The Orchid dipimpin oleh tiga pilar utama, salah satunya adalah Harryson. Laki-laki yang paling benci dengan suasana pernikahan. Ia dipertemukan dengan Liona, perempuan yang sedang bersembunyi dari kekejaman suaminya. Ikuti ceritanya....
Disclaimer Bacaan ini tidak cocok untuk usia 18 ke bawah, karena banyak kekerasan dan konten ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El_dira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Mungkin kita harus mencoba lagi mendapatkan pembantu sebelumnya ," kata Lukas dengan nada putus asa.
"Kita bisa berjanji bahwa Harry akan pergi ke pengakuan dosa setiap hari selama dua bulan."
“Tidak mungkin,” kata Harry sambil menyilangkan tangan di dada. Tapi rasa panik mulai muncul dalam dirinya. Ia tahu dirinya tak akan sanggup mengaku dosa setiap hari selama dua bulan.
“Kau tahu betapa susahnya mencari dosa yang bisa diakui. Kita tak bisa bilang soal pembunuhan atau hal-hal buruk lainnya. Aku sampai harus mengarang dosa-dosa kecil—dan pastornya selalu tahu aku bohong. Terakhir kali aku bahkan berpura-pura menyesal karena sempat berpikir Felix adalah reinkarnasi iblis.”
Mikael langsung menyipitkan mata saat mendengar nama putra sulungnya disebut.
“Kau bilang apa soal putraku?”
“Ayolah, kau sendiri tahu sifatnya. Bocah itu menaruh lem super di botol sampo ku beberapa minggu lalu…”
Wajah Mikael berubah tegang. Seperti biasa, ia tampak ingin mencekik Harry.
“Tenang, besok malam kita akan punya makan malam rumahan yang enak,” Harry cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
“Dan bagaimana kau pikir bisa menyiapkan itu?” sindir Lukas. “Karena aku sudah dapat pembantu.”
“Serius?” tanya Mikael. Wajahnya langsung berubah jadi lebih tertarik.
“Tentu saja,” jawab Lukas dengan percaya diri.
Mereka semua tampak lega. Tapi Harry hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, kenapa tadi aku bicara seperti itu?
Begitu makan malam selesai, Harry mengurung diri di kantor. Ia menghubungi kasino dan meminta nomor wanita yang datang wawancara hari ini. Lalu ia meneleponnya.
“Halo?” suara perempuan itu terdengar ragu. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kau masih butuh pekerjaan?” tanya Harry.
“Siapa ini?” jawabnya pelan.
“Harryson Orchid. Kau masih mencari pekerjaan?”
“Ya…”
“Kau diterima. Mulai besok pagi. Ini pekerjaan tinggal di rumah, jadi bawa semua barangmu.”
Harry mendengar napas si wanita tertahan. “Saya tidak tahu harus tinggal di sana…”
Harry menghela napas. “Itu syaratnya. Terima atau tidak.”
“Saya terima,” jawabnya cepat.
“Bagus. Temui aku di kasino besok jam 10 pagi. Aku akan antar kau ke rumah dan tunjukkan apa yang harus dilakukan.”
Setelah menutup telepon, Harry bersandar dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya memberi pekerjaan untuk menyelamatkan diri dari teguran saudara-saudaranya. Tidak ada alasan lain… kan?
Tapi semakin ia memikirkan Liona, perempuan yang tadi ia telepon, semakin ia ragu. Ia memang senang akhirnya bisa membuat Lukas dan Mikael berhenti mengomel, tapi ia juga tahu Liona bukan orang yang tepat untuk pekerjaan ini.
Ia mengusap rahangnya. Apa yang kupikirkan? Merekrut pembantu tanpa pengalaman? Yang bahkan tampak lebih gugup dari pada mainan boneka.
Ia teringat betapa canggungnya Liona saat wawancara. Ia tidak bisa menatap mata Harry, dan melompat setiap kali mendengar suara keras dari kasino. Ia tampak terlalu mudah terkejut. Harry membayangkan semua barang yang akan pecah jika dia kaget di rumah.
Lukas pasti akan terus mengeluh kalau ketenangannya terganggu. Dan Mikael... dia bisa jauh lebih kejam kalau merasa tidak puas.
Harry ingat jawaban Liona soal memasak. Perutnya langsung mulas memikirkan betapa buruknya minggu-minggu ke depan soal makanan.
Ya Tuhan, pikirnya. Mikael akan mengunyahnya hidup-hidup. Kemungkinan besarnya dia akan di lempar hidup-hidup kedalam kandang buaya.
