Kisah dua insan yang saling mencintai, namun terhalang oleh restu orang tua. Seorang pemuda nan soleh jatuh cinta kepada seorang gadis yang biasa saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Diana Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Yang Tak Berpihak
Sekeras apa pun kita berusaha
Jika Tuhan tak menghendakinya
Maka, apalah daya kita
Kita hanya perlu menerimanya dengan lapang dada
...*****...
Ryu merasa bersyukur atas apa yang telah di lakukan oleh supir taksi itu kepadanya. Bahkan, dia merasa supir taksi itu lebih pengertian padanya di bandingkan ayahnya sendiri.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka. Ryu berpikir mungkin saja, Riri saat ini pergi ke tempat-tempat yang mereka kunjungi bersama.
Dia meminta sang supir taksi itu mengantarkannya ke stasiun kereta.
"Ojisan, -eki made tsureteitte!" ucapnya pada sang supir.
(Paman, antar kan saya ke stasiun kereta)
Supir itu pun menjawab, "Hai, daijobu."
(ya, baiklah) balas supir taksi itu.
Akhirnya, tibalah mereka di stasiun kereta tersebut. Ia juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada sang supir yang baik hati itu.
"Ojisan, arigato! Mata ne!" Ryu pun keluar dari taksi itu
(Paman, terima kasih! Sampai jumpa lagi!)
Setelah dia keluar, supir taksi itu membuka kaca jendela mobilnya dan berkata pada Ryu setengah berteriak.
"Kon'nichiwa ..., Wakai Otoko! Chui shite kudasai! Anata ga sagashite iru mono o mitsukeru koto o negatte imasu."
(Hai ..., Anak Muda! Hati-hatilah! Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari.)
Mendengar hal itu membuat Ryu menjadi bersemangat. Dia pun mengucapkan terima kasih sekali lagi pada supir taksi tersebut.
"Aratamete, Ojisan, domo arigatogozaimashita. Anata wa tashika ni i hitodesu. Umaku ikeba, -shin wa anata ni hofuna eiyo o teikyo shite kurerudeshou." katanya pada supir taksi itu.
(Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih banyak, Paman. Kamu memang orang yang baik. Semoga, Tuhan memberikan rezeki yang berlimpah kepadamu.)
Supir taksi itu pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Lalu, ia segera pergi meninggalkan Ryu di stasiun itu.
"Riri, tunggu aku! Aku yakin, aku akan menemukanmu," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia segera melangkah pergi dengan sedikit menahan rasa sakit di bagian perutnya.
***
Saat mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maksimal, Puri hampir saja menabrak seseorang. Hal yang paling akan membuatnya lebih terkejut lagi adalah ternyata orang itu adalah mantan pacarnya.
Mantan yang sangat ingin ia lupakan. Namun, sekarang ia justru bertemu lagi dengannya. Sebelum semua itu terjadi, lelaki itu sempat berteriak kepadanya. Begini katanya, "Stop ..., berhenti!" pinta lelaki itu pada si pengendara mobil yaitu Puri.
Seketika itu juga, Puri langsung menginjak rem mobilnya.
"Ssssttt ..., ah, hampir saja. Ya, Tuhan! Apa aku baru saja menabrak orang? Kelihatannya, dia terjatuh. Aku harus menolongnya! Kenapa aku begitu ceroboh? Seharusnya, aku tidak main handphone tadi," katanya dengan sedikit gemetaran.
Akhirnya, dia pun keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri orang itu.
"Maaf, apa kamu terluka? Saya akan bertanggung jawab. Biar saya antar kamu ke rumah sakit, ya?" katanya pada lelaki itu, ketika lelaki itu membalikkan badan dan perlahan-lahan menunjukkan wajahnya.
Betapa terkejutnya ia melihat wajah lelaki itu. Hingga, ia menutup mulutnya dan perlahan-lahan menurunkan kedua tangannya. Lalu ia mulai bicara dengan sedikit gugup dan terbata-bata.
"Viit, Vito ..., kamu ..., kenapa kamu di sini?" tanyanya dengan sedikit heran melihat Vito ada di tempat itu.
"Ya, ampun! Apa kamu nggak bisa menolongku dulu baru bertanya? Aku hampir saja kamu tabrak, bukannya menolongku kamu malah diam aja," kata Vito sedikit kesal melihat tingkah Puri.
"Oh, iya. Sorry, aku tadi masih sedikit bingung dan seolah tak percaya kalau kamu ada di sini. Sini, aku bantu berdiri. Kita ke rumah sakit aja, ya! Biar kamu di periksa," saran Puri pada Vito.
"Nggak, usah! Ini cuma lecet doang, kok. Mungkin, besok juga udah sembuh." tolak Vito pada Puri.
"Kalau gitu, aku antar kamu pulang, ya?" ucapnya sedikit memaksa Vito. Tapi, lagi-lagi Vito menolaknya.
"Nggak, perlu! Aku masih ada urusan yang lain, oh ya, maafin aku juga, ya! Aku juga salah karena terburu-buru. Makanya, aku tidak melihat ada mobil di depanku tadi. Kalau gitu, aku pergi dulu, ya," katanya sambil menepuk-nepuk bahu Puri.
"Eh, tunggu! Beneran nggak mau di anterin, aja?" kata Puri sedikit khawatir pada Vito.
"Nggak, usah! Aku bisa, kok."
Akhirnya, mereka berpisah di jalan itu.
***
Begitu banyaknya orang-orang yang hilir mudik di stasiun kereta. Mungkin, jika kalian berada di sana untuk mencari seseorang itu adalah suatu kemustahilan untuk kalian menemukannya.
Bayangkan saja, ada ratusan atau bahkan ribuan orang yang berada di sana. Lalu, bagaimana cara untuk mencari orang yang ingin kalian temui?
Hal itulah yang kini tengah di alami oleh Ryu. Disaat, ia harus mencari Riri di tempat itu. Hampir saja keduanya bertemu, namun sayang. Tuhan berkehendak lain, disaat Ryu menoleh ke kanan, Riri menoleh ke kiri.
Mereka, memasuki kereta bersamaan. Namun pada pintu yang berbeda. Perjalanan mereka pun segera di mulai. Di sepanjang perjalanan di kereta, berulang kali kesempatan untuk mereka saling bertemu, tetapi selalu gagal.
Pertama, ketika Riri berjalan di dalam kereta untuk mencari tempat duduk dan kebingungan. Akhirnya, dia di bantu oleh petugas kereta tersebut. Saat itu, Ryu telah duduk. Tetapi ketika Riri lewat dia melihat ke arah jendela.
Kedua, ketika petugas kereta meminta Ryu untuk pindah karena ada seorang nenek tua yang lebih membutuhkan tempat duduk itu. Dia pun segera berdiri dan mencari tempat yang lebih efektif. Dia pun berdiri tepat di samping Riri. Tetapi, ketika itu Riri sedang memejamkan matanya dan menutup wajahnya dengan jaket. Sekedar melepas lelah yang di dera, maka dari itu Riri pun memutuskan untuk tidur.
Selang beberapa menit kemudian, kereta pun berhenti.
Ketika sampai Riri terbangun dari tidurnya yang memang sebenarnya tidak benar-benar tidur. Dia hanya memejamkan mata saja.
"Alhamdulillah, sampai juga," kata Riri.
Sedangkan Ryu berkata, "Ya, Allah. Semoga aku bisa menemukannya!" pintanya pada Tuhan.
Setelah mereka sama-sama telah keluar dari kereta. Mereka berjalan ke arah yang berlawanan. Hal itulah yang membuat mereka tidak pernah bertemu.
Mungkin, Tuhan belum mengizinkan mereka untuk bertemu. Saat berada di Tokyo membuat Riri teringat akan setiap kenangannya bersama Ryu.
Hal-hal yang telah mereka lalui bersama di sana. Begitu sulit untuk di lupakan olehnya. Bahkan, ia sampai menitikkan air mata karena mengingatnya.
Namun, ia pun segera menghapusnya dengan jari jemarinya. Ia pun berkata dalam hatinya, "Bimbinglah aku selalu, ya Allah, karena aku tidak punya siapa pun disini. Semoga aku segera bertemu dengan ayahku. Tuntun lah jalanku, ya Rob. Aku tak tahu kemana akan ku langkah kan kakiku ini. Lindungilah aku slalu ya, Rob. Aamiin!"
Semakin lama mereka pun saling berjauhan, saat melewati tempat yang pernah ia singgahi bersama Ryu, dia kembali teringat akan Ryu.
Begitu juga saat dia menelusuri jalan yang pernah ia lalui bersama Ryu. Tak sedetik pun ia lupa akan semua kenangan itu.
Tiba-tiba saja muncul seorang pedagang balon yang menyadarkan lamunannya. Pedagang itu menawarkan kepadanya. Tetapi dia menggeleng.
Namun, ketika ada seorang anak kecil yang terus saja memandangi balon-balon itu. Membuat hati Riri tergerak untuk membelikannya. Dia membelinya dan memberikan itu pada anak kecil tersebut. Anak itu pun berterima kasih padanya.
"Arigato, Shimai!" ucap gadis kecil itu dengan sangat imutnya.
(Terima kasih, Kakak)
Riri tersenyum mendengar ucapan anak itu. Walau dia tidak mengerti betul akan apa yang di ucapkan gadis kecil itu.
Ketika ibu anak itu melihatnya dia langsung mendekati Riri dan berkata,
"Arigatogozaimashita!" ucap ibu itu padanya, Riri hanya mengangguk saja dan tersenyum. Lalu ibu gadis kecil itu memberikan uang padanya, tetapi Riri menolaknya.
(Terima kasih banyak)
"No, no, no. It's Okey!" ucap Riri.
"Oh, thank you so much!" ucapnya sambil menunjuk ke arah balon yang di pegang oleh anaknya. Saat Riri tengah berbicara pada ibu itu, Ryu melintas tepat di samping Riri, namun Riri tidak melihatnya dan tidak menyadari keberadaan Ryu di dekatnya.
Lagi dan lagi mereka masih tetap tak bisa saling bertemu satu sama lainnya. Mungkin saja mereka akan bertemu di tempat yang lebih tepat. Di mana pun itu sudah pasti hanya, Allah lah yang tahu.
Jika Allah mentakdirkan mereka untuk bersama, tentulah mereka akan bertemu jua.
***
Mungkin Ryu lebih condong ke sifat ibunya
Sosoknya masih misterius, semoga dia juga orang baik
Hey kaum adam! Awas aja ya kalau kalian berani bikin Puri patah hati maka kalian akan dihajar olehnya
Gibran kamu mau tahu siapa yang ada dihati Riri? Sini aku bisikin namanya itu Ryu
Riko,Riri takut teman-teman sekolahnya digondol maling jadi dia agak ragu untuk ikut pergi sama kamu😂
Meski begitu tetap aja hati Rico hancur berkeping-keping
Tapi syukurlah, Riri ada tempat tinggal.
Daesuke kamu harus move on dan cobalah membuka hatimu kembali untuk wanita lain
Itu benar banget Gibran, kamu itu membuat Riri jadi gak fokus belajar tahu tapi Riri tak mau mengakuinya
Terus nanti Ryu gimana? Apa dia bukan jodohnya Riri?
Gibran sama Roni lucu banget sih kalian😂
Cowok kayak kamu termasuk langkah Ryu
Riri ibumu nyembunyiin kunci dipot kalau aku sih nyembunyiin kunci rumah dibawah keset yang ada didepan pintu
Jadi Riri menolak tawaran orang itu dong kalau dia mau pulang keIndonesia? Kalau Karina gimana?
Puri aku yakin Riri juga merasakan hal yang sama kaya kamu. jadi bersabarlah kalian pasti dipertemukan lagi sama Authornya ya😁
Ya ampun itu namanya ikatan batin ya Ryu, gak lihat orangnya tapi kamu bisa merasakan kehadirannya
The best deh Ryu, suka sama karakternya