi
"Baiklah" ujar Suwan lalu masuk kedalam ruang rapat.
Saat pintu terbuka semua orang memandang Shuwan dengan pandangan berbeda beda. Sedangkan sang ayah yang melihat sang putri telah kembalikan pun berdiri dan turun dari Singgah sananya mendekati Shuwan.
"Putriku... Kau telah kembali" ujar Kaisar Shen lalu memeluk sang putri
"Tentu ayah, putrimu kembali. Pertama karena rindu ayah dan lainya yang kedua karena Shuwan harus memusnahkan orang orang seperti ini" ujar Shuwan lalu melayangkan kekuatan nya pada seorang Mentri.
Semuanya terkejut dan tiba tiba keluar iblis dari tubuh Mentri itu, Shuwan langsung terbang dan membiasakan Padang kecilnya untuk menghancurkan iblis itu.
Seketika terjadi ledakan di tubuh iblis itu dan juga sang Mentri lalu mereka menjadi abu.
"Dia mengabdi kepada iblis itu untuk membuat kalian lupa segalanya dan mengikutinya" Jelas Shuwan semua yang mendengar itu sangat shock.
Apa lagi mereka melihat sendiri bagaimana wujud siluman itu, udara yang tadinya suram menjadi bersinar.
"Tolong kalian semua cepat kembali dan tong kurung semua anak kecil dan juga gadis muda. Tetaplah di dalam rumah jangan keluar sampai aku menyuruh kalian keluar" ujar Shuwan.
Mendengar itu mereka pun pamit dengan tergesa gesa
Bersambung