NovelToon NovelToon
Give Me A Justice

Give Me A Justice

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rara_Arara07

Tara Maheswari, seorang gadis yang berusia 18 tahun. Hidupnya begitu indah dan penuh kebahagiaan bersama keluarga tercintanya saat dirinya masih berusia 12 tahun. Namun, kemalangan datang menghampiri keluarga kecilnya. Kakak perempuan pertamanya mengalami sebuah tragedi yang membuat sang ayah tak terima atas ketidakadilan yang menimpa putri tercintanya. Keberanian dari sang ayah membuat keluarga mereka terancam, semua lenyap. Tara dan kakak keduanya Felix kabur sangat jauh untuk menghindari para penjahat yang menghancurkan keluarga mereka. Untunglah ada Shaga, seorang mafia tampan namun dikenal berhati iblis mau menampung kedua anak ingusan yang tak sengaja ia temukan. Waktu berlalu, Tara yang sudah remaja memulai pembalasan dendam dengan langkah awal yaitu memasuki akademik kepolisian demi terwujudnya sebuah pembalasan. Tara remaja yang tumbuh cantik, membuat beberapa pria terpesona bahkan jatuh cinta. Tak terkecuali Shaga,dan juga Astro si komandan kepolisian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_Arara07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak bisa tenang.

Arion menunggu di ruang pemeriksaan, para rekan yang lain juga sama begitu. Mereka sedikit heran melihat sikap Arion yang terlihat begitu panik, seolah-olah sudah lama mengenal Tara. Pintu ruangan terbuka, seorang dokter keluar setelah selesai memeriksa Tara yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.

“Bagaimana keadaannya dok? Apa dia baik-baik saja?? atau ada luka? Kenapa dia belum sadar-sadar??” tanya Arion dengan raut wajah khawatir.

“Tidak, semuanya baik. Dia hanya pingsan saja, tidak ada luka yang serius. Dia hanya mengalami shock saja.” jelas dokter.

“Huf, syukurlah kalau begitu.” tutur Arion sambil menghela nafas lega.

Satria,Akas, dan Abel kompak saling melemparkan tatapan heran melihat sikap Arion yang tiba-tiba jadi cerewet.

“Aku rasa dia salah minum obat.” ucap Satria.

“Aku rasa dia tadi jatuh, dan kepalanya terbentur.” timpal Akas.

“Memang nya Arion seceroboh itu apa!? apa benar dia salah minum obat? atau benar dia geger otak karena jatuh?” ujar Abel dengan suara yang cukup keras.

Satria dan Arion kompak menepuk jidat melihat sikap polos Abel yang malah berbicara dengan volume keras, padahal mereka berdua berusaha untuk mengecilkan volume suara mereka.

“Ehem! kalian bertiga pulang saja ke akademi. Aku akan menjaga Tara di sini, kalian harus memberitahu bahwa tim kita gagal dalam misi!” ujar Arion dengan wajah datar.

“Oke, kalau gitu kita pulang dulu.” balas Satria.

***

Arion menatap sosok Tara yang masih terbaring dari balik pintu ruangan. Tatapan matanya terlihat sendu, raut khawatir di wajahnya tak bisa ia sembunyikan saat melihat keadaan Tara.

“Maaf, aku tidak bisa menjaga mu. Maaf, aku juga tidak bisa menjaga kakak mu….” lirih Arion.

Malam pun tiba, Tara menguap sambil membuka matanya secara perlahan.

“Hoam … , ternyata hari sudah malam. Buset, gue niatnya pura-pura pingsan, eh malah molor ampe malam.” ujar Tara.

Tara menatap sekeliling, di lihatnya tak ada orang yang menunggu nya. Namun, saat dia hendak bangun dari ranjang rumah sakit. Tiba-tiba langkah seseorang mendekati ruangannya.

“Siapa tuh? Mending gue pura-pura pingsan lagi!” ucap Tara.

Tara kembali merebahkan tubuhnya, dia memejamkan mata. Tentunya dia hanya memejamkan sedikit matanya karena dia penasaran dengan orang yang datang.

“Ternyata kamu belum bangun? sepertinya kamu suka sekali bermain dengan banyak pria. Ara?” ujar orang itu sambil tersenyum miring.

Tara terperanjat kaget saat mendengar suara bariton yang begitu ia kenali. Walau banyak suara pria yang sama seperti nya, tetap saja suara itu terdengar berbeda di telinga Tara.

“Hah!? tuan Shaga!? kenapa dia bisa di sini?” monolog Tara dalam hati.

Shaga menatap dingin sosok Tara yang masih setia memejamkan mata, Shaga menyeringai melihat sikap Tara yang masih saja berpura-pura pingsan.

“Jika kamu masih ingin berpura-pura, maka aku akan membantu mu.” ucap Shaga.

Tara masih keras kepala dengan terus berakting, sebenarnya jantungnya sudah berdegup kencang karena samar-samar melihat ekspresi wajah Shaga terlihat seperti harimau yang akan menerkam mangsa.

Tap …

Tap …

Shaga berjalan semakin mendekat, dia tiba-tiba membungkukkan badan agar lebih jelas bisa menatap wajah Tara.

“Ara, jika kamu tidak mau menghentikan ini. Maka aku akan mengambil kesempatan hmm.” bisik Shaga di dekat telinga Tara.

Tara langsung menahan nafas geli saat hembusan nafas Shaga menyentuh permukaan kulitnya. Shaga semakin mendekati wajahnya ke wajah Tara. Hal itu semakin membuat Tara merasa tak karuan. Melihat kerut di dahi Tara, Shaga tersenyum miring.

“Bangunlah hmm, atau aku akan membuat mu terlelap panjang malam ini karena lelah.” ucap Shaga dengan suara pelan.

“Yaak!! kenapa wajah tuan sangat dekat hah!?”teriak Tara.

Tara merasa sedikit kikuk karena saat dia membuka mata, wajah tampan Shaga lah yang terlihat begitu jelas dan sangat dekat di depan matanya.

“Hee! sudah ku duga kamu berpura-pura Ara!” ujar Shaga yang langsung berdiri dengan benar.

Tara langsung duduk di ranjang rumah sakit, dia menatap waspada kepada Shaga yang kini menatapnya dengan wajah datar.

“Kenapa tuan bisa ada di sini ha!? apa tuan memata-matai ku? Kenapa tuan selalu tahu di mana tempat ku?”tanya Tara dengan ekspresi curiga.

“Bisa iya, bisa tidak. Kalaupun aku memata-matai mu, maka itu hak ku. Kamu bisa apa?” ujar Shaga dengan tatapan datar.

Tara langsung bungkam, dia merasa kalau berdebat dengan pria tua seperti Shaga akan sia-sia. Pikiran Shaga saja sangat kulot, pakaiannya saja selalu jas atau kemeja saat berpergian ke luar. Hanya di rumah saja dia berpakaian santai.

“Huf, ya sudah terserah tuan deh. Tapi, kenapa tuan bisa di sini?” tanya Tara sambil memicingkan mata.

“Karena aku ingin, aku akan mengawasi mu malam ini. Di SINI!” tegas Shaga.

Tara melotot terkejut saat melihat Shaga yang tiba-tiba langsung duduk di sofa yang ada di dekat ranjang tempat ia berada.

“TIDAK!! lebih baik tuan kembali ke mansion saja, saya lebih baik sendiri di sini!” tolak Tara dengan tegas.

“Oh begitu? apa kamu pikir saya peduli dan patuh? kamu tidak bisa memerintah saya. Justru kamu yang akan patuh akan perintah saya.” balas Shaga dengan suara pelan, namun tatapannya terlihat ingin membunuh.

Tara mengutuk dirinya sendiri karena tak bisa berkutik di depan pria seperti Shaga yang memiliki karisma dan juga aura yang terlihat seperti pencampuran rubah dengan singa.

“Ah bodo amat lah! saya mau tidur lagi aja!!” ujar Tara dengan kesal.

Tara kembali membaringkan tubuhnya, dia memalingkan posisi tubuhnya dari Shaga. Sementara Shaga masih menatap Tara yang terlihat kesal kepadanya.

“Lucu sekali, dia seperti seekor kucing yang imut.” gumam Shaga sambil tersenyum tipis.

Malam semakin larut, Tara tak kunjung memejamkan mata. Tak merasakan suara dan juga pergerakan Shaga, Tara berpikir kalau Shaga telah pergi atau mungkin tertidur. Dia pun langsung menurunkan perlahan kedua kakinya untuk segera pergi dari dalam ruangan.

“Mau kemana hmm?” tanya Shaga dengan suara serak yang berat.

Tubuh Tara membeku di tempat saat mendengar suara Shaga, dia yang baru saja berdiri langsung membalikkan tubuh sambil menyengir kuda melihat ke arah Shaga yang masih duduk dengan tenang di sofa dengan melayangkan wajah datar dan tatapan dingin kepada Tara.

“Hehe … , mau ke toilet saya mah. Gak niat kabur kok, beneran deh.” jelas Tara.

“Hem oke, mau di temani hmm?” tanya Shaga sambil menyeringai.

“Hah!? tidak-tidak!! saya bisa sendiri! Haha … , dadah … , oh ya ampun ke toilet, ya toilet!” ujar Tara dengan panik.

Tara langsung berlari ke arah toilet, sementara Shaga menahan tawa melihat tingkah Tara yang terlihat lucu. Itulah sebabnya Shaga menganggap Tara sebagai seekor kucing.Tara bisa terlihat garang, dan juga lembut dalam beberapa kondisi.

“Haa … , dia memang milikku. Hanya MILIKKU!” ujar Shaga sambil menghela nafas.

Tara yang sudah berada dalam toilet, langsung menggeram kesal sambil melihat pantulan dirinya di cermin.

“Ah sial!! kok bisa dia di sini ya? Gue jadi kagak bisa bebas dah!” ujar Tara dengan kesal.

***

Arion yang pergi sebentar untuk mencari makanan, buru-buru melajukan langkah kakinya untuk segera kembali menjaga Tara yang tadi masih terbaring di ranjang rumah sakit.

“Dia pasti sudah sadar kan? aku harap dia sudah sadar.” ucap Arion.

Arion sudah mendekati pintu ruangan, tangannya sudah menyentuh gagang pintu. Saat gagang pintu di putar, tatapan mata Arion menajam saat melihat Tara sudah tak berada di atas ranjang rumah sakit, dan di sofa tiba-tiba ada seorang pria berjas yang tak di kenal.

“SIAPA KAU HAH!!!” bentak Arion dengan keras.

Shaga menoleh, tak ada ekspresi yang ia tunjukkan. Hal itu cukup membuat Arion menjadi semakin kesal.

“Aku tanya! SIAPA KAU!!” teriak Arion.

“Pelankan suara mu, atau aku akan menembak otak mu itu!” ucap Shaga dengan santai sambil menodongkan senjata tepat ke arah kepala Arion.

Arion membulatkan mata melihat pria berjas dengan aura mencekam itu membawa senjata.

“Sial! apa yang kau lakukan kepada Tara ha!!?” bentak Arion dengan marah.

Tara yang mendengar suara keributan di luar, langsung bergegas membuka pintu. Matanya terbelalak kaget saat melihat Shaga yang sudah menodongkan senjata ke arah Arion yang masih berdiri di dekat pintu masuk.

“Tidak! hentikan tuan Shaga!!!” teriak Tara dengan panik.

Shaga menoleh sekilas, dia merasa kesal melihat raut wajah khawatir dari Tara untuk pria yang berada di depannya saat ini. Sungguh rasa cemburu menyeruak masuk ke dalam hatinya yang posesif itu.

“Hee! aku akan singkirkan semua yang berusaha mengambil mu dari ku!” tegas Shaga sambil menatap Tara.

“Apa!? apa yang …. “

Dor!

Satu tembakan di lakukan oleh Shaga, Tara yang terkejut dengan suara pistol. Langsung spontan memejamkan mata dan menutup telinga.

“Jangan menjadi pengecut Ara! buka mata mu!” tegas Shaga.

Tara merasa tak sanggup membuka mata, dia memang gadis yang pemberani dan bar-bar. Tapi, jujur dalam hatinya masih ada sedikit perasaan lemah lembut dan juga ketakutan.

“Kau memang kejam tuan ….” lirih Tara yang masih enggan membuka mata.

Shaga tersenyum getir, memang benar ternyata Tara tak pernah menganggap dirinya sebagai sosok yang baik. Tara hanya menganggap dirinya sebagai tuan yang kejam dan juga berkuasa. Sungguh hati Shaga menjadi ciut dikala melihat kenyataan bahwa Tara masih tak menaruh hati kepadanya.

“Hee! ternyata hanya aku yang memiliki perasaan ini ya?” gumam Shaga.

1
Maria Ulfa
shaga apa astro ya
Rara_01
Hallo kakak, terimakasih atas komentarnya....🥰
LOLA SANCHEZ
Bikin klepek-klepek!
Armin Arlert
Bikin nagih.
Rara_01: Hallo kakak, terimakasih atas komentar nya...🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!