Seorang Gadis manja bernama Alena baru saja di usir oleh orang tuanya, mereka meminta agar anaknya bisa hidup mandiri dalam waktu tiga bulan. Namun tidak disangka semua ini sudah direncanakan oleh seorang CEO muda, yang ternyata sudah menyukai Alena sedari kecil namun tidak diketahuinya.
Bagaimana rencana selanjutnya sang CEO untuk mendapatkan hati gadis manja ini? ikutin terus up terbaru novel ini ya💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Lastari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alena Cemburu
Menunggu kata kata apa hari ini? Bodoamat gue ngambek kata Alena teh...
😤
•Masih di posisi seokjin yang menghentikan langkahnya karena raya mengatakan sesuatu yang membuatnya sedikit berfikir.
Diapun lalu berbalik dan menghampiri raya.
"Jadi kamu mau, aku menepati janji itu sekarang?." Tanya seokjin
"Benar, aku harap kamu mengingat kembali semua masa lalu kita. Dan jangan mempermasalahkan hal ini." Pinta raya.
"Baiklah." Seokjin lalu memberi isyarat pada anak buahnya untuk keluar dari sana.
Alena yang melihat itu sepertinya sudah salah faham, dia melempar jass yang di berikan seokjin tadi dengan kasar lalu menghampiri raya.
Plakkkkkkkk
Emosinya sudah tak tertahan lagi melihat kelakuan wanita jahat itu.
"Apa kamu sudah gila?." Teriak raya.
"Tamparan ini untuk kamu yang tidak tahu diri karena sudah berani menyerang keluargaku. Jika hal ini sampai terjadi lagi, akan aku pastikan pembalasannya lebih dari sekedar tamparan." Ujar Alena.
"Kamu!." Raya juga ingin membalasnya
Tapi sebelum dia melakukan itu, Alena marah dan memilih pergi dari sana. Dia sempat menyenggol bahu seokjin dengan kencang saking kesalnya.
Setelah melihat Alena pergi, seokjin baru berbicara.
"Aku sudah membalas Budi atas kebaikanmu, karena kamu telah mengembalikan gelang tasbih ku lima tahun lalu. Kalau aku melihatmu lagi mengganggu istriku atau keluarganya, aku pastikan akan memberi pelajaran padamu!." Ancam seokjin
Ternyata Alena memang salah faham, dulu raya hanya mengembalikan gelang itu tapi bukan memberikannya.
Mungkin gelang itu sempat hilang, dan kebetulan di temukan oleh raya. Itu juga menjadi alasannya untuk membuat marah Alena.
Dan terkait foto di kamar seokjin, sepertinya mungkin sesekali dia pernah main kerumah itu. Jadi dia tahu dengan jelas ada apa saja di dalamnya.
Seokjin lalu ikut pergi dari ruangan itu untuk menyusul Alena. Setelah semua orang pergi dan hanya tersisa raya dan Leo.
Raya mulai kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.
"Raya, bukankah tadi kamu bilang kalau tuan seokjin menyukaimu? Tapi dilihat dari perlakuannya tadi terhadapmu, dia seperti..", Tanya Leo.
"Hahaha, tentu saja bukan aku yang dia sukai. Aku melakukan semua ini, agar Alena si wanita jal*Ng itu Tidak bisa merasakan hidup enak. Dan juga membuat hubungan mereka berdua menjadi renggang." Jawab raya.
"Lalu bagaimana kalau Alena yang bertanya langsung pada tuan seokjin?." Tanya Leo
"Aku sudah selidiki hal ini, mereka hanya menikah kilat. Tidak ada perasaan satu sama lain antara mereka, lagipula Alena itu punya sifat yang keras kepala. Jadi aku yakin dia tidak akan mau bertanya pada seokjin." Jawab raya yakin.
//
//
Dirumah, Irene dengan santainya membaca majalah di ruang tamu. Tiba tiba Alena datang dengan kaki yang dihentikan kencang dan wajah yang cemberut.
Melihat itu Irene menjadi was was, dia tahu sudah ada sesuatu yang besar terjadi padanya.
Di belakangnya juga ada seokjin yang menyusul. Karena Alena duduk lebih dulu, saat seokjin mau ikut duduk juga Alena langsung menggeser badannya.
Meski seokjin mencari celah untuk duduk tapi tetap tidak bisa, karena Alena selalu menempati setiap sudut yang akan dia tempati.
Irene bingung melihat ekspresi mereka berdua. Dan akhirnya seokjin menyerah, dia lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Apa kamu yakin sekarang aku harus duduk di pangkuanmu?." Tanya seokjin merayu.
"Tuan seokjin yang terhormat, tidak disangka ya. Ternyata hubungan mu dengan raya begitu sangat dekat, kalau begitu cepat duduk saja di pelukannya!" Teriak Alena kesal.
"Aku, aku nggak Deket sama dia." Seokjin berusaha menjelaskan.
"Benarkah?" Alena langsung berdiri untuk mengimbanginya.
"Aku lihat kalian tadi saling tatap dengan romantis, apa itu namanya kalau bukan dekat!." Alena berteriak lagi tapi sekarang tepat diwajah seokjin.
"Percayalah padaku, aku tidak.."
Belum sempat seokjin menjelaskan, Alena langsung pergi meninggalkannya seperti anak kecil.
Irene yang melihat Alena pergi jadi semakin bingung, dia saja belum faham situasinya sekarang. Tapi karena sikap Alena yang marah seperti anak kecil, membuat Irene sedikit tertawa.
Lalu saat dia menatap omnya, dia baru menyadari kalau dia sendiri disana sekarang.
Diapun jadi salah tingkah sendiri karena takut disalahkan, akhirnya irene kembali membuka majalahnya sampai dia terbalik membaca majalah itu.
"Dia sudah pergi ke kamarnya, kenapa kamu masih disini?." Nada seokjin kembali dingin dan tegas.
"Aku masih ingin tetap disini."
"Tidak boleh." Bentak seokjin cepat.
"Sekarang naik ke kamarmu dan istirahatlah." Tatapan seokjin semakin tajam membuat Irene gemetaran.
Seokjin lalu duduk dan Irene langsung berdiri, melihat Irene yang masih belum pergi seokjin mulai menghitung dengan keras.
"Satu."
"Aaaaaaaa baiklahh.." dia mulai berlari pergi dari sana, tapi sial sendal nya malah tertinggal di dekat kaki seokjin
Saat Irene akan mengambilnya, tiba tiba seokjin kembali menghitung.
"Dua!!."
Irene berhasil mengambil sendalnya meski setelahnya dia lari terbirit-birit.
"Aaaaaa aku akan istirahat." Teriaknya kencang.
//
//
Irene lalu memilih untuk pergi ke kamar Alena, dia datang sambil menenteng kedua sendalnya.
Dia juga seperti mengendap endap masuk kekamar Alena, takut seokjin akan mengikutinya dari belakang.
"Kamu lagi cosplay jadi maling ya?." Tanya Alena yang sedang duduk santai di kasur memperhatikannya.
Dengan wajah keheranan, Irene pun ikut duduk di kasurnya.
"Alena, sebenarnya apa yang terjadi denganmu dan om seokjin hah? Barusan dia ngamuk ngamuk sama aku tau gak, serem banget." Tanya Irene
"Hih, apa kamu tau Irene. Om seokjin kebanggaanmu itu, suka sama wanita si wanita ular, Raya!." Jawab Alena malas.
"Apa katamu? Apa om seokjin benar benar tidak bisa melihat dengan jelas, siapa yang terlihat baik?." Irene sedikit terkejut
"Benarkan! Bisa bisanya dia mengabaikan aku yang secantik ini, dan lebih peduli pada si raya yang mukanya kaya beruk itu, gila!." Sahut Alena geram.
Tapi reaksi Irene malah sebaliknya, dia tersenyum kearah Alena seperti menyadari sesuatu.
"Heh, om seokjin yang dekat dengan raya. Lalu kenapa kamu begitu terlihat marah? Atau jangan jangan, kamu juga suka sama om seokjin ya?." Irene malah menggodanya sekarang
"Mana mungkin!." Tegas Alena
"Lalu kenapa kamu marah marah seperti ini?." Irene semakin menaikan alisnya
"Aaaaaa, itu karena orang yang dia sukai adalah si raya. Wanita yang paling aku benci, jadi wajar saja kan kalau aku marah?." Alena mencari alasan.
"Bener juga sih apa katamu, tapi bukankah kamu bilang om seokjin suka raya? Memang kamu ada buktinya?." Tanya Irene.
"Tapi kenapa aku malah merasa, om seokjin itu lebih menyukaimu?." Tambah Irene
"Kamu menanyakan bukti? Jelas ada!." Jawab Alena
"Gelang tasbih yang selalu dipakainya itu, dan juga foto gadis yang terpajang dikamarnya. Sebenarnya aku memang tidak melihat jelas foto itu, karena pengambilan gambarnya dari arah belakang." Ungkap Alena
"Kalau masalah memakai gelang tasbih, setau aku om seokjin sudah memakainya dari dia masih kecil, kamu bisa tanya pada ibu mertuamu nanti. Mengenai foto itu, kita bisa pergi sekarang untuk melihatnya, untuk memastikan bukan?." Ajak Irene
"Pergi sekarang?." Tanya Alena
Irene mengangguk, lalu mereka seperti kembali bertelepati saat saling mengangkat kedua alisnya.
Dan ya, sekarang mereka berdua malah cosplay seperti seorang maling. Mereka menuju kamar seokjin dengan mengendap endap agar tidak ada yang tahu.
"Cepat buka, cepatlah lihat. Ayo cepat." Irene berbisik bisik.
Tapi saat Alena mencoba membuka gagang pintu itu, ternyata pintu itu terkunci.
"Iiiiiiiii susah bangetttt." Alena terus berusaha membuka pintu itu
Irene langsung menariknya kearah belakang.
"Kamu itu belum makan ya hah?." Tanya Irene kesal.
"Sudah minggir, aku saja." Ucap Irene dengan pedenya.
Tapi saat dia mencobanya, ternyata memang benar pintu itu tidak bisa dibuka.
"Pintu jelek apa sih ini, aku bahkan juga gak bisa membukanya. Gimana ini?." Bisik Irene
"Sudahlah biar aku coba lagi, eh atau kita dobrak saja pintu ini." Usul Alena
"Baiklah."
Mereka berduapun lalu bersiap untuk mendobrak pintu itu.
"Satu... Dua... Tiga.."
"Kalian berdua?."
"Aaaaaaaaaa."
Mereka kepergok kepala pelayan..
Hallo
Moon maap kalo masih banyak ke typoan nama, kalian boleh koreksi di bagian paragraf yang salah ya biar di revisi hhhe.