Galang, ketua geng motor, jatuh cinta dengan seorang gadis yang memiliki trauma dengan geng motor. Namanya Shella, gadis penjual fried chicken yang cantik dan pintar.
Shella merupakan penyelamat hidup Galang, dan memberikan sebagian darahnya saat nyawa Galang di ujung maut.
Bagaimana Galang harus berjuang agar bisa mendapatkan cinta dari Shella?
Trauma apa yang dialami Shella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eni pua, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Masuk kuliah
Shella menunggu Galang, sambil duduk santai ketika kelas telah usai. Dia tidak mungkin meninggalkan Galang pulang sendirian menghabiskan uangnya untuk naik taksi. Dia harus mengajari Galang untuk berhemat jika dia masih ingin kuliah tanpa bantuan orangtuanya.
Cukup lama Shella menunggu, hingga dia ketiduran. Galang baru keluar dari ruang dekan untuk menyelesaikan kembalinya dia ke kampus. Dia harus membayar administrasi selama dia tidak masuk kuliah. Rupanya dia sudah benar-benar tidak masuk selama satu semester.
Galang berjalan lesu menuju ke tempat Shella yang sedang tidur. Pikirannya agak kacau memikirkan dari mana dia bisa mendapatkan sejumlah uang yang baginya saat ini, cukup banyak. Kalau dulu, dia tinggal minta dan semua akan semudah membalik telapak tangan.
Galang duduk disamping Shella yang masih terlelap sambil sesekali menarik napas berat. Berencana mau mengajak Shella jalan-jalan, tetapi kenyataan harus berkata lain.
Shella benar, dia memang tidak boleh menghambur-hamburkan uang karena masih banyak kepentingan yang lebih penting. Tetapi, dia sangat ingin jalan berdua bersama Shella. Apa yanga kan dia lakukan dengan uang beberapa lembar 50 ribu di kantongnya. Kalia ini, dia begitu sangat menghargai uang itu, padahal dulu, dia bisa menghabiskan satu juta dalam satu malam bersama teman-temannya.
Galang menatap wajah Shella yang masih terlihat cantik meskipun sedang tidur. Wajah yang aslinya sudah cantik, hanya di poles bedak tipis dan lipstik yang tipis pula. Shella, adalah gadis yang cantik luar dalam.
Bagaimana aku tidak jatuh cinta padanya? Bagaimana aku hanya bisa menganggapnya sebagai adik? Kenapa dia sama sekali tidak sedikitpun merasakan bahwa aku mencintai dia? Dan dia hanya menganggap aku sebagai pengganti kakaknya yang sudah tiada, batin Galang.
Bagi Galang, Shella bagaikan matahari yang menyinari hidupnya yang gelap. Dewi penyelamat yang tidak mengenal balasan. Dia menolong tanpa memperhitungkan untung dan rugi. Berapa banyak uang yang sudah dia habiskan untuk biaya berobatnya. Belum lagi untuk makan, pakaian dan tempat tinggal.
"Kak Galang, kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Shella. Matanya masih agak sayu dan dia langsung duduk.
"Maaf, tadi aku lihat kamu sangat lelap. Jadi aku tidak tega membangunkan kamu," jawab Galang gugup.
"Bagaimana, prosesnya? Berapa besar biaya administrasinya?" tanya Shella.
Galang tersenyum mendengar pertanyaan Shella yang baginya merupakan bentuk perhatian yang besar.
"Kok malah tersenyum?" tanya Shella.
"Nggak apa-apa. Terima kasih, kamu sudah perhatian sama aku. Masalah administrasi, aku nggak mau lagi selalu ngerepotin kamu. Apa kamu ingin aku berhutang seumur hidup sama kamu? Haruskah aku membayarmu seumur hidupku?" tanya Galang sambil tersenyum.
"Bayar apa. Aku nggak pernah minta kamu untuk mengembalikan apa yang aku berikan. Kalau memang sekarang kamu sudah ada uang sendiri, nggak papa. Aku malah senang. Aku nggak akan kehilangan tabunganku lagi," jawab Shella kesal.
"Jangan marah. Bukan Akau tidak mau bantuan kamu lagi. Aku akan berusaha sendiri kali ini. Aku ingin kamu bangga padaku. Aku nggak selalu merepotkan kamu. Aku juga bisa mandiri," ucap Galang penuh keyakinan.
"Ya sudah. Ayo kita pulang," ajak Shella.
"Pulang, bukannya semalam sudah janji mau jalan-jalan setelah pulang kuliah?" tanya Galang kaget.
"Gunakan saja uangmu untuk tambahan membayar administrasi. Kamu bisa traktir aku lain kali. Masih banyak waktu dan aku masih di kota ini," jawab Shella.
"Aku janji, aku akan traktir kamu, lain kali," ucap Galang.
Mereka bergegas pulang ke resto dan melupakan rencana pergi jalan-jalan. Entah kapan akan bisa mengajak Shella tanpa banyak drama.
Sesuai jam kerja, Galang selesai kerja jam 9 malam. Sedangkan Shella tidak mengenal jam kerja. Karena selama resto belum tutup dia akan tetap bekerja membantu ayahnya.
Jam 9 malam, Galang berniat pergi ke markas geng motornya. Karena dia tidak memiliki sepeda motor, Galang berusaha meminjam dari Shella.
"Shella, aku ada keperluan sebentar. Boleh pinjam motormu?" tanya Galang saat Shella beristirahat.
"Baiklah. Tapi jangan terlalu malam. Hari ini ayah tidak bawa motor, jadi nanti kami pulangnya nunggu motor yang kamu pinjam ini,"ucap Shella sambil menyerahkan kunci motor pada Galang.
"Terima kasih. Aku tidak akan lama. Assalamualaikum," ucap Galang senang.
"Wa'alaikum salam. Hati-hati, Kak. Jangan ngebut," jawab Shella penuh perhatian.
Galang bergegas menghidupkan sepeda motornya. Dengan kecepatan sedang, Galang menuju ke markasnya. Galang hanya berbekal handphone jadul yang dibelikan Shella. Nomor baru yang hanya bisa menghubungi Bagas, karena Galang lupa nomor teman-temannya yang lain.
Tidak ada setengah jam, Galang sudah sampai di markas besarnya. Di sana, telah berkumpul keenam anggota geng motor Starly. Mereka seneng melihat ketua geng mereka datang.
Mereka bukannya tidak tahu dimana ketua mereka tinggal selama ini. Tetapi, Galang selalu meminta mereka untuk tidak menemui Galang di tempat Shella.
Beberapa waktu yang lalu, Galang telah mengundurkan diri dari jabatan ketua geng motor Starly. Dan hari ini, Galang ingin secara resmi mengumumkannya di hadapan semuanya.
"Bos, bagaimana dengan nasib kami?" tanya Dira.
"Dalam hal ini, gue tidak ingin ikut campur. Tapi seperti yang sudah-sudah, kalian bisa lakukan voting," jawab Galang.
"Kalau begitu, kita lakukan voting malam ini saja. Mumpung Bos ada di sini," kata Sofyan.
Mereka akhirnya setuju dengan usul Sofyan. Mereka melakukan voting secara manual dengan menuliskan pilihan mereka pada potongan kertas.
Keenam potongan kertas itu, diserahkan pada Galang. Mereka meminta Galang, selaku mantan ketua untuk menjadi saksi. Satu persatu, Galang membuka potongan kertas tersebut. Dan putusannya adalah, mereka tetap memilih Galang sebagai ketua.
"Kalian ini kenapa? Gue udah bilang kalau gue mundur. Bagaimana nasib cinta gue kalau kalian masih ingin gue jadi anggota geng motor Starly?" ucap Galang kesal dengan ulah keenam sahabatnya.
...****************...
Sambil menunggu up selanjutnya, baca juga karya temen aku.