NovelToon NovelToon
Sea Lovers

Sea Lovers

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:499
Nilai: 5
Nama Author: Humairah_bidadarisurga

Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.

Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.

Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Setelah percakapan itu, Sea mulai melihat Aldo dengan cara yang berbeda. Pria itu bukan hanya sekadar CEO muda yang dingin dan ambisius, tetapi seseorang yang juga memiliki kesepian dalam hidupnya.

Malam itu, Sea duduk di balkon apartemen, menikmati angin sejuk yang bertiup lembut. Pikirannya melayang, mencoba memahami semua perasaan yang bergejolak dalam hatinya.

Apakah ia mulai menyukai Aldo?

Sea menertawakan dirinya sendiri. Tidak mungkin. Mereka menikah bukan karena cinta. Ia tidak boleh memiliki perasaan seperti itu.

Namun, setiap kali Aldo menunjukkan sisi lembutnya—meskipun jarang—Sea merasa hatinya bergetar.

Saat ia masih terjebak dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Sea menoleh dan melihat Aldo berdiri di ambang pintu balkon, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Kau belum tidur?" tanya Aldo.

Sea menggeleng. "Aku tidak mengantuk."

Aldo melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, ikut menikmati pemandangan kota yang berkelap-kelip.

"Sea," panggilnya tiba-tiba.

Sea menoleh, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas. "Ya?"

Aldo menatapnya dalam, seolah sedang menimbang sesuatu dalam pikirannya.

"Apa kau pernah berpikir... bagaimana jika semua ini bukan sekadar pernikahan kontrak?"

Jantung Sea hampir berhenti berdetak.

"Apa maksudmu?" tanyanya pelan.

Aldo tidak langsung menjawab. Ia menatap jauh ke depan sebelum akhirnya berkata, "Aku hanya bertanya... jika suatu hari nanti, aku ingin hubungan ini lebih dari sekadar kesepakatan, apa yang akan kau lakukan?"

Sea terdiam.

Itu adalah pertanyaan yang tidak pernah ia bayangkan akan keluar dari mulut Aldo.

Apakah ini berarti Aldo juga mulai merasakan hal yang sama?

Sea menunduk, mencoba mencari jawaban dalam hatinya. Tapi sebelum ia bisa mengatakannya, Aldo lebih dulu berbicara.

"Lupakan. Aku hanya mengganggumu," katanya, lalu berbalik untuk pergi.

Namun, sebelum Aldo sempat melangkah lebih jauh, Sea menggenggam lengannya.

"Aku tidak ingin melupakannya," katanya lirih.

Aldo berhenti, lalu berbalik menatapnya dengan sorot mata penuh tanda tanya.

Sea menggigit bibirnya. Ia tahu ini gila. Ia tahu ia tidak seharusnya jatuh ke dalam permainan perasaan seperti ini.

Tapi, apa salahnya jika ia jujur pada hatinya sendiri?

"Aku juga tidak tahu sejak kapan... tapi aku mulai merasa nyaman bersamamu," kata Sea akhirnya.

Aldo menatapnya lama sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Jadi, kau ingin mencoba?"

Sea menatap mata pria itu, lalu mengangguk pelan. "Ya."

Aldo tersenyum, dan untuk pertama kalinya, Sea melihat senyum itu bukan sebagai CEO dingin, tetapi sebagai seorang pria yang benar-benar tulus.

Sea masih merasakan debaran di dadanya bahkan setelah Aldo pergi meninggalkan balkon. Kata-kata yang baru saja mereka ucapkan menggema dalam pikirannya, mengingatkan bahwa hubungan mereka telah melewati batas yang sebelumnya mereka tetapkan.

Apakah ia benar-benar siap untuk ini?

Ia menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Hatinya masih penuh dengan keraguan, tetapi di sisi lain, ada sesuatu yang menghangatkan hatinya saat mengingat senyum Aldo malam itu.

***

Keesokan harinya, Aldo tetap bersikap seperti biasa. Ia sarapan tanpa banyak bicara, membaca berita di ponselnya, dan bersiap untuk pergi ke kantor. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan matanya ketika melihat Sea.

"Jangan keluar terlalu lama hari ini," katanya sebelum pergi.

Sea menatapnya dengan bingung. "Kenapa?"

Aldo menyesap kopinya sebelum menjawab. "Aku ingin mengajakmu makan malam nanti."

Sea terkejut. Seingatnya, sejak mereka menikah, Aldo tidak pernah secara khusus mengajaknya makan malam bersama.

"Kenapa tiba-tiba?" tanyanya hati-hati.

Aldo tersenyum samar. "Anggap saja sebagai awal yang baru."

Jantung Sea kembali berdebar, tapi ia mengangguk pelan. "Baiklah."

Aldo tersenyum puas, lalu pergi.

***

Sepanjang hari, Sea merasa gelisah. Ia berjalan mondar-mandir di apartemen, mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca buku atau menonton film, tetapi tetap saja, pikirannya kembali pada Aldo.

Ia belum pernah mengalami hubungan seperti ini sebelumnya. Bukan sekadar pernikahan kontrak, tapi juga bukan hubungan yang sepenuhnya nyata.

Saat sore menjelang, Sea akhirnya memutuskan untuk pergi ke butik untuk mencari gaun yang cocok untuk makan malam nanti.

Malam itu, Aldo menjemputnya dengan mobil pribadinya. Ia mengenakan setelan formal berwarna hitam, membuat auranya semakin berwibawa.

Sea, yang mengenakan gaun sederhana berwarna biru navy, merasa gugup.

"Kau cantik," kata Aldo begitu melihatnya.

Sea terkejut, lalu tersenyum kecil. "Terima kasih."

Mereka berdua pergi ke restoran mewah di pusat kota. Aldo memesan makanan favoritnya, sementara Sea memilih menu yang direkomendasikan oleh pelayan.

Saat makanan datang, Aldo menatapnya lama sebelum berkata, "Sea, aku ingin kita menjalani hubungan ini dengan lebih serius."

Sea menahan napas.

"Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku menyadari bahwa aku tidak ingin kehilanganmu," lanjut Aldo.

Hati Sea berdebar semakin kencang.

"Jadi, apakah kau juga merasakan hal yang sama?" tanya Aldo serius.

Sea menggigit bibirnya, merasa ragu. Namun, saat menatap mata Aldo, ia tahu jawabannya.

"Ya," jawabnya pelan. "Aku juga tidak tahu sejak kapan, tapi aku mulai menganggapmu lebih dari sekadar seseorang yang menikah denganku karena kontrak."

Senyum Aldo melebar. Ia menggenggam tangan Sea di atas meja, seolah memastikan bahwa Sea tidak akan pergi ke mana-mana.

"Mulai sekarang, aku akan menjagamu dengan caraku," kata Aldo mantap.

Sea menatapnya lama, lalu tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa kehidupannya mulai menemukan arah yang baru.

Sepanjang perjalanan pulang dari restoran, Sea masih merasakan hangatnya genggaman tangan Aldo. Kata-kata pria itu masih terngiang di telinganya—Aku ingin kita menjalani hubungan ini dengan lebih serius.

Di dalam mobil, mereka tidak banyak bicara. Aldo sesekali melirik Sea, sementara gadis itu sibuk menatap jalanan kota yang dipenuhi cahaya lampu.

Sea masih bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah perasaanku terhadap Aldo nyata? Atau hanya perasaan sesaat karena keadaan?

Begitu sampai di apartemen, Aldo membukakan pintu mobil untuknya.

"Masuklah," katanya lembut.

Sea melangkah masuk, disusul Aldo. Begitu pintu tertutup, suasana menjadi hening. Sea bisa merasakan detak jantungnya sendiri ketika Aldo berdiri di dekatnya, begitu dekat hingga ia bisa mencium aroma khas parfum pria itu.

Aldo menatapnya dengan mata yang tajam namun lembut.

"Sea," panggilnya pelan.

Sea mendongak, bertemu dengan tatapan itu.

"Ada apa?" tanyanya, berusaha terdengar santai.

Aldo tersenyum kecil. "Aku ingin memastikan satu hal."

Sea menelan ludah. "Apa?"

Aldo mendekatkan wajahnya sedikit, membuat Sea menegang. Namun, pria itu tidak langsung menyentuhnya. Ia hanya menunggu, memberi Sea kesempatan untuk mundur jika ia mau.

Tapi Sea tidak mundur.

Detik berikutnya, Aldo mengecup keningnya dengan lembut.

"Selamat malam, Sea," bisiknya, sebelum berbalik menuju kamarnya.

Sea berdiri diam di tempatnya, masih merasakan sentuhan hangat di keningnya. Ia menyentuhnya dengan ujung jari, lalu tersenyum kecil.

Perasaan ini nyata.

Keesokan harinya, Sea bangun dengan perasaan yang lebih ringan. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Aldo, meskipun mereka belum secara resmi mendefinisikannya.

Saat ia turun ke ruang makan, Aldo sudah duduk di meja, menyeruput kopi sambil membaca koran.

"Selamat pagi," sapa Sea.

Aldo menurunkan korannya dan tersenyum. "Selamat pagi."

Sea duduk di kursi di seberang Aldo, lalu mulai menyendok sarapannya.

"Jadi, apa rencanamu hari ini?" tanya Aldo tiba-tiba.

Sea berpikir sejenak. "Aku ingin pergi ke toko buku. Aku butuh sesuatu untuk mengisi waktu luang."

Aldo mengangguk. "Aku akan mengantarmu."

Sea terkejut. "Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri."

Aldo meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya serius. "Aku ingin pergi bersamamu."

Sea menatapnya, lalu tersenyum kecil. "Baiklah."

Mereka menghabiskan siang itu di toko buku. Sea menikmati setiap detik saat memilih buku-buku baru, sementara Aldo menunggunya dengan sabar.

Setelah itu, mereka pergi ke sebuah kafe kecil di sudut kota.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin lebih dekat denganku?" tanya Sea, memberanikan diri.

Aldo menatapnya lama, lalu menjawab dengan jujur.

"Karena aku menyadari bahwa aku tidak ingin kehilanganmu."

Jantung Sea berdetak lebih cepat.

Aldo mengulurkan tangannya di atas meja. Sea menatap tangan itu, ragu sejenak, lalu akhirnya menggenggamnya.

Dan di saat itu, Sea tahu bahwa ia tidak bisa lagi menyangkal perasaannya terhadap pria ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!