"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inikah rasanya 2
"Deeen.. Plis dieem..."
"Mana bisa babe.. Lebarin kakimu Ra.. Kepin mau masuk sarangnya.."
Tisya merinding mendengar penuturan Den. Apalagi dengan kondisi mereka yang bagai bayi dugong baru keluar dari perut bumi, polos pelontos nggak pake apa-apa, makin memacu adrenalin keduanya untuk berbuat yang iya-iya.
"Raaa..." Desis Den ketika memegang Kepin lalu diarahkan ke pusat inti bumi.
Tisya merasakan sesuatu yang keras, mungkin seperti tongkol jagung.. Bergerak ingin memasuki dirinya. Perasaan yang pertama kali dia rasakan.
"Deen.. Ssssttthhh, apa aku akan mati setelah ini?? Kenapa rasanya sakit banget?? Kamu apain punyaku??"
"Aaaah.. Nggak Raaa, kamu fokus ke yang enak-enaknya aja abis ini.. Maaf, kalau ini nyakitin kamu.. Punyamu kayak nggak ada lubangnya Raaa.. Aku malah takut salah masuk lubang ini, hasilnya bakal beda kalau aku salah nyoblos...."
Tangan Tisya yang tadi ada di samping kanan dan kiri mencengkeram sprei menahan sakit di area produksi anak, kini jadi melayang menempeleng pundak Den kuat. Alhasil cap lima jari terpampang nyata di atas kulit terbuka Den saat ini. Den hanya mendesis tak membalas amukan Yang Mulia Ratu karena 'balasan' yang akan Tisya terima akan lebih pedih dan menyakitkan jika dibandingkan dengan tabokan di pundaknya tadi.
"Yang bener lah Den! Kamu pernah nonton be'ep nggak sih? Ndang gitu lho?! Sat set yang penting punyamu keluarin di dalem!!!" Bentak Tisya kesal.
"Boro-boro mau keluarin di dalem Ra, baru mau masuk aja susahnya minta ampun. Ini beneran nggak bisa dibikin agak lebaran dikit jalan masuknya??"
Den agak frustasi dengan kerumitan yang ada di depan matanya. Bagaimana bisa orang-orang menyebut ini surga dunia, jika untuk memasukinya saja perlu effort luar biasa menguras energi.
Lelaki dua puluh empat tahun itu berusaha memutar otak, mencoba cara lain agar bisa membuat Kepin klagepan dalam lembah kenikmatan di gorong-gorong milik Tisya. Dia tidak mau langsung mengeksekusi apa yang ada di depan mata. Sekali lagi, dia memutar ingatan tentang apa yang pernah dia lihat di film biru produksi negeri matahari terbit beberapa waktu belakangan.
Jemari tangan Den bergerak dari pipi Tisya, mengusap wajah tanpa make up itu dengan penuh kelembutan. Wajahnya dia dekatkan untuk mencium kening, pipi lalu berakhir ke bibir. Tangannya juga tak mau diam tanpa ada pergerakan, dia arahkan tangan kanannya untuk memegang dada Tisya, memainkan sesuatu yang begitu menonjol di antara bagian tubuh Tisya yang lain. Dan tangan kirinya menarik paha Tisya agar makin terbuka lebar, tujuannya satu.. Memainkan instrumen dengan gerak lincah jemari di dalam kedalaman goa tak terjamah milik Tisya.
Erangan Tisya terdengar merdu di telinga Den. Puas dengan bibir, Den melepas pagutan tersebut dan meluncur turun dengan lidah terus menari bersama gerakan menuju lokasi bawah. Leher adalah sasaran berikutnya, Den bahkan menyukai rasa keringat yang keluar dari tubuh Tisya saat dia menyesap penuh semangat di bagian belakang telinga wanitanya.
Tangan kiri Den tak henti memainkan instrumen memukau yang menciptakan gerak tari eksotis serta rintihan kenikmatan yang sangat memanjakan indera pendengarannya.
"Aaaah.. Deeeen... Udaaah.. Ayoo masukiiin punyamu.. Aaaah.. Sssttthhh.."
Tisya mendongak ke atas dengan dada membusung dan kaki terpaksa terbuka lebar karena dijajah oleh sang suami. Kenikmatan yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya, kini dia dapat dari lelaki yang tersenyum liar ke arahnya dengan jemari masih bermain di inti tubuhnya. Uuh.. Sungguh menyebalkan, tapi juga menyenangkan! Tisya sampai berpikir, nggak pengen buru-buru menyudahi aktivitas intimnya ini bersama Den.
Tak mau mengulang kesalahan yang sama, yaitu gagal nyoblos saking seretnya. Den berinisiatif membuat Tisya terbang beberapa kali lagi baru menancapkan paku bumi miliknya ke goa imut di depan sana.
Dan setelah kali ke tiga Tisya mendapatkan pelepasan luar biasa, barulah Den melakukan ancang-ancang ingin menembus pertahanan Tisya yang dia jaga selama ini.
Den menaruh tangan Tisya di pundaknya. Karena lemas akibat rasa nikmat yang masih terasa, Tisya hanya menurut.. Dia tak peduli dengan apa yang akan terjadi. Pikirannya sudah dikuasai kenikmatan atas pelepasan yang mendominasi diri.
"Aku masukin sekarang.. Cakar aja punggung ku untuk mengurangi rasa sakitmu... Karena setelah masuk, aku nggak bisa buru-buru keluar.."
Den membisikan kata-kata yang menurut Tisya fulgar. Dan sedetik kemudian, nafasnya seperti diambil dari paru-paru.
"Aaaakkhh.. Deeen--" Tak bisa dilanjutkan kalimat apa yang akan Tisya ucapkan, karena Den langsung membekap mulut Tisya dengan bibirnya.
Yang bawah bekerja makin keras dengan terus berusaha masuk tanpa memberi jeda. Ingin Tisya mencakar punggung Den, tapi dia lebih memilih menyalurkan rasa sakitnya itu dengan meremas sprei di sisi kanan dan kiri kepalanya.
Ketika merasakan dia sudah menyentuh batas selaput dara yang menjadi kebanggaan setiap wanita, Den sedikit menarik keluar Kepin dari sarang lalu satu sentakan keras membuat Kepin masuk lebih dalam.
"Eeummmhh.." Erang Tisya bersamaan dengan kenikmatan yang Den rasakan.
Selanjutnya, Kepin mulai bersenang-senang di dalam sarang barunya yang di beri nama Kelin. Mereka saling berkenalan, berkomunikasi dengan bahasa yang hanya mereka sendiri yang paham. Membuat irama kecipak erotis yang tak bisa ditemukan di lain tempat.
"Raaa.. Aaah.." Den tak henti menyebut nama Tisya. Dia terlalu bersemangat menggempur istrinya yang kini menatap Den dengan rasa tak menentu.
Di atasnya ada lelaki yang terpejam dengan nafas sedikit tersengal sedang memainkan pinggulnya maju mundur memasuki dirinya, Tisya bisa melihat bulir keringat di kening dan leher Den. Dada lelakinya juga terlihat mengkilap. Seperti memang Den sangat menikmati apa yang sedang dia kerjakan saat ini.
"Deeeen.." Panggil Tisya lemas.
"Hu'uum.. Ya sweety..." Menyahut lalu melihat ke arah gadis yang dia renggut kegadisannya.
"Cium akuuu.."
Den tersenyum bak serigala kelaparan. "Dengan senang hati sweety.."
Malam itu Den benar-benar membuat Tisya tak berdaya. Padahal baru pertama kali melakukan, tapi seperti seorang ahli ilmu anatomi, Den langsung tahu di mana titik pusat kenikmatan seorang Tisya berada. Dari situ dia kencangkan niatnya untuk membuat Tisya terkapar kelelahan tanpa ampunan.
Karena Den menepati ucapannya, dia tak ingin berhenti meski Tisya menangis sekalipun. Mungkin terdengar kejam, tapi Den juga menikmati saat Tisya mendapatkan pelepasan dan menyebut namanya. Bukan satu dua kali tapi entah berapa puluh kali Tisya merasakan tubuhnya seakan melayang oleh sentuhan yang diberikan Den. Yang pasti, meski dengan terisak.. Tisya juga merasakan kenikmatan luar biasa seakan membakar semangatnya.
"Uuddaaah Deeen.. Ooowh sssttthhh.. Aakuuu haauuuss aahh aaaahh.." Den terus menghentak tubuh Tisya, memaju mundurkan pinggang dengan menambah mode kecepatan.
"Aaaahhhh..." Satu lagi tembakan penutup saat Kepin berhasil menyalurkan benih kualitas super dan meluncur mulus ke rahim Tisya.
Mata Den memandang sayu ke arah Tisya. "Lima menit lagi... Kasih aku waktu lima menit aja... Kita main lagi..."
Meski dengan nafas ngos-ngosan, Den menjanjikan akan beraksi kembali untuk ke empat kalinya setelah istirahat lima menit.
"Nggak Den.. Punyaku sakit banget... Tidur aja ya... Plis.." Tisya menggeleng menolak usulan Den.
Den diam. Matanya beberapa kali terpejam. Sebenarnya dia juga sangat lelah, raganya butuh istirahat, tapi kenikmatan tadi.. Rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, itu sangat menyenangkan.
.
.
#Maaf baru up.
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂