Sambat!

Pukul 20.15 waktu setempat Dani dan Alka berada di dalam ruangan milik dr. Selena, seorang psikolog yang sudah lama Dani kenal. Doktor Selena merupakan wanita berusia 39 tahun berprofesi sebagai psikolog dan guru besar ilmu psikologi di London University.

Tidak membuang banyak waktu, Dani bercerita tentang masa lalu Alka kepada dr. Selena. Wanita itu mendengarkan dengan seksama, melihat Alka tidak menyela atau membantah apapun yang Dani tutur kan kepada dr. Selena.

Dengan gerakan tangan memberi isyarat untuk berhenti, dr. Selena meminta Dani untuk tidak meneruskan ceritanya ketika merasakan perubahan pada diri Alka. Anak itu terlihat tidak tenang, sesekali terlihat tangannya tergenggam erat memegang ujung bajunya dan wajah bocah itu menunduk tidak bersedia menatap lurus ke depan. Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung dengan dunia kejiwaan, dr. Selena bisa memastikan jika Alka saat ini sedang tidak nyaman. Tidak nyaman saat orang lain membicarakan masa lalunya.

Rasa tidak nyaman saat harus diingatkan kembali pada luka yang mungkin belum sembuh di dasar hatinya. Alka terlihat cemas. Tapi dia tetap berusaha diam tidak mengeluarkan suara.

"Tunggu Dan, biar aku bicara dengan Alka." Pinta dr. Selena memotong cerita Dani.

"Apa aku harus keluar?" Tanya Dani kepada keduanya. Alka tidak menjawab, sementara dr. Selena langsung mengangguk mempersilahkan Dani meninggalkan dirinya berdua dengan Alka.

Dani keluar dari ruangan itu. Duduk melipat kakinya lalu mengeluarkan ipad dan mengurus pekerjaannya yang lain. Meski tidak berada di dekat pak Jawir tapi banyak pekerjaan yang musti dia selesaikan. Menjadi asisten orang kaya satu itu memang dituntut cekatan dan punya dedikasi tinggi pada pekerjaan, itulah alasan Dani dibayar mahal oleh pak Jawir karena pekerjaan yang Dani kerjakan selalu berakhir dengan pujian. Meski pujian itu tidak pernah Dani dengar secara langsung dari atasannya!

"Namaku Selena, kamu bisa panggil aku sesukamu. Kita bisa bicara sebagai seorang sahabat, tidak usah dipaksakan bercerita jika kamu tidak nyaman orang lain mengetahui apa yang kamu pendam. Tapi jika terus memendam luka malah akan memperdalam rasa sakit, kamu bisa membaginya.." Tutur Selena dengan senyum keibuan.

Alka menatap dalam manik abu-abu milik dr. Selena, mata yang indah. Senyum itu mengingatkan Alka pada sosok ibu yang selalu mengkhawatirkan dirinya.

"Benarkah aku bisa mempercayai anda?" Tanya Alka menyipitkan matanya mencari kejujuran dalam ekspresi yang ditunjukkan dr. Selena.

"Tentu. Aku memakai diriku sendiri sebagai jaminan, kamu bisa cerita apapun padaku. Tanpa takut rahasia mu diketahui orang lain. Profesi ku melarang keras diriku untuk membicarakan curhatan orang lain setelah mereka meninggalkan tempat ku." Dr. Selena memberi suntikan rasa percaya pada diri Alka agar mau bercerita tentang masalahnya.

Awalnya bocah itu ragu, tapi lama kelamaan dia mulai relaks dan mencoba menceritakan apapun yang mengganjal di hatinya.

"Semua berawal dari sebelum ibuku menikah dengan ayah tiriku.." Alka seperti membuka buku tebal masa lalu dan membawa dr. Selena menikmati alur cerita yang dia suguhkan.

"Malam hari, aku sering ditinggal pergi ibuku.. Dia memilih tidur bersama majikannya. Majikan yang sekarang menjadi ayah tiriku.."

Alka diam beberapa saat lalu kembali bercerita.

"Malam itu aku mengikuti ibuku, ingin tahu kenapa ibu lebih suka meninggalkan ku dan menemani lelaki itu. Kamarnya terkunci rapat, tidak ada suara atau tanda-tanda kehidupan di kamar besar milik ayah tiriku. Aku berjalan sendiri di tengah malam menyisir rumah besar yang lebih mirip dengan istana itu."

"Sampai aku tiba di depan sebuah ruangan dengan sedikit pencahayaan, tapi masih bisa aku lihat dengan jelas apa yang ada di dalam sana. Aku melihat ibuku terikat.. Hanya memakai pakaian dalam, kaki dan tangannya diikat.. Matanya ditutup dengan kain, hanya mulutnya saja yang bebas dari sumpalan. Aku kaget, kenapa ibuku berada dalam keadaan seperti itu?? Aku ingin masuk ke dalam ruangan itu untuk menolong ibuku tapi niatku terhenti saat aku mendengar ibuku memohon.. Memohon untuk dipuaskan..."

Dr. Selena bisa membayangkan apa yang terjadi. Dia tahu, untuk seorang anak kecil pemandangan seperti itu bukan sesuatu yang normal. Otak anak bisa rusak melihat adegan ibunya tidak berdaya memohon agar dirinya dipuaskan.

"Aku menyimpan semua yang aku lihat pada malam itu untuk diriku sendiri.. Aku sampai ketakutan melihat ibu dan ayah tiriku. Mereka pandai menutupi semuanya, sampai mereka memutuskan untuk menikah. Ada rasa muak saat mendengar mereka ingin bersama waktu itu tapi setidaknya mereka tidak terus berbuat di luar akal sehat."

"Sampai aku harus berakhir di sebuah rumah tua setelah seorang guru konseling melecehkan ku, memberi ku ingatan buruk yang aku tanggung sampai sekarang.. Dia melakukan itu, tanpa peduli aku memohon meminta berhenti.. Dia menyakiti fisik dan mental ku yang sebenarnya sudah hancur berantakan."

Alka tersenyum, senyum getir yang melibatkan kekecewaan di sana.

"Kamu merasa semua orang dewasa di sekitar mu telah menyakitimu?" Tanya dr. Selena kemudian.

"Menyakiti dan menghancurkan ku dari dalam. Tidak ada yang bisa aku banggakan dalam diriku.. Aku rusak sejak pertama kali mendengar desahan ibuku memohon ingin dipuaskan oleh majikannya, aku hancur di saat orang-orang menghukum diriku atas sesuatu yang aku sendiri tidak tahu alasannya apa, dan aku tidak berguna saat aku tidak bisa melindungi diriku sendiri dari kotornya tangan yang menjamah raga ini.. Aku kehilangan semua. Aku hidup hanya untuk menuruti keinginan orang lain saja.." Kata Alka membuat dr. Selena tersentuh.

Dr. Selena melihat tidak ada binar harapan dalam sorot mata Alka, kosong. Dia benar-benar tertekan di usianya yang masih sangat muda.

"Kamu pintar, tidak semua orang bisa berada di posisi mu. Banyak anak yang mendambakan bersekolah di luar negeri tapi kamu begitu mudah mendapatkan apa yang orang lain impikan.. Banggalah pada dirimu. Ucapkan terimakasih pada dirimu sendiri karena kamu layak, kamu hebat! Kamu bisa melampaui anak seusiamu." Ucap dr. Selena memberi motivasi agar Alka bisa menghargai dirinya sendiri.

"Aku bisa karena ayah tiriku kaya. Dia yang memfasilitasi semuanya, jika tidak.. Aku sama saja seperti sampah. Tidak berguna."

"Lihatlah.. Coba lihat ini.." Dr. Selena mengeluarkan kaca kecil yang menunjukkan pantulan wajah Alka pada cermin itu.

"Kamu itu berlian! Jangan biarkan cahaya indah mu terkubur oleh pikiran jahat yang diciptakan dari rasa takutmu sendiri! Wake up boy, buat dunia melihat dirimu yang sesungguhnya!"

Kali ini dr. Selena bisa melihat perubahan dalam diri Alka, bocah itu terlihat lebih berbinar. Lebih hidup. Meski dia tahu, tidaklah mudah membuat seseorang keluar dari trauma masa lalu nya tapi setidaknya Alka tidak menenggelamkan diri pada sesuatu yang bisa merugikan dirinya sendiri. Semoga saja memang tidak ada niatan dalam diri Alka untuk masuk dalam lembah yang lebih hitam nantinya.