Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceraikan Aku
"Om!" panggil Lika. Ia mengekori Evan.
"Aku mau tidur!"
"Ceraikan aku dulu!" desaknya.
Bugh,
Pintu pun ditutup.
Merasa kesal, Lika menggedor-gedor pintu. Ia masih bicara malah ditinggal begitu saja.
"Astaga!" Evan kesalnya minta ampun. Ia kembali membuka pintu. "Sudah malam, kenapa kamu berisik sekali?"
"Aku cuma ingin om menceraikanku!" ia hanya ingin itu saja.
"Aku sudah mengantuk." ucap Evan. Hari ini ia sangat letih sekali.
Sebenarnya Evan juga tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi jika mereka bercerai, ia akan dua kali jadi duda. Tapi menerima pernikahan dengan si Malik?
Evan juga merasa enggan. Kehidupan pernikahan seperti apa yang akan mereka jalani nantinya. Lika bukan tipe wanitanya.
Pria itu benar-benar bingung dengan jalan hidupnya. Belum lagi bagaimana tanggapan papa dan mamanya.
Lika menggerutu melihat Evan tidak menanggapi ucapannya tentang perceraian.
"Aku tidur di kamar, om di luar!" Lika pun memilih masuk kamar dan mendorong tubuh yang lebih besar darinya.
"Kamu yang tidur di sofa, ini kamarku!"
"Enak aja! Om saja yang tidur di sofa!"
Kedua pengantin baru itu saling dorong-dorongan. Tidak ada yang mau mengalah.
"Ihhh!" Lika mengeluarkan jurus andalannya.
"Aww!" Evan kesakitan. Wanita itu mencubit perutnya.
Begitu Evan kesakitan, lalu Lika mendorong dengan kuat dan,
Bugh,
Pintu pun ditutup. Lika tersenyum penuh kemenangan.
"Astaga!" Evan mendengus kesal. Ia diusir dari kamarnya sendiri.
Evan memegangi dadanya. Ia harus sabar menghadapi bocah menyebalkan itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Saat tengah malam, seorang paruh baya masuk ke sebuah kamar. Ia melihat anaknya tertidur dan ia membenarkan selimut.
Matanya menuju ranjang yang lain, tidak ada putri sulungnya di sana.
Ayah mengusap sudut matanya, ia sangat sedih sekali.
Beberapa hari yang lalu putrinya masih bersamanya, tapi kini Lika telah pergi. Putrinya seperti dirampas darinya.
Sebenarnya ayah sangat sedih saat menikahkan Lika. Menikahkan anaknya dengan terpaksa seperti itu. Seharusnya pernikahan putrinya hal yang bahagia tapi, malah begini.
'Lika, ayah rindu kamu.' batinnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika membuka mata dan mengedarkan pandangan. Sejenak diam mengumpulkan jiwa raga.
Wanita itu menarik nafas panjang dan membuangnya pelan.
"Awas kau Ratna!" Lika langsung bangkit dan berlari ke kamar mandi. Ia akan menemui Ratna dan membuat perhitungan.
Setengah jam berlalu, Lika keluar kamar dan melihat di sofa pria itu tidur sambil melungker.
"Dasar kebo!" cibir Lika. Sudah jam segini masih molor.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Lika ke dapur dan membuat teh. Ia biasa minum teh, baru keluar rumah.
Setelah minum teh, ia menghampiri Evan yang masih tidur.
"Om, bangun! Om, bangun!"
Evan memang kebo, tidak mau bangun-bangun juga.
"Gempa-gempa! Om, gempa!" teriak Lika di samping Evan.
Dan cara Lika berhasil, Evan tersentak bangun dan bangkit. Ia akan berlari keluar dan,
"Hahaha, om-om." Lika tertawa melihat wajah panik Evan. Lucu sekali.
"Malik!" pagi-pagi Evan dibuat emosi oleh bocah itu. Ia berbalik dan menyentil kening Lika.
"Awww sakit, om." Lika memegangi keningnya.
"Kamu!" Tunjuk Evan. Candaan Lika tidak lucu. Bangun-bangun dibuat panik. Jantungnya hampir copot.
"Mau ke mana kamu?" tanya Evan melihat Lika sudah mandi dan berpakaian rapi.
"Aku mau menemui Ratna. Mau ku cincang dia, om!" Lika meremat tangannya. Ia geram sekali dengan temannya itu.
"Pergilah!" usir Evan. Ia butuh ketenangan.
"Om, pinjam dulu seratus!" Lika mengulurkan tangan. Ia sedang tidak punya uang, tas yang berisi dompet dan ponsel sudah hilang.
Evan melihat dengan wajah aneh, Lika berani-beraninya meminjam uang dengannya.
"Nanti aku kembalikan loh, om!" desak Lika. Apartemen ini mewah, tidak mungkin Evan tidak punya seratus.
"Aku tidak punya uang." ucap Evan. Ia tidak punya cash.
"Ihhh miskin!" cibir Lika. Pria itu gayanya saja yang elit hidupnya ternyata sulit.
Tanduk Evan muncul mendengar itu. "Apa kamu bilang?"
"Om miskin, masa pinjam seratus saja tidak punya." ucap Lika pelan.
"Aku tidak miskin, aku hanya tidak punya uang cash!" Evan mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan kartu atm dan memberikan pada Lika.
Diberi kartu atm membuat Lika bingung. "Tinggal kamu gesek saja, pinnya tanggal lahirku."
"Berapa?" tanya Lika. Ia tidak tahu tanggal lahir pria itu.
"28089x."
"Ihhh, om sudah tua." ucap Lika. Usia mereka berjarak 13 tahun.
Dibilang tua Evan makin kesal. "Aku tidak tua. Aku itu pria dewasa yang tajir dan mapan!"
"Tapi om tetap lebih tua dariku!" ledek Lika sambil menjulurkan lidah dan berlari kabur.
"Astaga! Sabar-sabar!" berusaha tenang menghadapi bocah itu.
Saat akan keluar, Lika menahan langkahnya. Ia mengingat David dan mendadak takut.
Bagaimana saat keluar dan bertemu David? Ia pasti akan ditangkap pria itu.
"Om!" panggil Lika sambil membalikkan badan.
"Apa lagi?" tanya Evan dengan sinis. Bocah itu makin lama makin banyak tingkah.
"Anterin aku ke bawah!" pintanya.
"Malas!"
"Om!!!"
"Pergi sana kamu sendiri!" Evan enggan menemani Lika. Ia menuju dapur dan meminum segelas air.
"Ayolah, om. Aku takut saat keluar dan bertemu pria di lantai 35 itu." Lika takut itu. Ia tidak mau dibawa pria mesum di lantai atas.
"Itu bukan urusanku!" ucap Evan dengan santai. Suruh siapa mengenal orang seperti itu.
"Om, ayolah!" Lika menarik tangan besar itu. "Hanya mengantarku sampai bawah saja loh, tidak sampai 5 menit!"
"Aku ngantuk!"
"Om, kalau nanti aku pergi sendiri dan bertemu David lalu ia menangkapku. Apa yang om akan katakan pada orang tuaku?" tanya Lika. Walaupun mereka terpaksa menikah, ia tanggung jawab pria itu.
Evan mengusap wajahnya dengan kasar dan menatap dengan penuh intimidasi.
"Atau om ceraikan saja aku jadi om tidak perlu bertanggung jawab padaku!" Lika memberikan tawaran.
Jika Evan yang menceraikannya, pasti orang tuanya tidak akan marah. Kan pria tua ini yang mengucapkan kata talak.
"Argh!!!"
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁