Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Zen keluar dari kamar mandi dengan handuk sepinggang nya juga rambut yang basah, berdekatan dengan Ica membuat nya sering lepas kendali, belum lagi senjata nya yang selalu bangkit. Itu cukup membuat nya kewalahan, karena tak bisa menyalurkan nya.
Ica terganggu dengan aroma sabun yang menguar dari tubuh Zen, belum lagi terasa tetesan air yang menetes mengenai wajah nya.
Gadis itu membuka kedua mata nya dengan malas, dia adalah ratu tidur. Tapi saat mata itu berhasil terbuka, dia malah di kejutkan dengan wajah Zen yang begitu dekat dengan nya.
Refleks tangan Ica mendorong dada Zen dan lagi-lagi membuat pria itu terjungkal.
Ica bangkit dari tidurnya dan mengelus dada nya yang berdebar tak karuan, ternyata pria itu sangat tampan dari dekat.
"Kenapa senang sekali mendorong ku By? Yang tadi belum sembuh sakit nya, sekarang dah cium lantai lagi." Gerutu Zen, belum menyadari kalau handuk yang tadi melilit di pinggang nya sudah terlepas.
Ica menganga melihat benda yang terlihat aneh itu.
"Itu apa Dad?" tanya Ica polos sambil menunjuk benda panjang yang berdiri tegak.
"Hiss, jaga mata mu By." Zen buru-buru menutupi senjata nya dengan handuk.
"Dad.."
"Ya baby.."
"Yang tadi itu apa?" Tanya Ica lagi, sebagai gadis yang polos dia mana tau benda apa itu.
"Mau mencicipi rasa nya By?"
"Emang bisa di makan?" Tanya Ica polos.
"Bisa, mau nyoba?" Ica tak menjawab, jujur dia penasaran. Tapi masa iya itu bisa di makan? Dari penampakan nya saja menakutkan, belum lagi ukuran nya yang seperti terong ungu.
Dia tau kata itu dari teman nya di klub, bukan suatu kebohongan lagi jika teman-teman seprofesi nya di bar dulu, sudah tidak ada yang perawann lagi. Mereka rata-rata melepas mahkota mereka demi uang dan kepuasan tersendiri, sedangkan Ica dia menjaga kesucian nya.
Zen merebahkan gadis nya kembali, dia membuka ikatan handuk nya dan terpampang lah senjata yang sedari tadi berdiri tegak, siap untuk bertempur.
"Buka mulut mu lebar-lebar By."
"A-aku gak mau, apa-apaan.." Ketus Ica, gadis itu meronta ingin terbebas dari kungkungan Zen, tapi tak semudah itu.
Zen segera menjejeli mulut Ica yang tengah terbuka itu dengan senjata nya, membuat kedua mata Ica terbelalak.
Zen menggerakan pinggang nya maju mundur, sedangkan Ica dia merasa mual karena benda itu menguarkan bau yang tak mengenakan, menurut nya.
Zen memejamkan mata nya, menikmati sensasi senjata nya yang terasa di gigit-gigit manja, berbeda dengan Ica yang mulai mengeluarkan air mata nya karena tak tahan.
Zen yang melihat ekspresi tak nyaman gadis nya itu langsung menghentikan aksi nya, dia mencabut terong ungu nya dan segera memeluk Ica.
Huekk...
Ica berlari ke kamar mandi sambil menutupi mulut nya.
"Baby.." Panggil Zen, pria itu tak ada malu nya. Dia lupa memakai handuk nya kembali, pria itu berjalan tanpa sehelai benang pun, dengan terong ungu yang mengacung.
"By.." Zen membuka pintu kamar mandi, dan otomatis membuat gadis itu memekik saat melihat penampilan pria di depan nya.
"Pake baju dulu sana, mata ku ternodai."
Byurr...
"By, dingin.." Ucap Zen, karena Ica mengguyur nya dengan air dingin.
"Suruh siapa terus disini, mana gak pake baju lagi." Ica menutup mata nya dan pergi meninggalkan Zen yang sudah memasang ekspresi kesal nya.
"Pria itu sangat mesoom, menyebalkan." Gerutu Ica.
Gadis itu melarikan diri keluar dari kamar Zen, sebelum pria itu menjejeli nya lagi dengan terong ungu yang membuat nya mual. Mungkin karena ini pertama kali nya di merasakan benda yang selama ini hanya dia tau dari teman-teman nya di bar.
Ica duduk di sofa ruang tamu, dia memegangi bibir nya yang terasa aneh. Bahkan rasa dari benda itu masih tertinggal di lidah nya.
Buru-buru, Ica pergi ke dapur dan menuangkan jus mangga di gelas, lalu meminum nya hingga tandas. Bahkan karena terburu-buru ingin menghilangkan rasa aneh yang tinggalkan benda itu, sudut bibir Ica nampak kotor dan tetesan jus mengenai pakaian nya.
"Jorok banget sih.." Suara bisik-bisik di belakang nya membuat Ica membalik tubuh nya.
Dia melihat beberapa maid berdiri sambil menatap aneh kearah nya.
"Gak ada anggun-anggun nya jadi pacar tuan muda, gak pantes banget. Iya sih cantik, tapi urakan."
"Ngomongin saya ya?" Tanya Ica.
"Siapa lagi, yang ada disini kan cuma kamu." Jawab salah satu maid yang terlihat masih muda.
"Aku memang urakan, aku juga jorok, tapi seperti nya Tuan Zen lebih menyukai gadis yang tampil apa adanya. Aku memang tak pantas bersanding dengan pria sesempurna Tuan Zen, aku sadar benar posisi ku. Tapi jika tuan Zen menyukai ku, aku bisa apa?"
"Cihh kok bangga.." Ejek maid itu lagi.
"Aku memang bangga, karena Zen memilih ku sebagai wanita nya. Setidaknya aku bisa bertindak sesuai keadaan, bukan keinginan." Jawab Ica dengan senyum smirk nya.
"Ada apa ini?" Tanya Bi Arin, dia adalah kepala pelayan di mansion ini.
"Dia mengatai aku jorok dan urakan bi, jadi aku hanya membalas perkataan nya saja." Jawab Ica, membuat Bi Arin mengepalkan tangan nya.
"Maaf Non, saya akan menegur nya."
"Tak perlu Bi, lagi pun ini memang fakta nya. Saya hanya gadis kampung yang kebetulan di pungut oleh Tuan Zen," Jawab Ica, lalu pergi dari dapur.
"Sudah aku bilang, jangan cari masalah dengan Nona muda, dia gadis yang di pilih oleh tuan muda. Jadi, hormati dia."
"Alahh, fakta nya dia urakan dan jorok. Lihat itu, minum jus aja sampe berceceran gitu, apa namanya kalau bukan jorok." Tunjuk maid itu pada lantai yang memang terlihat kotor karena tetesan jus.
"Jangan sampai tuan Zen tau perbuatan mu, kalau dia tau aku tak bisa menolong mu. Aku sudah memperingat kan mu." Bi Arin pergi mengambil pel dan membersihkan bekas tumpahan jus itu hingga bersih.
....
Ica berjalan-jalan di sekitar mansion besar milik Zen, pria mesoom yang selalu seenaknya.
"Wahh, ternyata disini ada taman ya. Mana bunga nya cantik-cantik lagi.." Wajah Ica berbinar saat melihat bermacam-macam jenis bunga yang terlihat cantik di taman ini.
Dia duduk di bangku yang tersedia, dia tersenyum senang. Angin berhembus pelan, menerbangkan rambut panjang Ica.
Ica memejamkan mata nya, menikmati hembusan angin yang terasa mengusap-usap wajah cantik nya.
Namun ketenangan itu harus terganggu saat tangan kekar terasa merangkul pundak nya dari samping, Ica melihat Zen sudah ada di samping nya dengan senyum menyebalkan.
"Aku mencarimu kemana-mana Baby, ternyata kau disini."
"Untuk apa mencariku? Kau ingin menjejeli ku dengan benda itu lagi? Aku tak mau, bau nya membuat ku mual." Jawab Ica ketus.
"Itu karena kau belum terbiasa By, jika sudah terbiasa kamu akan ketagihan." Ica memutar mata nya jengah, pria yang tak tau malu.
....
🌷🌷🌷
Si daddy nakal nya kebangetan😂😂
Emg mo di gagahi waktu M?