Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas
Bu Airin sudah bisa rawat jalan. Meskipun masih menggunakan kantong kateter, tapi beliau memilih untuk pulang.
"Aku sudah menyiapkan rumah untukmu dan Tante Airin. Di sana juga sudah ada asisten rumah tangga yang tinggal di sana." ujar Kalandra dengan mendorong kursi roda Ibu Airin.
Mereka naik di mobil Vellfire menuju rumah yang sudah disiapkan Kalandra untuk Alana. Selain karena sebentar lagi mereka menikah, kesehatan Bu Airin yang mengharuskan beberapa kali harus kontrol membuat Zayn dan Ambar meminta Kalandra untuk mencarikan rumah sementara untuk mereka agar tidak harus lelah di perjalanan.
"Nak Kai, aku titip Alana. Kita tidak tahu umur Mama sampai kapan." suara Airin memecahkan kesunyian diantara mereka. Bahkan, Kalandra yang duduk di bangku sebelah sopir itu pun menoleh.
" Apa Mama Airin masih merasa sakit?" tanya Kalandra yang mengkhawatirkan jika calon mertuanya masih merasa sakit, atau sesuatu yang luput dari pantauan dokter.
"Nggak, hanya saja Mama sering mimpi bertemu Papa Alana."
" Mama hanya merindukan Papa." sergah Alana. Dia seolah tidak terima jika usahanya selama ini sia-sia. Dia belum siap jika kehilangan mamanya.
Airin tersenyum menatap Alana yang terlihat ingin marah dan menangis. Dia sangat mengenal putrinya itu. Keras kepala tapi selalu mengedepankan perasaan.
" Mama akan baik-baik saja. Kondisi seperti ini akan segera selesai, jika Mama rajin minum obat." lanjut Alana. Mamanya memang masih mengenakan kantong kateter dan kesulitan saat buang air besar.
Jika saja Mama Airin tidak memendam rasa sakitnya berlama-lama mungkin tidak akan separah ini keadaannya. Airin memang tidak pernah bercerita pada Alana jika rasa sakit di pinggangnya sampai membuat salah satu kakinya merasa nyeri saat digunakan berjalan.
"Belajarlah jadi istri yang baik, yang namanya rumah tangga itu nggak harus selalu soal cinta, ada juga di sana sebuah komitmen yang harus di pertanggung jawabkan." ucap Airin dengan suara lirih. Tapi sempat di dengar oleh Alana, Kalandra dan sopir.
" Perasaan itu naik turun, tapi kamu harus punya pegangan selain cinta." lanjut Airin membuat Alana meremas genggaman tangannya kemudian menatap Kalandra dari belakang. Perasannya menjadi campur aduk.
Suasana kembali hening, tapi mobil masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar tapi punya halaman yang cukup hijau.
" Rumahnya tidak terlalu besar, tapi bisa untuk Mama Airin menghirup udara segar di pagi hari." suara Kalandra membuat Alana kembali menatap Kalandra. Tapi pria itu tidak memperhatikan sosok di belakangnya sama sekali.
Kalandra langsung keluar dan membuka pintu di sebelah Airin. Sopir pun segera menyiapkan kursi roda dan Kalandra sendiri langsung mengangkat Airin ke kursi roda.
" Terima kasih, Nak."ucap Airin dengan lembut. Dari caranya bicara bisa terlihat jika wanita itu punya latar belakang keluarga priyayi.
Alana terus saja menatap Kalandra dari belakang. Ada rasa bersalah pada pria itu saat dia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Tapi cinta itu tidak mudah untuk dibuangnya dari hati.
Mungkin Kalandra mengatakan rumah satu ini mereka masuki tidaklah besar. Tapi, bagi Alana rumah ini sangat lega untuk mereka tempat.
" Antar Mama Airin untuk masuk ke dalam kamar!" titah Kalandra pada Asisten rumah tangganya.
" Baik, Pak." ucap Bu Yanti, sang asisten rumah tangga.
" Ada yang ingin aku bicarakan, Ay!" ucap Kalandra menahan Alana yang akan menyusul ibunya.
" Ada apa?" tanya Alana yang di jawab dengan gerakan Kalandra yang mempersilahkan Alana untuk kembali duduk.
"Aku sudah menuliskan cek yang bisa kamu cairkan kapan saja dengan nominal dua belas milyar." ucap Kalandra membuat Alana menatap heran Kalandra. Pria itu ternyata benar-benar menghargai tanahnya dengan angka yang sangat fantastis itu.
" Kamu yakin dengan angka dua belas milyar?" tanya Alana penuh dengan keraguan.
" Sangat yakin, kamu tahu kan, jika aku tidak pernah mengingkari omonganku?" Kalandra kembali meyakinkan lagi jika uang segitu tidak ada artinya untuk Kalandra.
"Biaya pengobatan Mama?" tanya Alana yang tahu pengobatan mamanya tidaklah sedikit.
" Itu sudah tanggunganku. Simpan saja uang itu! Suatu saat kamu membutuhkannya." ucap Kalandra.
Alana pun mengambil cek dengan tersenyum. Dia mungkin akan membutuhkan ini suatu saat jika Kalandra sudah membuangnya.
" Semua akan di urus oleh notaris, kamu tinggal tanda tangan saja." lanjut Kalandra saat Alana menatapnya.
" Boleh aku pulang sebentar, karena ada barang-barang pribadi yang harus aku bereskan di rumah kecil itu.
" Boleh saja. Mama Airin bisa dijaga asisten rumah tangga untuk sementara waktu." lanjut Kalandra.
Kalandra pun pamit, masih ada beberapa urusan pekerjaan yang harus dia selesaikan. Pria itu pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
" Terima kasih..."
" Mas..."
Suar Alana langsung membuat Langkah pria itu terhenti, Kalandra hanya mengangguk tanpa menoleh sama sekali.
Melihat sosok itu terus melangkah, Alana merasa kesal begitulah Kalandra kadang sikapnya sulit di tebak olehnya.
Tapi semua itu tidak lantas membuatnya marah. Dia tulus mengatakan itu ,karena biar bagaimanapun Kalandra sudah banyak membantunya.
####
Kalandra tersenyum sendiri, saat panggilannya kini berubah menjadi ' Mas' . Sekeras apapun gadis yang akan menjadi calon istrinya dia tetap punya rasa berterima kasih.
Pria itu berdiri di dekat jendela saat ingin menghilangkan kejenuhan pekerjaannya itu, Kalandra juga sedang memikirkan Alana.
Bukan tanpa pertimbangan dia memilih dan menerima Alana sebagai istrinya. Meskipun dia tahu Alana masih mencintai pria di masa lalunya itu,tapi tidak mengurungkan niatnya menjadikan Alana istri.
Selain punya kredibilitas yang tinggi sebagai istri Kalandra, Alana juga orang yang bertanggung jawab, dia pasti akan menjaga komitmen sebagai seorang istri.
Sebuah ketokan pintu terdengar. Membuat Kalandra menoleh. Ternyata Nisa, sekretarisnya yang akhir-akhir ini menahan cemburu.
" Besok malam ada jamuan bersama klien, Pak." ucap Nisa masih berusaha tersenyum manis.
" Di restoran Nishimura. Apa bapak akan pergi sendiri atau saya perlu menemani bapak?" tanya Nisa. Dia berharap Kalandra akan mengajaknya. Setiap jamuan makan malam bersama kolega, Kalandra selalu mengajak gadis itu.
Bahkan, saat pertama kali mereka berkencan dan menghabiskan malam bersama, itu karena jamuan dan pertemuan bersama klien hingga mereka berakhir di tempat tidur karena mabuk.
" Jam berapa acaranya?" tanya Kalandra.
" Jam delapan, Pak." jawab Nisa dengan tatapan penuh harap.
Dia sudah sangat merindukan Kalandra, aroma tubuhnya , keringatnya yang selalu menggoda dan tubuh atletisnya yang membuat gairah gadis itu meledak-ledak.
" Aku akan pergi sendiri. Setelah itu aku ada urusan pribadi dan mungkin aku baru bisa datang ke kantor besok sore." jelas Kalandra panjang lebar membuat Nisa menelan kembali rasa kecewanya.
Ternyata pesonanya sudah tidak bisa membuat pria itu menginginkannya lagi. Ada rasa sedih dan kecewa dalam hati gadis itu, hingga akhirnya Nisa meninggalkan ruangan bosnya itu.
Seperti terbuang begitu saja, padahal pria itu sudah menikmati setiap sisi tubuhnya. Baginilah menjadi dirinya, seperti tak berharga meskipun sekarang dia punya banyak uang dan materi.
lnjt kak..