Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 8
Shaka mulai mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah itu, jujur saja, Alma merasa tidak enak karena satu keranjang kue itu harganya hanya dua ratus ribu saja, akan tetapi lelaki di depannya itu malah melebihi dari jumlah yang seharusnya.
"Kak, ini kebanyakan," ucap Alma.
"Gak apa-apa ambil saja, ini apresiasi aku untukmu, di jaman yang seperti ini kebanyakan para gadis cantik seperti mu melakukan jalan yang instan untuk mendapatkan uang," ujar Shaka begitu bijak di dengar.
"Tapi Kak, aku tidak bisa menerimanya," sahut Alma.
"Sudah terima saja, dan pergunakan uang itu dengan baik, oh ya, ngomong-ngomong kau tidak mau daftar kuliah?" tanya Shaka yang membuat hati Alma berdesir.
Jangankan untuk kuliah biaya SMA saja Alma masih banyak menunggak, padahal ayahnya rutin sekali mengirim biaya sekolah, dan Alma pun tidak mau ambil pusing, makanya dia usahakan untuk berjualan agar bisa membayar separuh dari biaya tersebut.
"Heeeemb, aku gak tertarik untuk kuliah Kak, mungkin setelah ini aku fokus dengan jualanku dulu," sahut Alma dengan senyum masamnya.
"Kenapa harus begitu bukannya kuliah itu penting untuk menyongsong masa depan kita, selagi kita bisa kita usahakan saja untuk mendaftar dulu," ujar Shaka sedang kedua temannya hanya melihat saja, tidak seperti biasanya sahabatnya itu peduli dengan urusan cewek.
"Kayaknya, Tuan muda kita mulai tertarik nih dengan si Alma," bisik Edo kepada Ferdi.
"Mungkin saja, kita lihat nanti ya," sahut Ferdi.
Sedangkan saat ini Alma hanya terdiam dia tidak tahu harus berkata apa, baginya bisa hidup damai dan di terima oleh keluarganya saja itu hal yang sangat luar biasa, dia tidak pernah menginginkan hal lebih dari cinta keluarga yang tidak pernah dia dapat sama sekali.
"Alma kenapa kau diam!" tanya Shaka.
"Heeeemb, kayaknya aku gak bisa kak, mungkin yang saat ini yang aku butuhkan hanyalah ....." Alma pun tidak mampu untuk mengutarakan perasaannya.
"Hanya apa Alma?" tanya Shaka.
"Hanya, cinta dari keluargaku, aku tidak pernah meminta lebih dari itu Kak, mungkin satu sekolah sudah tahu aku ini siapa? Maka dari itu sejak dulu aku tidak pernah punya teman," sahut Alma.
"Iya sih aku tahu, bahkan pada waktu itu ada seorang cewek yang dengan lantangnya mengatakan kamu anak pelakor, dan sebenarnya pada waktu itu aku kagum dengan kegigihan hatimu, kamu masih tetap bersekolah tanpa peduli pandangan teman-temanmu," ucap Shaka yang merasa kagum.
"Makasih banyak ya Kak, dan memang itulah kenyataan hidup yang harus kita hadapi, terkadang kita merasa tidak adil, akan tetapi aku yakin di balik ujianku selama ini pasti nantinya akan ada ujung yang indah seperti warna pelangi," ujar Alma dengan senyum yang penuh harapan.
Entah kenapa ucapan gadis dihadapannya itu membuat hatinya merasa tertampar, dari dulu dia selalu bersikap acuh terhadap sang Kakak yang notabennya satu ayah dengannya, padahal kakaknya itu begitu menyayanginya meskipun dia sangat membenci ibunya yang menjadi duri di dalam rumah tangga ayahnya dengan istri pertamanya.
'Alma kita ini sama ... Sama-sama anak dari pelakor, hanya saja kita beda nasib, aku malah di sayang oleh kakak sedarahku, tapi aku tidak suka dengannya karena membenci ibukku,' batin Shaka yang terlihat begitu egois.
Tanpa terasa Ferdi dan kawan-kawannya merasa sudah cukup bersantai di taman kota, mereka pun mulai melanjutkan kembali perjalanannya untuk sekedar mencari tempat tongkrongan saja.
"Alma, ya sudah kalau begitu kita pamit dulu," ucap Ferdi.
"Iya nih aku pamit dulu, oh ya btw kamu setiap hari selalu berjualan di sini?" tanya Shaka.
"Iya Kak," sahut Alma.
"Baik, sampai jumpa besok," ucap Shaka sambil melambaikan tangannya.
*******
Pagi ini Alma bisa pulang cepat, kaki kecilnya menari-nari bahagia diatas jalan trotoar, gadis remaja itu seperti menemukan bongkahan harta karun, karena baru kali ini dirinya merasakan jualannya di borong oleh teman satu sekolahan.
"Aku tidak menyangka, ternyata mereka bertiga baik banget, casingnya saja terlihat cuek dan dingin pasangan aslinya mereka itu peduli banget," ujar Alma sambil menapaki jalanan trotoar.
Saat ini langkah kaki Alina sudah sampai di depan pintu gerbang rumahnya, senyum masam mulai terbesit di sudut bibirnya, di karenakan tatapan bengis itu susah datang kembali, hanya melihat kopernya saja rasa khawatir dan ketakutan Alma sudah mulai mendarah.
"Rupanya mereka sudah pulang," gumamnya sendiri, sambil masuk ke dalam kamarnya.
"Alma ...!" panggil Dian ketika tahu Alma sudah pulang sepagi ini.
"Kamu sudah pulang jualan?" tanyanya dengan nada merendahkan.
"Iya Bu," sahut Alma.
"Baiklah, kalau begitu bawa koper-koper ini ke kamar kita masing-masing," perintah Dian sedangkan Alma hanya mengangguk tanpa berani membantah.
Gadis itu langsung menggeret dua koper itu, dan di letakkan ke kamarnya masing-masing, setelah itu Alma mulai kembali ke ruang tamu, di mana di situ diletakkan sebuah makanan khas dan juga beberapa oleh-oleh lainnya yang berjajar diatas meja, gadis itu hanya bisa menatap tanpa berharap diberi, karena dia tahu, ibu dan saudaranya tidak mungkin akan memberinya buah tangan.
"Kenapa lihat-lihat kamu mau salah satu dari makanan ini, atau baju-baju yang habis kita beli?" tanya Serli.
Sedangkan Alma hanya diam saja, dia tidak tahu pertanyaan dari kakaknya itu jebakan atau sungguh-sungguh, akan tetapi gadis itu berani untuk mengeluarkan suaranya, karena tidak ingin terjadi drama yang ujung-ujungnya menyakiti hati.
"Maaf, Bu, Kak Serli aku pamit ke kamar dulu ya," sahutnya untuk mengalihkan dari pertanyaan tadi.
""Eh ... Eh ... Tunggu dulu, tugasmu belum selesai, kasih dulu kue-kue ini ke tetangga, bilang saja ini oleh-oleh dari kami," perintah Dian yang sengaja ingin melihat gadis itu bekerja dan bekerja sampai hatinya puas.
Alma pun mulai membawa kue-kue itu untuk di bagikan ke tetangga-tetangganya, satu persatu Alma mulai mendatangi rumah tetangganya, mereka pun menatap Alma dengan tatapan mengejek, mungkin mereka menjadi saksi betapa jahatnya mendiang ibu Alma, sehingga kebencian itu di lampiaskan kepada anak yang tidak bersalah itu.
"Selamat pagi Tante, ini ada oleh-oleh dari Ibu," ucap Alma.
"Oh ya taruh saja, diatas meja, memangnya ibumu habis dari mana?" tanya Nia.
"Dari luar kota Tan," sahut Alma.
"Kamu diajak gak?" tanyanya basa-basi.
"Enggak," sahut Alma.
"Ya baguslah, itu berarti otak ibumu masih berfungsi dengan baik, mana ada dia mau ngajak kamu senang-senang, kamu juga harus pandai-pandai bersyukur, karena sudah di rawat sama Ibu Dian, dia itu wanita baik-baik yang kebahagiaannya di rusak oleh ibumu, jadi sebagai anak kau harus tahu diri ya," ujar Nia yang membuat hati Alma menjadi teriris.
"Makasih Tante atas masukannya, tapi maaf, sebelum Tante berbicara seperti itu, aku sudah cukup tahu diri, dan rasa berterimakasih kepada ibu yang sudah merawatku, aku hanyalah seorang anak yang tidak bisa memilih untuk di lahirkan di rahim siapa? Jadi aku mohon sama Tante, stop mengatai ibu saya seperti itu, dia sudah tenang di syurga, biarkan saja saat ini saya yang membayar karmanya, dan tolong jangan pernah hina dia di depan mataku," sahut Alma dengan tatapan nyalang.
Bersambung .....
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara