Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Latar Belakang Frans yang Sebenarnya
Di rumah ayah dan ibunya, Frans baru mengirimkan uang yang dia dapat dari gaji pertamanya sebagai pelukis di galeri MOB.
"Fikri, ayo kita shopping. Kakakmu baru mengirimkan uang. Banyak loh, 2 juta. Sekarang kita bisa beli apapun yang kita mau..."
"Yani, kalau Frans kirim uang. Jangan di pakai bersenang-senang terus begitu. Nanti kalau uangnya habis, kamu marah-marah lagi ke dia! kasihan anak itu, dia sudah kerja keras dari kecil!"
Wajah Yani mendadak kesal, dia tidak senang. Sama sekali tidak senang suaminya menegurnya seperti itu.
"Kamu itu sudah gak becus apa-apa. Ngapain juga masih cerewet sih mas? sadar diri aja kenapa sih? lagian ya, si Frans itu sudah sejak kecil kita urus, kita kasih makan. Wajar kalau sekarang dia balas semua kebaikan kita!" bantah Yani.
"Yani, kamu keterlaluan! Frans juga anak kita..."
"Mas, gak usah asal ngomong deh mas. Dia itu anak yang kamu ambil dari mantan pacar kamu itu kan? siapa namanya Rosita itu kan? sudah bagus ya, aku mau pelihara dia!"
"Bu, apa ibu bilang?" tanya Fikri, anak bungsu Yani dan Muhktar yang tidak sengaja mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya.
Yani langsung menutup mulutnya. Dia keceplosan. Padahal dia sudah janji dulu pada Muhktar, tidak akan membahas hal itu. Dan tidak akan membiarkan siapapun tahu tentang hal itu. Jika tidak, Muhktar akan menceraikannya.
"Yani!" bentak Mukhtar.
Yani menoleh ke arah suaminya yang terbaring di tempat tidur yang khusus di buat oleh Frans, supaya ayahnya tidak perlu bangun saat buang air dan segala macamnya.
'Aduh, aku keceplosan! bagaimana ini?' batin Yani.
Tapi beberapa detik kemudian. Wajahnya berubah. Dia melihat suaminya yang sedang lumpuh tak berdaya, ya penyakit struk membuat Mukhtar tak bisa lagi berjalan. Duduk bisa, tapi jalan tak bisa. Tangan masih berfungsi, kakinya yang sudah tidak bisa bergerak. Sebenarnya tidak permanen, tapi karena keterbatasan biaya, Mukhtar lebih memilih untuk tidak melakukan operasi yang taksiran biayanya beberapa tahun yang lalu sudah ratusan juta.
Melihat suaminya yang tidak berdaya, dan Ferdi yang sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan besar. Gajinya juga katanya besar, Yani pikir tidak masalah juga kalau dia diceraikan. Dia malah tidak harus merawat Mukhtar yang seperti itu kan? tidak berguna.
"Halah mas, ngapain bentak-bentak. Memang kenyataannya begitu. Frans itu cuma anak pungut. Ferdi sekarang sudah punya pekerjaan bagus, sedangkan si Frans itu, dari kecil kerja, gajinya juga segitu-gitu aja. Bagus kalau kamu mau ceraikan aku mas, aku gak usah lagi ngurus orang yang gak ada gunanya kayak kamu!"
"Bu, ibu ngomong apa sih? kenapa mau bercerai? ibu sudah tua, ibu gak malu..."
"Fikri, sekarang ibu tanya sama kamu. Memangnya kamu mau, mengurus ayah kamu yang tidak bisa apa-apa itu? dengan gaji pas-pasannya Frans? mau?" tanya Yani pada Fikri yang bahkan masih kelas 3 SMP.
Remaja laki-laki yang wajahnya mirip sekali dengan Ferdi itu melihat ke arah ayahmya. Kalau dia di suruh mengurus ayahnya yang penyakitan itu, dia juga tidak mau. Kan selama ini memang yang mengurus ayahnya adalah ibunya, dan kalau kakaknya Frans pulang, kakaknya itu yang mengurus ayahnya.
"Fikri, kakakmu Ferdi, dia bahkan punya pacar orang kaya, dia kerja di perusahaan. Dia itu anak kuliahan..."
"Memangnya Ferdi bisa kuliah, kalau bukan Frans yang membiayainya. Keterlaluan juga ada batasnya Yani. Kamu jangan menghina Frans, dia itu bahkan tidak lanjut sekolah demi membiayai Ferdi dan menghidupi kita!"
Mukhtar tampak sangat kecewa pada istrinya.
"Mas, sudahlah. Jangan marah-marah, nanti yang ada penyakit mas itu kambuh. Siapa yang ngurus mas. Sudah ya, kita mau shopping dulu! kalau mau cerai, suruh anak pungut kamu itu yang urus. Aku mau tinggal sama Ferdi dan Fikri, kamu tinggal saja sama anak pungutmu itu ya, supaya gak nyusahin aku!"
Dan setelah mengatakan itu, Yani bahkan segera meninggalkan rumah. Mukhtar hanya bisa menahan emosinya. Dia berjanji pada sahabatnya, orang yang telah banyak membantunya saat dia kesulitan dulu. Untuk menjaga anaknya yang baru lahir, karena memang terjadi komplikasi pada Rosita. 3 hari setelah melahirkan Frans, Rosita pergi untuk selamanya.
Saat itu, Jabatan Mukhtar dan pekerjaannya masih bagus. Mandor pabrik, makanya Yani bersedia merawat Frans, nama itu, adalah nama pemberian Rosita untuk anaknya. Hingga Yani dan Mukhtar menikah, dan menjadikan Frans anak mereka. Mukhtar minta pada Yani, untuk tidak pernah mengatakan apa yang terjadi. Karena Rosita saat itu bahkan hamil tanpa menikah. Mukhtar tak ingin tahu, sisi gelap kehidupan ibunya. Mukhtar mengancam Yani, kalau Frans sampai tahu, dia anak pungut. Mukhtar akan menceraikan Yani.
Siapa sangka, selama 27 tahun rahasia ini tersembunyi rapat. Pada akhirnya harus terbongkar, ketika dia tidak berdaya di atas tempat tidur dan tak bisa jalan.
"Frans, maafkan ayah nak" gumamnya sedih.
**
Sedangkan di tempat berbeda, Ferdi tengah berusaha untuk menghubungi Anna. Tapi itu percuma, Anna masih memblokir nomor Ferdi.
Ferdi pun datang ke rumah Anna. Dan Anna minta pada Anton. Untuk mencegah Ferdi masuk apapun yang terjadi.
"Kak, aku harus bertemu Anna. Dia sudah ingat aku..."
"Anna sudah tidur! dia kelelahan, minum obat dan tidur. Aku tidak akan membiarkanmu masuk!" ujar Anton yang melipat kedua tangannya di depan dada, di depan gerbang rumah besar ayahnya.
Anton bahkan tidak membiarkan Ferdi masuk melewati gerbang.
"Kak, dia pasti akan bangun kalau mendengar aku datang!"
"Heh, memangnya kamu siapa? Jeon Jungkook? atau Wang Kaimu, idola adikku itu? kamu itu cuma orang yang gak sengaja bertemu dan beruntung pernah di pacari Anna. Selebihnya kamu gak berguna! pergi sana!"
"Kak Anton! jika Anna mendengar kamu bicara seperti itu tentang aku! dia akan marah padamu!" ujar Ferdi dengan sangat yakin.
Ya, itu juga tidak salah. Dulu memang Anna selalu bertengkar dengan kakaknya kalau kakaknya menghina Ferdi. Tapi sekarang, Anna bahkan melihat dari jendela kamarnya, dia tersenyum ketika melihat Ferdi marah, kesal karena terus di provokasi oleh Anton.
"Ha ha ha" Anton terkekeh, "jangan buat aku merasa jijik padamu Ferdi! meski sebenarnya memang itu yang aku rasakan! tapi ucapanmu barusan, benar-benar omong kosong! Anna adikku, dia tidak mungkin lebih membela orang luar yang tidak tahu malu sepertimu, di bandingkan dengan aku, kakaknya! pergi sana!" kata Anton yang segera berbalik meninggalkan Ferdi.
"Anna! Anna!"
"Pak satpam, kalau dia teriak lagi. Tembakk saja!"
Ferdi melotot, dia terkejut mendengar ucapan Anton.
"Baik tuan?" kata satpam yang berada di depan Ferdi, "kamu dengar kan? teriak sekali lagi, ku tembak kamu!" gertak satpam itu yang langsung membuat Ferdi ketakutan.
***
Bersambung....