Doktor Dika'S Wife Is Queen Mafia

Dika hendak pergi keluar dari kamar Silvya, namun tiba tiba Silvya memegang tangannya.

"Zi, jangan pergi. Jangan tinggalin kakak. Kak Sisi mohon Zi."

Silvya bergumam dalam tidurnya memanggil nama sang adik. Bahkan air matanya rembes disana. Dika mendekat lalu menghapus air mata Silvya.

"Gadis misterius, sebenarnya siapa sebenarnya kamu. Dan apa yang kamu lakukan di rumahku ini. Entah mengapa aku juga tidak tega mengusirnya. Ya ya ya kau menang, aku akan menemanimu di sini malam ini."

Dika mencoba membuka genggaman tangan Silvya namun sangat susah. Akhirnya ia mengalah. Dika lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Silvya dan ikut terlelap.

***

Di luar rumah Dika pada malam hari ada seseorang yang dari beberapa waktu telah mengamati rumah plus klinik Dika. Dia adalah salah satu warga disana. Tepatnya seorang dukun pijat yang mempunyai nama Pak Kodir. Semenjak kedatangan Dika, pak Kodir merasa dirinya tersingkir karena orang orang sakit yang biasanya datang ke tempatnya kini memilih berobat ke klinik Dika.

"Aku yakin dokter ingusan itu bukanlah orang baik-baik. Aku harus membuatnya pergi dari daerah ini. Gara gara dia semua pelangganku kabut. Cih… aku akan membuatnya diusir dari sini."

Pak Kodir pun nekat memanjat pagar rumah dika untuk meyakinkan asumsinya.

Bluk….

"Ssss…. Aduuuh…… sialan sakit."

Pendaratan pak Kodir tidak mulus, ia jatuh tertelungkup di halaman rumah Dika yang mayoritas paving. Namun karena tekadnya yang sudah bulat ia pun segera berdiri dan menjelajahi setiap sudut rumah. Bahkan ia mengintip melalui jendela jendela rumah.

"Waah sepi ternyata. Oh itu ada lantai 2. Tapi gimana caranya." 

Pak Kodir berpikir untuk memanjat ke lantai 2 namun ia urung karena tidak menemukan cara apapun. Lantas ia kembali menelisik dalam rumah melalui jendela hingga ia menemukan jackpot menurut versinya.

"Naah kan kubilang apa. Itu si dokter memang dokter mesum, nggak bener. Bentar bentar itu beneran cewek kan yang di kamar. Waah harus laporin pak RT biar di grebek hahahah."

Pak Kodir yang menemukan bukti 'kejahatan' Dika segera pergi menemui pak Rt untuk membuat laporan kasus kumpul kebo yang dilakukan dokter Dika dengan bibir penuh senyuman. Ia sudah tidak sabar untuk mengusir pesaingnya itu keluar dari daerahnya.

***

Dogh...dogh...dogh…

"Pak Rt pak Rt…"

"Kenapa pak Kodir malam malam begini kemari."

"Saya mau melapor perbuatan asusila. Itu dokter Dika kumpul kebo."

Pak RT mengernyitkan keningnya, sedikit tidak percaya dengan pak Kodir. Namun ternyata pak Kodir sudah membawa beberapa bersamanya.

"Iya pak… iya… Ayo kita grebek pak…"

"Betul pak.. Jangan sampai mencoreng kampung kita."

"Iya iya betul."

Mau tak mau pak RT pun menuruti keinginan Pak Kodir untuk menggerebek kediaman Dika meski itu seperti tindakan yang kurang tepat.

Sampai di rumah Dika para warga berteriak sambil menggedor gedor pagar. 

"Keluar…!!"

"Dasar dokter mesum...keluar cepat!!"

Pak Kodir memprovokasi warga untuk lebih keras lagi memanggil Dika.

Di dalam kamar Dika yang mendengar suara bising di luar rumahnya pun terbnagun, ia sedikit twrkwjut karena posisi nya tengah berpelukan dengan Silvya.

"Astagfirullah…"

Dika segera bangkit dari tidurnya. Silvya yang merasa ada pergerakan di ranjangnya ikut terbnagun.

"Lho kok dokter di sini?"

Dika hanya memutar bola matanya malas, "kamu nggak ingat kamu yang nahan saya."

Silvya hanya melongo mendengar jawaban Dika.

"Itu ribut ribut di luar apa ya?"

"Entah, sebentar aku lihat dulu. Kamu di sini aja."

Silvya mengangguk, Dika keluar rumah untuk mengecek keributan apa yang terjadi.

"Maaf bapak bapak ini ada apa ya ribut ribut di depan rumah saya."

"Ini pak Dokter, saya dapat laporan dari salah satu warga kalau…" 

Belum juga pak RT menyelesaikan kalimatnya, Pak Kodir sudah memotongnya dengan cepat.

"Kalau kamu itu kumpul kebo. Saya lihat sendiri dokter mesum ini tidur seranjang dengan perempuan."

Dika mengernyitkan keningnya, ia masih mencerna tuduhan yang dilontarkan padanya.

"Astagfirullaah, pasti ini orang salah paham." Batin Dika.

"Maaf pak sepertinya ini salah paham, saya dan Vya tidak…"

"Nah kan pak bener, ada perempuan." Lagi lagi pak Kodir memotong pembicaraan orang lain. Dika hanya mendengus kesal.

"Silahkna diteruskan pak dokter." Ucap Pak RT ramah.

"Sebenarnya ini salah paham, tadi vya memang sedikit tidak enak badan, saya membantu merawatnya dan tidak sengaja ketiduran."

"Halaah.. Ngeles aja.. Sudah usir saja dokter mesum ini dari kampung kita." Pak Kodir terus memprovokasi warga.

Silvya yang mendengar namanya disebut dan dengar teriakan warga akhirnya keluar juga.

" Maaf ada apa ini."

"Nah ini perempuannya keluar juga, sudah usir aja dua duanya."

"Kalau tidak dinikahkan saja biar tidqk ada fitnah."

Silvya dan Dika saling pandang, mereka sama sama membutuhkan air untuk membasahi tenggorokan yang tiba tiba sangat kering.

"Tapi pak.. Kami… ini… Salah paham." Ucap Dika terbata.

"Ya kali aku nikah dengan cara digrebek warga apa kabar ayah bunda kalau tau. Dikiranya putranya ini nggak bener pergaulannya." Batin Dika gelisah.

"Begini saja, mari kita selesaikan di balai warga."

Dika dan Silvya patuh, mau tidak mau mereka mengikuti penuturan Pak RT.

"Sial kenapa jadi gini sih. Arghhhh. Brengsek, lagian kenapa juga itu dokter tidur di kamarku." Batin Silvya tanpa menyadari bahwa dirinyalah yang meminta Dika tetap tinggal.

Silvya dan Dika sibuk dengan pikirannya masing masing. Sedangkan dalang dari semua ini pak Kodir tersenyum lebar, dia berhasil membuat pesaingnya itu kalah.

"Hahahah aku yakin dokter ingusan itu akan memilih keluar dari daerah ini dari pada menikah karena mereka dua pasti tidak punya hubungan apa apa. Mereka tidak akan setuju menikah."

TBC