Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Aluna
"Mama..."seru Aluna sembari berlarian mendekat ke arah Mila.
Mila mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anaknya. Dia kemudian memeluk Aluna dengan erat.
"Aluna, anak mama," ucap Mila sembari mengusap-usap bahu anaknya.
Rasanya Mila sangat merindukan anaknya. Sudah hampir sebulan mereka tidak bertemu. Dan akhirnya, Mila bisa bertemu juga dengan Aluna.
"Mama, aku kangen sama mama. Mama kemana aja selama ini Ma," ucap Aluna di dalam pelukan Mila.
"Mama nggak kemana-mana sayang. Mama akan selalu ada di dekat kamu, mama nggak akan mungkin ninggalin kamu sayang," ucap Mila
Mila melepaskan pelukannya. Setelah itu dia menangkup wajah Aluna.
"Aluna, bagaimana kabar kamu sayang?" tanya Mila.
"Luna baik Ma. Mama gimana kabarnya? kenapa mama nggak pulang ke rumah Ma? apa benar yang di katakan Papa, kalau mama udah nggak sayang lagi sama Luna?" runtutan pertanyaan sudah terlontar dari mulut Aluna.
Mila meneteskan air matanya. Dia menangis haru saat dia bisa bertemu lagi dengan Aluna.
"Aluna, kamu jangan percaya sama Papa kamu. Mama itu sayang sama kamu Nak."
"Kalau mama sayang sama Luna, kenapa Mama pergi dari rumah?"
"Aluna, kamu masih kecil Nak, untuk tahu urusan mama dan papa. Mama memang terpaksa pergi dari rumah, karena ada sesuatu hal yang mengharuskan mama pergi."
"Apa? apa yang membuat mama pergi meninggalkan Luna? apa itu ada hubungannya sama papa?"
Mila diam. Dia bingung untuk menjelaskan tentang permasalahannya pada Aluna. Aluna masih kecil, dia pasti tidak akan paham dengan penjelasan mamanya.
Sejak tadi Mila masih menangis di depan Aluna.
"Mama, jangan nangis. Kenapa Mama nangis?" ucap Aluna sembari mengusap air mata Mila.
"Mama tidak apa-apa sayang." Mila mengusap sisa-sisa air mata yang ada di pipinya.
"Sayang, kita duduk di sana saja yuk! mama kangen sama kamu sayang. Mama pengin ngobrol-ngobrol sama kamu."
"Iya Ma."
Mila berdiri. Dia kemudian merangkul bahu Aluna dan mengajak Aluna duduk.
"Mama, mama lagi punya masalah ya sama papa? Luna pengin mama pulang ke rumah. Luna pengin mama sama papa bisa kumpul bareng lagi," ucap Aluna.
Sebenarnya aku juga pengin pulang dan bisa berkumpul dengan Mas Adnan lagi. Tapi, Mas Adnan saja sudah tidak mau menerima aku lagi menjadi istrinya. Untuk apa aku pulang. Tapi sekarang aku juga bingung, jika aku membawa Aluna untuk ikut denganku, aku saja masih tinggal numpang di rumah Bu Suci. Mungkinkah aku akan ajak Aluna untuk tinggal di rumah Bu Suci. Jika aku pulang kampung, aku juga belum punya ongkos pulang, batin Mila.
Mila bingung untuk mengajak Aluna bersamanya. Karena masih ada banyak hal untuk di pertimbangkan.
Pertama Mila belum cukup uang untuk membawa Aluna pergi ke kampung. Di Jakarta, dia juga masih numpang tinggal di rumah Bu Suci. Tidak mungkin dia ajak Aluna juga numpang di rumah Bu Suci.
Jika Mila membawa Aluna, mungkin dia akan membawa Aluna untuk kembali ke kampung halamannya.
"Ma, aku mau cerita sama mama," ucap Aluna di sela-sela ngobrolnya.
"Cerita apa sayang?" tanya Mila penasaran.
"Kemarin, papa bawa temannya ke rumah. Dia cantik, Ma. Dia juga baik banget," ucap Aluna menuturkan.
Mila terkejut saat mendengar ucapan Luna.
"Apa! teman Papa siapa?" tanya Mila penasaran.
"Namanya Tante Monika Ma," jawab Aluna dengan polosnya.
"Monika? siapa dia Nak? apa kamu kenal sama dia?"
"Aku nggak tahu siapa dia. Tapi kata Papa, dia teman sekantor Papa."
Ingatan Mila kembali ke beberapa waktu yang lalu, saat dia hampir tertabrak mobil Adnan. Ada seorang wanita berada di dalam mobil Adnan.
Wanita itu tidak berhijab, namun rambutnya panjang terurai. Mila tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang ada di dalam mobil Adnan waktu itu. Tapi Mila rasa, wanita itu cantik dan seksi.
Mungkinkah itu wanita yang Aluna maksud. Tapi kenapa wanita itu dibawa ke rumah. Benarkah kalau Mas Adnan punya hubungan spesial dengan wanita itu, berbagai pertanyaan muncul di benak Mila.
"Mama..." ucap Aluna yang melihat sejak tadi ibunya diam.
Mila masih diam. Nampaknya dia tidak mendengarkan ucapan Aluna.
"Mama, kenapa Mama diam aja?" ucap Aluna dengan meninggikan nada suaranya.
"Eh, iya sayang. Kenapa?"
"Mama, kenapa sih diam aja? mama nggak dengar Aluna ngomong ya?"
"Eh, mama nggak apa-apa sayang. Maafin Mama ya sayang."
Kring kring kring...
Suara bel masuk berbunyi. Aluna menatap ibunya lekat.
"Mama, Aluna masuk dulu ya ke kelas. Udah waktunya masuk Ma."
"Iya sayang. Mama juga mau pulang."
"Mama mau pulang ya. Nanti mama ke sini lagi nggak?" tanya Aluna tampak sedih saat ibunya akan meninggalkannya.
"Iya sayang. Kapan-kapan ya. Nanti mama ke sini lagi. Tapi Aluna janji ya."
"Janji apa Ma?"
"Aluna jangan bilang-bilang ke Papa kalau mama sering datang ke sini."
"Kenapa begitu Ma?"
"Mama takut Papa kamu marah, dan nggak membolehkan mama untuk ketemu kamu lagi."
"Iya Ma. Aku janji, aku nggak akan bilang-bilang ke siapapun kalau mama ke sini."
"Iya sayang. Makasih ya Aluna."
Aluna menganggukan kepalanya. Dia kemudian meraih tangan ibunya dan menciumnya.
Setelah berpamitan pada Mila, Aluna pun buru-buru masuk ke dalam kelasnya.
"Cepat banget sayang kita ketemunya. Sebenarnya mama masih kangen. Mama pengin ngobrol banyak sama kamu Lun," gumam Mila setelah Aluna masuk kelas.
Setelah setengah jam Mila dan Aluna ngobrol, akhirnya Mila memutuskan untuk pulang. Dia tidak akan mengganggu waktu Aluna belajar. Mila bangkit dari duduknya. Setelah itu Mila pun pergi meninggalkan sekolah Aluna.
Mila naik ke dalam taksi.
"Jalan Pak."
"Baik Bu."
Setelah itu taksi pun meluncur pergi meninggalkan sekolah Aluna.
Mila masih teringat dengan kata-kata Aluna barusan. Kalau ada seorang wanita cantik datang ke rumahnya.
Mas Adnan bawa wanita cantik siapa ya. Apa pacar barunya. Duh kenapa ya, hati aku nggak tenang begini. Sebenarnya siapa sih wanita itu. Mungkinkah wanita itu, yang membuat Mas Adnan berubah sama aku, batin Mila.
Cerita Aluna barusan, membuat hati Mila merasa tidak tenang. Sebenarnya Mila masih sangat mencintai suaminya. Tapi, Adnan sudah membuangnya begitu saja.
Sepuluh tahun Mila berumah tangga dengan Adnan, tapi selama itu, Mila sama sekali tidak pernah di hargai.
Adnan lelaki yang pencemburu, sekarang sudah kalap mengusir istrinya dari rumah dan mentalaknya hanya karena sebuah foto yang masih di ragukan kebenarannya.
Adnan lebih percaya pada pengirim foto itu dari pada percaya pada istrinya. Adnan mentalak Mila begitu saja, tanpa dia mencari tahu dahulu kebenarannya.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^