Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaris Kepergok
Sera mulai merasakan sesuatu mengeras dan hidup serta mengganjal di bagian belakangnya. Yang sengaja Dava gesekkan di bagian panttatt nya.
Dava semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Sera, agar Sera bisa merasakan benda yang ia gesekkan tersebut.
Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Dava segera melepaskan tautan bibirnya ketika mendengar suara salam dari luar.
"Assalamu'alaikum .."
Suara itu berasal dari suara Namira. Wajah Dava maupun Sera sama-sama tegang.
Namira masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamarnya. Namun, ia tidak mendapati suaminya di kamar.
"Mas Dava kemana, ya?" gumamnya.
Pandangan Namira tertuju pada ponsel suaminya yang tergeletak di atas bantal. Itu artinya suaminya memang ada di rumah. Ia bergegas mencari suaminya ke dapur, tapi ia tidak menemukan sosok yang ia cari. Hingga ia berpapasan dengan Sera di depan pintu kamar gadis itu.
"Kamu udah rapi mau kemana?" tanya Namira melihat penampilan Sera.
"Aku mau keluar sama Nevvi boleh kan? Cuma sebentar, kok. Aku janji pulangnya nanti gak lebih dari jam delapan."
"Bener ya gak lebih dari jam delapan?"
"Iya, kak. Boleh ya."
Namira mengangguk mengizinkan. Sera hendak melipir dari sana, akan tetapi segera di cegah oleh Namira.
"Kamu lihat mas Dava gak?"
Sera tampak gugup, akan tetapi dia berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Aku gak tahu, kak. Mungkin di kamarnya."
"Gak ada, kakak cari ke dapur juga gak ada."
Tidak berapa lama, mereka melihat pria itu datang dari luar.
"Itu kak Dava," tunjuk Sera ke arah ambang pintu rumah.
"Oh iya."
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, kak."
"Iya, hati-hati."
Sera melipir pergi. Begitu dia berjalan melewati kakak iparnya, dia memberi sebuah kode jika mereka berhasil.
Dava menghampiri istrinya dan pura-pura tidak tahu jika wanita itu sudah pulang.
"Sayang, kamu kok udah ada di rumah?"
"Aku baru aja pulang, mas. Kamu habis pergi darimana?"
"Aku tadinya mau beli kopi ke warung, tapi ingat kalau stok kopi masih ada."
"Memangnya kamu gak cek dulu?"
"Enggak, aku ingatnya udah habis. Padahal dia hari lalu kamu baru aja beli."
Namira merasa ada yanga aneh dari Dava, suaminya tidak pernah begitu sebelumnya.
"Aku mungkin udah mulai tua, jadi udah mulai pikun, hehe."
Namira hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Lupa tidak hanya karena faktor usia saja.
"Kalau begitu aku ke kamar ibu dulu," pamit Namira kemudian.
Dava menghela napas lega. Beruntung ia bergerak cepat tadi ketika istrinya pergi ke dapur, dia keluar dari kamar Sera dan pergi keluar rumah. Beralasan dari warung karena kalau dia pergi ke kamar, Namira pasti akan mencurigai dirinya.
Dava pun bergegas masuk ke kamarnya. Dia membaringkan tubuh di tengah-tengah tempat tidur. Sedetik kemudian senyumnya terbit dari kedua sudut bibirnya, mengingat apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan sang adik ipar.
Perasaan Dava campur aduk tidak karuan, ia sendiri tidak tahu kenapa jadi begini. Tapi ia jadi makin penasaran dengan gadis itu. Apalagi ketika ia pegang benda kembar Sera, yang ukuran nya jauh lebih besar dari ukuran Namira yang tidak seberapa, membuat hasratt nya semakin tinggi dan keinginan untuk lebih dari itu kini kian membesar.
_Bersambung_